Aku menghabiskan sebagian besar hari Sabtuku dengan berbincang manis dengan Cahya melalui WhatsApp. Aku rasa hampir sebulan lebih kami tidak saling berbicara karena kesibukan masing-masing. Pada banyak hal, aku merasa ketika aku berbincang dengannya aku merasa lebih tenang. Ya, terkadang tidak semua hal rumit yang ingin aku ceritakan dengan mudah kubagikan. Nyatanya, berbeda jika aku berbincang dengannya, hal rumit dan mendalam terasa lebih melegakan setelah kubagikan melalui ceritaku padanya.
Minggu, 22 Agustus 2021
Rasa Syukur akan Kebaikan Tuhan
Aku menghabiskan sebagian besar hari Sabtuku dengan berbincang manis dengan Cahya melalui WhatsApp. Aku rasa hampir sebulan lebih kami tidak saling berbicara karena kesibukan masing-masing. Pada banyak hal, aku merasa ketika aku berbincang dengannya aku merasa lebih tenang. Ya, terkadang tidak semua hal rumit yang ingin aku ceritakan dengan mudah kubagikan. Nyatanya, berbeda jika aku berbincang dengannya, hal rumit dan mendalam terasa lebih melegakan setelah kubagikan melalui ceritaku padanya.
Rabu, 30 Juni 2021
COVID-19 di Bulan Juni
Kemarin, kakakku berkata padaku dalam pesan singkat di WhatsApp, "Besok aku harus swab. Kepala puskesmasku positif. Jika berlanjut, ibu, Mas, dan Garlik juga swab. Semoga aku negatif." Dia tahu resiko dari pekerjaannya di puskesmas, termasuk dia siap apapun hasil yang didapat.
Dan hari ini, kakakku telah swab. Tinggal menunggu hasilnya.
Di rumah, Garlik menangis. Garlik berkata, “Kenapa hasil swab ibuk nggak keluar-keluar?” Untuk anak seusia Garlik, sangat jarang melontarkan pertanyaan-pertanyaan kritis seperti itu. Garlik kecil tumbuh berbeda dengan anak-anak seusianya, pikirannya jauh lebih luas dan tidak berujung. Bertanya apa yang dia ingin tahu dan menjawab beragam hal dengan masuk akal. Garlik hanyalan anak kecil seperti pada umumnya, tapi aku tahu dia sangat mengasihi ibunya. Bukannya malah tidak saling mendekat, Garlik malah memeluk ibunya erat dan tidak ingin ditinggalkan (dilampirkan dalam sebuah foto di WhatsApp.)
Entahlah, apalah COVID-19 di pikiran anak usia 5 tahun. Aku tidak tahu. Tapi Garlik tahu, COVID-19 itu berbahaya dan berbeda dari sakit-sakit pada umumnya, sehingga Garlik sangat patuh pada protokol yang dianjurkan, seperti: memakai masker ketika keluar rumah dan mencuci tangan setiap habis bermain dan tiba dirumah.
Beberapa hari telah berlalu sejak hari itu. Dengan segala syukur yang dipanjatkan hingga meneteskan air mata bahwa Tuhan masih sangat baik. Selalu baik. Hasil swab itu keluar dengan keterangan negatif.
Satu tahun lebih telah berlalu sejak kemunculan COVID-19 di berita-berita televisi. Tingginya kasus hari demi hari yang terjadi menentukan kebijakan apa yang pemerintah lakukan dan kedisiplinan apa yang harus kita lakukan secara pribadi. Tentu ada harapan untuk segera mengakhirinya, setelah berbulan-bulan lamanya kita seperti hidup didalam sebuah kota dengan banyak dinding pembatas aktivitas.
Ya, tentu bukan hanya aku saja yang memiliki harapan agar COVID-19 ini segera berakhir. Sebagian besar orang di dunia setuju bahwa kita ingin segera kembali ke masa-masa seperti sebelumnya. COVID-19 bukan saja membawa sebuah luka, disisi lain juga membawa rasa kehilangan yang mendalam. Ada banyak orang yang harus merelakan kepergian orang-orang yang dicintainya secara tiba-tiba. Namun, mereka dan aku percaya akan hari baru di hari-hari yang akan datang adalah hari dan waktu yang terbaik.
Ditengah semakin tingginya (lagi) kasus COVID-19 di bulan Juni ini, aku merasakan semakin hari bahwa Tuhan memang sangat baik. Sekalipun tangan-Nya tidak pernah meninggalkan anak-anaknya. Tuhan menyertai, kita juga harus semakin menjaga diri. Keduanya akan berjalan secara beriringan. Tuhan akan melakukan pekerjaan-Nya dengan baik, dengan salah satu caranya kita juga harus menaati prokes yang diberlakukan, yaitu; memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak.
