Tampilkan postingan dengan label God's Providence. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label God's Providence. Tampilkan semua postingan

Minggu, 22 Agustus 2021

Rasa Syukur akan Kebaikan Tuhan

#DeepTalk: Cahya H. Herlambang

Aku menghabiskan sebagian besar hari Sabtuku dengan berbincang manis dengan Cahya melalui WhatsApp. Aku rasa hampir sebulan lebih kami tidak saling berbicara karena kesibukan masing-masing. Pada banyak hal, aku merasa ketika aku berbincang dengannya aku merasa lebih tenang. Ya, terkadang tidak semua hal rumit yang ingin aku ceritakan dengan mudah kubagikan. Nyatanya, berbeda jika aku berbincang dengannya, hal rumit dan mendalam terasa lebih melegakan setelah kubagikan melalui ceritaku padanya.

Cahya, bukan orang yang selalu memarahiku ketika aku bercerita dan membutuhkan sarannya. Dia bukan orang yang memberikan ceritanya ketika aku akan bercerita. Bagiku, Cahya adalah salah satu ruang untuk aku berbagi.

Kemarin Cahya bercerita bahwa keluarganya yang ada di Jogja baru saja selesai isoman (isolasi mandiri) yang dikarenakan infeksi COVID-19. Cahya bersyukur bahwa Tuhan masih memberikan berkat kesehatan dan kesembuhan bagi keluarganya sekalipun COVID-19 telah membuat banyak perubahan di dalam kehidupan keluarganya, seperti membatasi sejenak waktu berkunjung ke Jogja karena adanya pembatasan sosial.

Cahya dan aku, sebagai manusia pasti pernah berada di titik di mana masa sulit ini belum juga berakhir. Kadang kala terlalu dipikirkan membuat kita semakin stres menjalani hari-hari. Tetapi, jika kita semakin tenggelam dalam rasa lelah yang berkelanjutan, kami tidak akan menjadi kuat untuk tegap berdiri.

Saat ini, bertahan adalah cara terbaik untuk tetap berdiri dalam segala kondisi. Sebisa mungkin mempertahankan diri ini untuk tetap berpijak pada jalurnya. Berusaha untuk tidak merepotkan orang lain sekalipun merasa membutuhkan pertolongan. Berusaha untuk berpikiran positif agar apa yang dijalani tetap terasa penuh sukacita meski tidak dalam keadaan yang sepenuhnya baik.

Di bagian cerita yang lain, Cahya berbagi cerita tentang hal tetap berusaha berbagi dengan orang lain, sekalipun sedang di masa sama-sama membutuhkannya. Meskipun, kadang kala beberapa orang malah menyepelekan hal baik yang dibagikan dengan menjadikannya sebagai ‘rumah’ untuk beberapa kebutuhan yang diperlukan. Hahaha, malah diandalkan secara terus-menerus. Tetapi, sesekali kita juga boleh untuk menolak. Menolak bukan berarti tidak menolong, tetapi mencoba untuk memberinya jalan dengan berpikir akan hal lain yang dapat dilakukannya, selain dengan mengandalkan kita sebagai rumah seperti sebelumnya.

Perjalanan kehidupan yang telah bertahun-tahun dilalui, selain mengajarkan untuk bertahan di berbagai kondisi, berbagi dengan orang lain, juga mengajarkan kita untuk berjuang (tidak menyerah dengan mudah) tanpa mengeluh tetapi dengan mencari pemecahan masalah atau solusi. Itulah bagaimana cara Tuhan membentuk kita menjadi semakin kuat hari demi hari. Percayalah, tidak ada satu pun hal yang terjadi tanpa membawa adanya kebaikan.

Serumit dan seberat apa pun yang sedang kita lalui saat ini, tidak lepas tangan Tuhan untuk tetap menyertai kita melewati setiap badai. Bersyukurlah, seperti Cahya bersyukur atas kesehatan yang diberikan kepada dia dan keluarganya sampai hari ini. Bersyukur atas pekerjaan sekecil apa pun yang tidak lepas dari berkat yang mengiringi.

Ada banyak hal di dalam kehidupan yang pelik yang masih menyisakan ruang untuk rasa syukur atas setiap kebaikan Tuhan.

