Kamis, 20 Februari 2014

Dahulu dan Sekarang

"bukannya aku tidak mengenalmu, anggap saja perkenalan kita yang dahulu itu semu, bukan sebuah perkenalan yang menyebabkanku jatuh cinta kepadamu. yang aku tahu, rasa cintaku yang dahulu itu, sudah bukan bagian dari rasa cintaku yang sekarang"

hujan telah sejenak menahanku untuk tetap tinggal disana selama beberapa jam. entahlah, yang aku rasakan tertahan disana adalah biasa saja, namun tidak setelah hari semakin gelap.
lama tidak berjumpa membuatku tidak pernah tahu kabarmu. kau bilang aku sombong? silakkan. terserah tentang apa yang dikatakan olehmu dan oleh mereka. anggap saja kita tidak saling mengenal.
kupikir beberapa waktu kemarin saat kita tidak pernah lagi saling bertatap muka adalah cara terbaik yang Tuhan tunjukkan jika pada kenyataannya aku tidak pernah bisa berjalan seirama denganmu, jadi aku jauh lebih lepas saat ini, karena berjalan perlahan dan mulai bangkit dari keterpurukan karenamu.

anggap saja rasa yang dulu pernah ada itu tidak lagi sama.
anggap saja rasa yang dulu pernah berwarna itu kini menjadi hitam dan putih.
anggap saja tawa yang pernah kita buat bersama itu kini menjadi hal yang tak perlu lagi dikenangkan.
mungkin dahulu kita mengenal baik namun jika saat ini kita lebih baik saling menjaga jarak hingga menganggap 'tidak pernah ada perkenalan' itu, bukanlah lebih baik?\

jadi, mungkin jalan kita tidak akan pernah sama. maafkan aku jika aku sudah tidak bisa sebaik dahulu, aku hanya tidak ingin lukaku denganmu menganga lagi dan tidak pernah menjadi sembuh, kumohon. jangan lagi melakukan hal-hal yang mengingatkanku denganmu, tentang cerita kecil dibawah hujan saat itu dan dimeja depan kelas, ketika bahagia itu muncul. yang aku tahu, yang sekarang bukanlah yang dahulu.

Jumat, 07 Februari 2014

Untuk Tujuh Yang Ke Empat Puluh Satu

"tujuh yang keempat puluh satu, selama itu aku bertahan. namun apakah yang dipertahankan sesekali menoleh untuk hanya saja memandangku selama satu detik saja?"

bertahan sampai hari ini, jangan lagi ditanya bagaimana usahaku.
berdiri sampai detik ini disini, jangan lagi tanya sekuat apakah kakiku menopang berat tubuhku.
mengusap air mata, menghapus luka, berbaring untuk mencari ketenangan merupakan bagian-bagian kecil yang selalu meniringiku selama empat puluh satu bulain hingga detik ini.
jangan lagi ditanyakan, kepada siapa aku akan bertahan. untuk menyebut namanya saja mulutku sudah pilu. atau jangan lagi ditanyakan bagaimana dirinya, pikiranku sudah membeku, tidak akan lagi mampu mengingat setiap lekuk tubuhnya, dan setiap senyum simpulnya yang menawan.
dia tidak akan pernah sadar. atau mungkin dia tidak juga lagi tahu jika aku masih sekokoh ini bertahan. sekalipun aku pernah tergoyahkan kala itu, namun pondasiku masih kuat untuk menopangku secara tegak.
angka tujuh, tujuh lagi. kali ini tujuh yang keempat puluh satu.
rasanya, mengingat angka-angka yang selalu terhitung disetiap angka tujuh yang datang setiap bulannya membuatku pilu untuk berkata-kata. aku tidak mampu berkata banyak, selain aku menyebutkan namamu, nama disetiap malam dalam doaku.
kau jauh disana. aku disini.
kau berdua dengannya. aku sendiri.
kau tertawa bahagia. aku tersenyum menahan luka.
kau berlari dengannya. sementara aku tidak lagi mampu berlari untuk menggapaimu.
mungkin, saat kau menoleh, aku sudah tidak lagi kau lihat. aku sudah terjatuh dijalan, jalan yang jauh dari tempatmu berdiri.

bahagia. kata itu sederhana saja. aku bahagia walau hanya mengingat butir-butir angka tujuh yang selalu datang setiap bulannya. biar aku sendiri yang membalik setiap lembaran yang ada, biarkan mulutku mengucap namamu ribuan kali tiada henti, dan biarkan aku sendiri yang mengingat hari istimewa setiap tanggal tujuh yang datang.
untuk tujuh yang keempat puluh satu. yang masih setia menemaniku bercerita tentangnya dalam angan dan bayangan yang tidak pernah nyata.
untuk tujuh yang keempat puluh satu, yang masih menopangku berdiri hingga detik ini. untuk dia, dia yang telah berjalan bersama wanita lain dengan bahagianya.


 
Blogger Template by Ipietoon Blogger Template