Aku belajar bahwa sekecil apapun iman yang kita miliki, iman itu akan membawa hal besar yang luar biasa. Seperti iman yang kami percayai sampai hari ini. Di hari-hari yang lalu, bapak dan ibu saling berbicara, “Tuhan pasti menolong, semoga saja hasilnya negatif. Tuhan pasti menyertai. Jika mungkin positif, lalu siapakah yang akan membantu mereka yang sakit?” Dan kepercayaan kecil itu berbuah besar, jauh lebih besar. Bukan hanya negatif saja, tetapi kami masih benar-benar Tuhan berikan kesehatan hari demi hari.
Hari ini adalah hari terakhir di bulan Juni.
Aku bersyukur atas apapun yang Tuhan telah beri dan sediakan, salah satunya kesehatan. Bersyukur atas anugerah yang luar biasa setiap saat. Semoga kita semua tetap memiliki iman yang besar di dalam masa-masa sulit ini.
Untukmu, COVID-19,
Aku mohon untuk segeralah pergi.
Sabtu, 17 April 2021
Kekhawatiran yang Terjawab
"Ada AKU."
"AKU."
"Ada AKU, untuk apa kamu khawatir? Ada AKU, untuk apa kamu takut?"
Aku tahu, Tuhan tahu melebihi apa yang ada di hati dan pikiranku. Disela-sela aku berdiam aku membatin, "Aku lelah, aku ingin semuanya menjadi baik adanya seperti biasanya. Seperti kemarin."
Ada saat-saat dimana aku..
Aku khawatir, aku percaya pasti Tuhan menjaga.
Aku khawatir, aku percaya pasti Tuhan mendampingi.
Aku khawatir, aku percaya pasti Tuhan tidak meninggalkan karena Tuhan senantiasa menggandeng.
Tuhan lebih besar dari rasa khawatirku.
Tuhan lebih besar dari rasa ketakutan yang ada padaku saat ini.
Jika semuanya adalah baik, Tuhan akan memungkinkan semuanya dalam keadaan baik (pasti.)
Terima kasih karena Tuhan tidak lelah untuk mengingatkanku untuk terus percaya kepada-Nya. Terima kasih karena Tuhan telah rela mendengar apa yang aku ceritakan, meski cerita lengkapnya Dia lebih tahu. Terima kasih telah kembali meyakinkanku akan sebuah "keadaan baik" untuk sesuatu.
Diakhir malam ini, setelah aku berdoa, aku kembali merebahkan tubuhku diatas tempat tidur dan menyelimuti tubuh ini untuk sekedar merasakan kehangatan. Aku mulai tenang sedikit demi sedikit. Meskipun masih ada yang aku pikirkan tentang yang lain. Tentang "semoga dalam keadaan baik."
Ini adalah tulisan di malam selanjutnya bahwa aku benar-benar bersyukur atas apa yang Tuhan telah lakukan. Tidak ada alasan untuk tidak percaya bahwa Tuhan mampu menjawab atau hanya sekedar memberikan sebuah kata kunci melalui hal-hal sederhana. Asal kita percaya.
Minggu, 28 Maret 2021
Syukur di Tengah Hujan
Beberapa waktu yang lalu, hujan turun tiga kali lebih deras dari biasanya. Langit yang awalnya membiru dengan cepat beralih menjadi abu-abu pekat. Angin berhembus lebih kencang, suasanapun terasa seperti sudah menjelang malam, padahal saat itu jam masih menunjukkan pukul tiga sore. Sesekali aku menengok keluar jendela, hanya membatin, "Semoga pas jam pulang sudah reda."
Jam menunjukkan pukul empat tiga puluh sore dan suasana diluar masih sama seperti tadi. Derasnya hujanpun tak banyak berubah. Kemudian aku mulai mengkhawatirkan perjalananku pulang, "Bagaimana nanti jika masih sederas ini?" Ada ketakutan tersendiri didalam hatiku. Berulang kali aku membatin agar hujan segera reda, agar aku bisa pulang dengan nyaman. Dan berulang kali pula rasa khawatir dan takut itu muncul di permukaan.
Aku duduk diatas sepeda motorku. Teman-temanku juga menanti redanya hujan. Kami terlalu takut pulang karena hujannya terlalu deras. Tidak masalah menunggu selama beberapa saat, asalkan ketika pulang hujan sedikit lebih reda.
Semakin lama menunggu, hujan tidak segera berhenti. Semakin lama menunggu, suasana sore itu semakin gelap dan dingin. Jika aku tidak segera pulang, sampai malampun aku bisa terjebak disini.
Tiga puluh menit setelah itu, aku siap untuk perjalanan pulang, karena mau tak mau aku harus menerobos hujan agar segera sampai dirumah. Aku berpamitan kepada teman-temanku yang masih menunggu redanya hujan, kemudian aku pulang dengan mengendarai sepeda motor sangat pelan.