Terima kasih kepada Cahya yang datang sebagai cara Tuhan untuk mengingatkanku untuk terus mensyukuri tentang segala kebaikan Tuhan, baik saat suka maupun duka, baik saat sehat maupun sakit, atau bahkan saat seolah kita sedang memiliki berkat yang sedikit.


Rabu, 30 Juni 2021

COVID-19 di Bulan Juni

Hari Jum’at di akhir bulan Juni, 2021.
Kemarin, kakakku berkata padaku dalam pesan singkat di WhatsApp, "Besok aku harus swab. Kepala puskesmasku positif. Jika berlanjut, ibu, Mas, dan Garlik juga swab. Semoga aku negatif." Dia tahu resiko dari pekerjaannya di puskesmas, termasuk dia siap apapun hasil yang didapat.

Dan hari ini, kakakku telah swab. Tinggal menunggu hasilnya. 

Di rumah, Garlik menangis. Garlik berkata, “Kenapa hasil swab ibuk nggak keluar-keluar?” Untuk anak seusia Garlik, sangat jarang melontarkan pertanyaan-pertanyaan kritis seperti itu. Garlik kecil tumbuh berbeda dengan anak-anak seusianya, pikirannya jauh lebih luas dan tidak berujung. Bertanya apa yang dia ingin tahu dan menjawab beragam hal dengan masuk akal. Garlik hanyalan anak kecil seperti pada umumnya, tapi aku tahu dia sangat mengasihi ibunya. Bukannya malah tidak saling mendekat, Garlik malah memeluk ibunya erat dan tidak ingin ditinggalkan (dilampirkan dalam sebuah foto di WhatsApp.) 

Entahlah, apalah COVID-19 di pikiran anak usia 5 tahun. Aku tidak tahu. Tapi Garlik tahu, COVID-19 itu berbahaya dan berbeda dari sakit-sakit pada umumnya, sehingga Garlik sangat patuh pada protokol yang dianjurkan, seperti: memakai masker ketika keluar rumah dan mencuci tangan setiap habis bermain dan tiba dirumah. 

Beberapa hari telah berlalu sejak hari itu. Dengan segala syukur yang dipanjatkan hingga meneteskan air mata bahwa Tuhan masih sangat baik. Selalu baik. Hasil swab itu keluar dengan keterangan negatif. 

*** 

Satu tahun lebih telah berlalu sejak kemunculan COVID-19 di berita-berita televisi. Tingginya kasus hari demi hari yang terjadi menentukan kebijakan apa yang pemerintah lakukan dan kedisiplinan apa yang harus kita lakukan secara pribadi. Tentu ada harapan untuk segera mengakhirinya, setelah berbulan-bulan lamanya kita seperti hidup didalam sebuah kota dengan banyak dinding pembatas aktivitas. 

Ya, tentu bukan hanya aku saja yang memiliki harapan agar COVID-19 ini segera berakhir. Sebagian besar orang di dunia setuju bahwa kita ingin segera kembali ke masa-masa seperti sebelumnya. COVID-19 bukan saja membawa sebuah luka, disisi lain juga membawa rasa kehilangan yang mendalam. Ada banyak orang yang harus merelakan kepergian orang-orang yang dicintainya secara tiba-tiba. Namun, mereka dan aku percaya akan hari baru di hari-hari yang akan datang adalah hari dan waktu yang terbaik.  

Ditengah semakin tingginya (lagi) kasus COVID-19 di bulan Juni ini, aku merasakan semakin hari bahwa Tuhan memang sangat baik. Sekalipun tangan-Nya tidak pernah meninggalkan anak-anaknya. Tuhan menyertai, kita juga harus semakin menjaga diri. Keduanya akan berjalan secara beriringan. Tuhan akan melakukan pekerjaan-Nya dengan baik, dengan salah satu caranya kita juga harus menaati prokes yang diberlakukan, yaitu; memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak. 

Aku belajar bahwa sekecil apapun iman yang kita miliki, iman itu akan membawa hal besar yang luar biasa. Seperti iman yang kami percayai sampai hari ini. Di hari-hari yang lalu, bapak dan ibu saling berbicara, “Tuhan pasti menolong, semoga saja hasilnya negatif. Tuhan pasti menyertai. Jika mungkin positif, lalu siapakah yang akan membantu mereka yang sakit?” Dan kepercayaan kecil itu berbuah besar, jauh lebih besar. Bukan hanya negatif saja, tetapi kami masih benar-benar Tuhan berikan kesehatan hari demi hari. 

Hari ini adalah hari terakhir di bulan Juni.
Aku bersyukur atas apapun yang Tuhan telah beri dan sediakan, salah satunya kesehatan. Bersyukur atas anugerah yang luar biasa setiap saat. Semoga kita semua tetap memiliki iman yang besar di dalam masa-masa sulit ini. 
Untukmu, COVID-19,
Aku mohon untuk segeralah pergi.


Sabtu, 17 April 2021

Kekhawatiran yang Terjawab

Hari ini hujan turun terlambat. Hujan baru saja turun ketika menjelang malam, dari intensitas kecil, deras, hingga kembali menjadi rintikan hujan. Air yang jatuh diatap terdengar bergantian berdenting, aku terdiam diatas tempat tidur malam ini.
Cahaya handphone-ku sudah berubah menjadi abu-abu ketika jam menunjukkan pukul 21.35. Seharusnya aku sudah bersiap tidur, tapi mataku masih belum mau untuk diistirahatkan. Selama beberapa menit berlalu, jemariku masih lihai memencet dan mengetik, membuka satu sosial media dan menutup yang lainnya secara bergantian. Tetapi tidak tahu apa yang kucari.
Aku menatap langit-langit kamar yang gelap sambil mendengarkan rintik hujan yang turun. Aku mengingat apa yang sedang terjadi dalam minggu-minggu ini, hingga lagi-lagi Tuhan menegurku untuk tidak lagi khawatir.
"Kamu masih khawatirkah? Ada AKU."
"Ada AKU."
"AKU."
Suara Tuhan seperti itu berulang kali aku dengarkan. Terkadang aku dengarkan melalui hati, terkadang pula seperti bergema di pikiranku. Tetapi sekali lagi aku masih tidak bisa fokus mendengarkan. Ada beberapa hal yang aku pikirkan, salah satunya tentang sebuah keadaan. Tentang keadaan di masa depan dan tentang keadaan di masa lampau yang mulai berbicara tentang siapa yang berulang muncul dan mulai aku rindukan.
Berulang kali aku menolak dan meyakinkan bahwa aku keliru, namun berulang kali pula aku merasa itu memang faktanya. Bukan hanya mengkhawatirkan masa saja rupanya, tetapi mengkhawatirkan hal yang lain yang baru saja diucapkan seorang teman beberapa hari yang lalu.

Aku terbangun dan menegakkan diri sambil memandang kegelapan disekitar. Sesekali aku menghela nafas cukup panjang. Hanya berdiam tanpa melakukan apapun, aku merasa tenang.
"Ada AKU, untuk apa kamu khawatir? Ada AKU, untuk apa kamu takut?"
Aku tahu, Tuhan tahu melebihi apa yang ada di hati dan pikiranku. Disela-sela aku berdiam aku membatin, "Aku lelah, aku ingin semuanya menjadi baik adanya seperti biasanya. Seperti kemarin."
Ada saat-saat dimana aku..
Aku khawatir, aku percaya pasti Tuhan menjaga.
Aku khawatir, aku percaya pasti Tuhan mendampingi.
Aku khawatir, aku percaya pasti Tuhan tidak meninggalkan karena Tuhan senantiasa menggandeng.
Tuhan lebih besar dari rasa khawatirku.
Tuhan lebih besar dari rasa ketakutan yang ada padaku saat ini.
Jika semuanya adalah baik, Tuhan akan memungkinkan semuanya dalam keadaan baik (pasti.)

Terima kasih karena Tuhan tidak lelah untuk mengingatkanku untuk terus percaya kepada-Nya. Terima kasih karena Tuhan telah rela mendengar apa yang aku ceritakan, meski cerita lengkapnya Dia lebih tahu. Terima kasih telah kembali meyakinkanku akan sebuah "keadaan baik" untuk sesuatu.