Ditengah perjalanan, berhenti disebuah perempatan karena menunggu lampu lalu lintas kembali hijau aku mengucap syukur, "Terima kasih, Tuhan Yesus baik."
Sambil memandang ke depan, aku tidak berhenti mengucap syukur atas penyertaan Tuhan ditengah hujan. Hujan begitu deras, aku begitu khawatir untuk pulang, namun Tuhan menyertai.
Satu hal yang menjadi masalahku ketika hujan adalah aku takut tidak mampu melihat dengan jarak pandang yang terbatas. Anak berkacamata sepertiku akan selalu mengalami hal serupa (terbatasnya jarak pandang karena kacamata berembun dan rintik hujan yang terlalu deras), apalagi hari ini hujan turun lebih deras dari biasanya.
Disisa perjalanan pulang aku tak berhenti mengucap syukur (lagi), sederas apapun hujan sore itu kacamataku sama sekali tidak berembun! Jarak pandangku juga tidak terbatas, bahkan aku dapat melihat jalan didepan dengan mudah.
Hari itu aku diingatkan kembali bahwa aku punya Tuhan yang Luar Biasa. Saat rasa khawatirku lebih besar dari yang seharusnya, aku merasa malu. Seharusnya aku tidak perlu khawatir tentang hal semacam ini, karena Tuhan bekerja atas kekhawatiranku. Tuhan menunjukkan bagaimana Ia menyertaiku sore itu, membiarkan jalan didepan terlihat semudah biasanya. Serta, membuat kacamataku tak berembun sehingga pandanganku jauh lebih mudah.
Sepanjang perjalanan yang tersisa aku bernyanyi dan tak henti berucap, "Terima kasih, Tuhan Yesus baik!"
Sambil merebahkan diri diatas tempat tidur, aku masih belum bisa berhenti terkagum atas kejadian tadi sore. Membayangkan dimana tadinya aku merasa terlalu takut untuk pulang, namun sepanjang perjalanan pulang Tuhan benar-benar menyertai masih membuatku merasa diberkati luar biasa.
"Ah, Tuhan memang baik."
Gumamku sebelum menutup hari itu.
Ditengah hujan yang lebat hari itu aku merasa bahagia karena aku masih bisa bersyukur. Tuhan menjaga dan menyertaiku sepanjang jalan, ditengah derasnya hujan.
Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu.1 Petrus 5:7 // Terjemahan Baru
Kamis, 30 April 2015
Kehendak-Mu Jadilah
Seperti dalam doa Bapa Kami, "...jadilah kehendakMu di bumi seperti di surga..."
bukan kehendakku, namun kehendakMu,hidupku bagiMu,Kau indah Kau muliakuingin hidupku menyenangkanMuTiada sepertiMu // Sidney Mohede
Selasa, 13 Agustus 2013
Yang Terpilih
"yang terpilih dan siapa yang mampu bertahan hingga akhir."
Seorang Bapa tidak akan pernah memberi cobaan kehidupan yang sangat sulit dan tidak bisa dilewati oleh manusia. yang mempersulit adalah "lemahnya iman dan kurangnya ketaatan dalam berdoa".
- Matius 22 : 14 Sebab banyak yang dipanggil tetapi sedikit yang dipilih.
- 2 Korintus 6 : 14 Janganlah kamu emrupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang tang tak percaya. Sebab persamaan apakah tentang kebenaran dan kedurhakaan? Atau bagaimana terang dapat bersatu dengan gelap?
- Yeremia 29 : 11 Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, yaitu rancangan damai sejahtera bukan rancangan kecelakaan. Untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan.
- Hosea 7 : 13 Celakalah mereka, sebab mereka melarikan diri dari pada-Ku! Binasahlah mereka sebab mereka memberontak terhadap Aku! Aku ini mau menebus mereka tetapi mereka berdusta terhadap Aku.
"dan kuingin mengenalMu Tuhan lebih dalam dari semua yang kukenal, tiada kasih yang melebihiMu, kuada untuk menjadi penyembahMu - MengenalMu, SidneyMohede"
Jumat, 20 Juli 2012
Tuhan Ada :)
"dalam setiap langkahku, Engkau besertaku,menawarkan perlindungan saat badai menejang,saat dunia menyakitku,kala cinta semua palsu,Kaulah yang kuandalkan, Kaulah perlindungan,Kaulah yang selalu ada,teman yang abadi, SAHABAT SEJATI,tak perlu aku ragu denganMu, KAU ADA"Kau Ada // Giving My Best
Rabu, 09 Mei 2012
Bapaku :')
Bapa yang akan ada selalu setiap waktu, aku merindukan pelukanMu, dan setiap kehangatanMu