Diakhir malam ini, setelah aku berdoa, aku kembali merebahkan tubuhku diatas tempat tidur dan menyelimuti tubuh ini untuk sekedar merasakan kehangatan. Aku mulai tenang sedikit demi sedikit. Meskipun masih ada yang aku pikirkan tentang yang lain. Tentang "semoga dalam keadaan baik."

Tulisan dibawah selimut, dimalam hari ketika rintik hujan masih turun secara berirama. Ketika kekhawatiran mulai sirna karena Tuhan telah menenangkan. Namun sebenarnya, rintik hujan yang turun telah kembali membuatku gelisah, bisakah tidak lagi datang untuk tidak membuatku gelisah?

***

Ini adalah tulisan di malam selanjutnya bahwa aku benar-benar bersyukur atas apa yang Tuhan telah lakukan. Tidak ada alasan untuk tidak percaya bahwa Tuhan mampu menjawab atau hanya sekedar memberikan sebuah kata kunci melalui hal-hal sederhana. Asal kita percaya.
Seorang teman mengirimiku sebuah pesan, dia berkata, "Hari ini rasanya aku ingin sekali whatsapp kamu." Lalu kami saling membalas pesan, hingga dia bertanya akan hal yang akan dia lakukan. Dan hal yang akan dia lakukan adalah hal yang terlintas di pikiranku beberapa hari belakangan. Aku menjawab, "Ya, tidak apa-apa, lakukan saja," dan darinyalah jawaban yang aku khawatirkan ada.
"Semuanya dalam keadaan baik," jawabnya di satu pesan selanjutnya.
Aku merenung sambil membalas pesan-pesan yang masuk selanjutnya hingga aku menyadari Tuhan menjawab apa yang aku khawatirkan semalam.
"Baik kan? Semuanya dalam keadaan baik. Tidak perlu khawatir, ada AKU. AKU yang menjaga segala hal yang ada, yang kamu perlu lakukan hanyalah percaya. Percaya," kata-Nya.

Lalu, aku tidak berhenti terkagum. Tuhan melakukan melalui hal kecil hanya dari seorang teman. Aku masih tidak tahu cara bagaimana Engkau melakukan, tapi aku dan temanku merasa terkagum, Tuhan telah bekerja dengan sangat baik untuk aku, iya aku. Aku yang terlalu khawatir akan sesuatu.
Pada akhirnya, aku bersyukur akan segala hal baik yang terjadi. Untuk penyertaan yang tiada henti. Terima kasih kepada Tuhan yang Maha Tahu, serta terima kasih kepada seorang teman yang Tuhan sudah pakai sebagai pembawa jawaban.


Minggu, 28 Maret 2021

Syukur di Tengah Hujan


Beberapa waktu yang lalu, hujan turun tiga kali lebih deras dari biasanya. Langit yang awalnya membiru dengan cepat beralih menjadi abu-abu pekat. Angin berhembus lebih kencang, suasanapun terasa seperti sudah menjelang malam, padahal saat itu jam masih menunjukkan pukul tiga sore. Sesekali aku menengok keluar jendela, hanya membatin, "Semoga pas jam pulang sudah reda."

Jam menunjukkan pukul empat tiga puluh sore dan suasana diluar masih sama seperti tadi. Derasnya hujanpun tak banyak berubah. Kemudian aku mulai mengkhawatirkan perjalananku pulang, "Bagaimana nanti jika masih sederas ini?" Ada ketakutan tersendiri didalam hatiku. Berulang kali aku membatin agar hujan segera reda, agar aku bisa pulang dengan nyaman. Dan berulang kali pula rasa khawatir dan takut itu muncul di permukaan.


Aku duduk diatas sepeda motorku. Teman-temanku juga menanti redanya hujan. Kami terlalu takut pulang karena hujannya terlalu deras. Tidak masalah menunggu selama beberapa saat, asalkan ketika pulang hujan sedikit lebih reda.
Semakin lama menunggu, hujan tidak segera berhenti. Semakin lama menunggu, suasana sore itu semakin gelap dan dingin. Jika aku tidak segera pulang, sampai malampun aku bisa terjebak disini.

Tiga puluh menit setelah itu, aku siap untuk perjalanan pulang, karena mau tak mau aku harus menerobos hujan agar segera sampai dirumah. Aku berpamitan kepada teman-temanku yang masih menunggu redanya hujan, kemudian aku pulang dengan mengendarai sepeda motor sangat pelan.

Ditengah perjalanan, berhenti disebuah perempatan karena menunggu lampu lalu lintas kembali hijau aku mengucap syukur, "Terima kasih, Tuhan Yesus baik."
Sambil memandang ke depan, aku tidak berhenti mengucap syukur atas penyertaan Tuhan ditengah hujan. Hujan begitu deras, aku begitu khawatir untuk pulang, namun Tuhan menyertai.
Satu hal yang menjadi masalahku ketika hujan adalah aku takut tidak mampu melihat dengan jarak pandang yang terbatas. Anak berkacamata sepertiku akan selalu mengalami hal serupa (terbatasnya jarak pandang karena kacamata berembun dan rintik hujan yang terlalu deras), apalagi hari ini hujan turun lebih deras dari biasanya.
Disisa perjalanan pulang aku tak berhenti mengucap syukur (lagi), sederas apapun hujan sore itu kacamataku sama sekali tidak berembun! Jarak pandangku juga tidak terbatas, bahkan aku dapat melihat jalan didepan dengan mudah.

Hari itu aku diingatkan kembali bahwa aku punya Tuhan yang Luar Biasa. Saat rasa khawatirku lebih besar dari yang seharusnya, aku merasa malu. Seharusnya aku tidak perlu khawatir tentang hal semacam ini, karena Tuhan bekerja atas kekhawatiranku. Tuhan menunjukkan bagaimana Ia menyertaiku sore itu, membiarkan jalan didepan terlihat semudah biasanya. Serta, membuat kacamataku tak berembun sehingga pandanganku jauh lebih mudah.
Sepanjang perjalanan yang tersisa aku bernyanyi dan tak henti berucap, "Terima kasih, Tuhan Yesus baik!"
Sambil merebahkan diri diatas tempat tidur, aku masih belum bisa berhenti terkagum atas kejadian tadi sore. Membayangkan dimana tadinya aku merasa terlalu takut untuk pulang, namun sepanjang perjalanan pulang Tuhan benar-benar menyertai masih membuatku merasa diberkati luar biasa.

"Ah, Tuhan memang baik."
Gumamku sebelum menutup hari itu.
Ditengah hujan yang lebat hari itu aku merasa bahagia karena aku masih bisa bersyukur. Tuhan menjaga dan menyertaiku sepanjang jalan, ditengah derasnya hujan.

Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu.
1 Petrus 5:7 // Terjemahan Baru

Kamis, 30 April 2015

Kehendak-Mu Jadilah

Seperti dalam doa Bapa Kami, "...jadilah kehendakMu di bumi seperti di surga..." 

Kekhawatiran seringkali melanda ketika aku mulai rapuh menghadapi suatu keadaan. Aku khawatir akan hari esok, aku khawatir akan masa depan, aku khawatir tentang apakah aku mampu? Iya, itu bukan hanya satu dua kali, namun seringkali. Secara manusia bahkan aku bukan hanya khawatir, namun seringkali bertanya-tanya "kok nggak kayak gini sih Tuhan, kok gitu sih". Iya seringkali aku masih meragukan apa yang Dia berikan. Saat hati dan pikiranku tidak sinkron, pikiran jahat bahwa Dia tidak memberikan padaku apa yang baik menjadi celah bagi iblis untuk masuk dan menguasai. Membuatku semakin khawatir, tidak adil, bahkan membuatku lemah dan tidak lagi berdaya menghadapi ini. Beberapa kali aku sempat menyerah, merasa bahwa aku tidak sanggup. Tetapi ada satu hal yang aku tahu jika aku semakin lemah dan tak berdaya iblis akan merasa ia menang dan mampu menguasai diriku. 

Pada masa-masa ku yang tidak baik itu, selalu ada tangan yang aku rasa mengangkatku. Memegangku dengan lembut. Menyediakan pundakNya untukku. Dan berkata padaku, "ini Aku, Allahmu, jangan takut. Aku akan selalu menyertaimu. Berdoalah, tenangkanlah hatimu". 
Berdoa dan butuh waktu sejenak, mencurahkan apa yang berat yang kupikul. Ia tidak pernah menutup telingaNya untuk mendengarkan seruan doaku. Ia tahu aku, aku anakNya. Anak pilihanNya. Dan Ia tidak akan pernah meninggalkanku seberat apapun pergumulan dalam doaku. Ia mengajarkanku untuk berharap tanpa ragu, mempercayai janji-janjiNya, dan yang terutama menyerahkan hidupku penuh di dalam tangannya. Dan Ia terus mengajakku untuk tidak pernah berhenti mengasah imanku, dan membuat imanku semakin teguh seteguh bukit batu. Ya Allahku, aku tahu bahwa hanya Engkaulah penyelamatku, perlindunganku, batu penjuruku, dan aku tidak akan takut. Sekalipun badai dan topan melanda, aku tahu hanya Engkau, Allah yang berkuasa atas segala-galanya. 

Ketika dengan sukarela aku menyerahkan segala pergumulan, kekhawatiran, ketakutan, dan semua yang membuatku berat menjalaninya dan takut menghadapinya dalam doa, ya aku tahu Allahku akan membuat segala sesuatu indah pada waktuNya (Pengkhotbah 3). Waktu kita bukan waktu Tuhan. Dan waktu Tuhan bukan waktu kita. Aku tahu jika waktu Tuhan jauh lebih indah, tepat, dan sempurna dan tidak akan mengecewakanku. Dia adalah Bapaku. Bapa yang selalu menyayangi aku, anakNya tanpa ada syarat satupun. Aku semakin percaya bahwa apapun yang terjadi sesuai kehendakNya, biarlah Dia yang berdaulat atas hidupku. Dengan semua beratnya kehidupan dalam pergumulan, biarkanlah aku tidak pernah lepas dariMu, ajarilah aku untuk tidak mengeluh, dan khawatir, takut, rapuh, dan segala hal yang buruk, dan ajarilah aku senantiasa untuk berdoa, bersyukur, menyerahkan hidupku sepenuhnya dalam tanganMu, serta percaya pada kehendakMu sajalah yang terjadi bukan kehendakku. 

bukan kehendakku, namun kehendakMu, 
hidupku bagiMu, 
Kau indah Kau mulia 
kuingin hidupku menyenangkanMu

Tiada sepertiMu // Sidney Mohede


Selasa, 13 Agustus 2013

Yang Terpilih

"yang terpilih dan siapa yang mampu bertahan hingga akhir."

Seorang Bapa tidak akan pernah memberi cobaan kehidupan yang sangat sulit dan tidak bisa dilewati oleh manusia. yang mempersulit adalah "lemahnya iman dan kurangnya ketaatan dalam berdoa". 
Seorang Bapapun juga tidak akan pernah merelakan anak-anaknya pergi dan memilih jalan yang salah.
Terkadang kehidupanpun terasa amat sangat berat. Bukan hanya soal masalah pribadi, namun juga mengenai masalah lain yang secara silih berganti datang, mungkin bisa dibilang juga tiada henti.
Hal-hal kecil bahkan amat sangat kecil bisa mengacaukan sesuatu yang sudah sekian lama tertanam bahkan hingga hampur berbuah, seperti hama yang mendadak menyerang tumbuhan yang sudah siap berbunga untuk menghasilkan buah harus gagal karena satu hama kecil yang merusak.
hidupmu? apa hidupmu seperti itu?
ada. tidak dipungkiri bahwa ada saja hal seperti itu.
apa tumbuhan itu kurang sehat?
tidak. bahkan ia sangat sehat.
apa tumbuhan itu kurang perawatan?
tidak. pemiliknya tentu merawatnya dengan baik.
ya seperti Bapa yang selalu merawat anakNya dengan baik.

apakah kamu termasuk anak-anak Bapa?
tentu. setiap orang yang percaya dan mengakui dengan imannya adalah anak Bapa dan pasti ia telah selamat.
Bapa memilih anak-anak yang akan menjadi pewaris tahta kerajaanNa, tentunya anak-anak dengan iman-iman yang kuat, sekecil apapun iman itu, jika kita benar-benar memeliharanya dengan baik, gunungpun akan beranjak dari tampatnya.
Bapa kita, juga menentukan jalan terbaik untuk setiap anakNya, Ia tidak akan pernah membiarkan anakNya jalan sendiri ketika harus dalam kegelapan, Bapa selalu berjanji menyertai, asalkan kita juga berjanji untuk setia dan menyelesaikan pertandingan kita hingga akhir.
anak-anak Bapa adalah "yang terpilih" 
- Matius 22 : 14 Sebab banyak yang dipanggil tetapi sedikit yang dipilih.
kita terpilih menjadi anakNya, namun tidak sedikit dari kita yang terpilih. dengan mudah seseorang akan lari dan meninggalkan Bapanya yang paling setia ini dengan hal-hal dunia yang amat sangat begitu tidak akan pernah mendapat kekekalan. apa yang kamu lakukan dengan bodohnya ketika kamu melepas kekalnya mahkota surga hanya dengan karena masalah "gelap dan terang?" seharusnya itu hal terbodoh dalam hidupmu yang dilakukan. Bapa kita sudah jelas menerangkan jika, gelap dan terang tidak akan dapat bersatu. karena sesungguhnya Ia sudah punya siapa, apa, mengapa, bagaimana, kapan, dan dimana rancangan terbaiknya akan terwujud untuk anak-anak yang dipilihNya.
- 2 Korintus 6 : 14 Janganlah kamu emrupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang tang tak percaya. Sebab persamaan apakah tentang kebenaran dan kedurhakaan? Atau bagaimana terang dapat bersatu dengan gelap?

- Yeremia 29 : 11 Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, yaitu rancangan damai sejahtera bukan rancangan kecelakaan. Untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan.
jadi apa yang sebenarnya menjadi alasan untuk seseoarang pergi dan meninggalkan Bapa-Nya yang hanya karena alasan "dunia" yang membuatnya buta untuk sementara waktu? tentang dunia yang hanya bisa menunjukkan kebahagiaan saat itu dan tidak lagi untuk kekekalan? tentang dunia yang tidak pernah mengajarkan kasih dan berbagi tetapi tentang kedurhakaan dan ketidak pedulian?

hi guys, sebenarnya Bapa adalah satu-satunya jalan yang benar. tidak terkecuali. Dia mengasihimu, Dia menyayangimu, Bapamu yang seorang RAJA dan kau tukar dengan DUNIA yang tidak ada apa-apanya adalah hal terbodohmu. Jangan lagi ada "penyaliban anak Allah kedua kalinya" karena sikapmu yang tidak tahu akan apapun. Jangan lagi ada yang mengecewakan Dia yang begitu mengasihimu. Dia yang tidak akan pernah mengecewakan hidupmu. 
satu ayat yang patut direnungkan, 
- Hosea 7 : 13 Celakalah mereka, sebab mereka melarikan diri dari pada-Ku! Binasahlah mereka sebab mereka memberontak terhadap Aku! Aku ini mau menebus mereka tetapi mereka berdusta terhadap Aku.
Kita yang TERPILIH, kita yang TELAH DISELAMATKAN, kita yang TELAH DITEBUS. jangan sekalipun berdusta terhadap Tuhan AllahMu. Lihatlah, Dia sudah bekerja amat sangat luar biasa untuk hidup kita, semua yang terbaik dalam hidup kita adalaha karyaNya, masih ada kesempatan untuk benar-benar tahu dan menjadi apa yang dia mau, masih ada kesempatan untuk masuk dalam pintu keselamatan sebelum semuanya berakhir dengan menutupnya matamu, dan menutupnya dunia.

"dan kuingin mengenalMu Tuhan lebih dalam dari semua yang kukenal, tiada kasih yang melebihiMu, kuada untuk menjadi penyembahMu - MengenalMu, SidneyMohede"

Jumat, 20 Juli 2012

Tuhan Ada :)

hay, sebenernya akhir-akhir ini banyak banget yang pengen gue posting di blog, tapi banyak banget keadaan yang seolah nggak memungkinkan buat ngeposting, seenggaknya setengah tahun 2012 udah gue lewatin, atau bahkan gue nikmatin dengan sejuta anugerahNya, yep, tetep yang paling LUAR BIASA adalah anugerah TUHAN yang nggak pernah ada duanya dalam hidup gue. setengah tahun, banyak banget halhal yang menyenangkan, nggak cuman sama keluarga, tapi sama ribuan teman yang secara nyata ada, atau yang hanya muncul di beberapa situs jejaring sosial gue, salah satunya pasti twitter. okeh. gue maniak twitter. banyak banget perjalanan yang gue alami di 2012 ini. dan yang paling ter-wow kan pas bulan Juli ini. ke pantai di Malang Selatan lah, ke Tulungagung lah, semuanya menyenangkan banget.

kalo gue lihat keadaan gue yang sebenernya menyenangkan banget hari-harinya, tapi itu salah. gue mulai nggak terlalu menikmati setiap kejadian yang gue lakukan. nggak paham juga kenapa, tapi Tuhan yang tahu. merasa jatuh banget, sama lah kayak tahun lalu, kayaknya tiap tahun ada satu titik dimana gue harus "benar-benar jatuh terpuruk" bukan cuman masalah teman, masalah pribadi juga terlibat. sayangnya gue susah bangkit dari hal beginian. bener, dan memang sih gue nggak nangis kayak yang dulu, mungkin karena gue udah kuat dan udah siap menerima apapun yang terjadi disini. dan posisi gue nggak gue sesali, malahan bersyukur banget dengan ini Tuhan bisa bentuk gue jadi lebih baik lagi, (ya)
kayaknya ya, tiap permasalahan yang gue alami itu jadi satu pelajaran baru, dan gue diingetin lagi buat "semakin dekat sama Tuhan". iya rasanya sih seperti nggak adil mengalami ini, tapi mau bagaimana, Tuhan yang memberi. masa cuman aku yang terusan minta minta dan minta ke Tuhan, sedangkan cara hidupku aja belum banget menyenangkan Dia :'( kakak pernah bilang, "benerin dulu hidupmu, baru minta lebih ke Tuhan, jangan cuman minta aja, tapi lihat apa yang udah kamu perbuat buat menyenangkanNya? sudahkah kamu hidup kudus bagi Dia? dan ingat, Tuhan nggak akan memberi karena Tuhan tahu kamu belum siap menghandle semua yang nanti kamu terima". jujur aja nyesek juga pas ditanya, kamu udah hidup kudus buat Tuhan belum? jujur aja belum.

Tuhan tahu kok apa yang aku pikir, dan yang aku inginkan. aku juga tahu. tapi kenapa Tuhan nggak memberi? iya soalnya aku belum hidup menjadi anak-anak yang baik dan kudus bagi Dia. bener nggak ? aku akui, beberapa tahun kemarin memang aku jadi anak yang males, rajin nya cuman pas butuh ke Tuhan, tapi aku udah dipercaya buat selalu bersyukur dan bilang "Puji Tuhan" buat tiap masalah yang ada. tapi bagiku pribadi itu kurang. aku pengen deket lagi sama Tuhan, pengen hidup jadi anak yang baik dihadapanNya, memandang semua yang terjadi itu baik, dan nggak egois, rendah hati, nggak banyak alasan.

Tuhan itu menjanjikan hidup yang bahagia buatku. bahagia banget. tanpa ada satu hal yang membuatku kecewa. okeh, setiap masalah harusnya disyukuri bukan dijadikan beban. agar tiap hari akunya jadi dewasa bukan dalam perbuatan saja, tapi dalam iman. okeh guys, banyak hal yang aku pelajari dari keterpurukanku di sini : 
* jadi anak yang semakin dekat sama Tuhan, apapun masalahnya, Tuhan ndengerin kok, Tuhan selalu siap menolong kita. janji Tuhan kan pasti, iya dan amien, sekarang kita sedih, tapi Tuhan pasti emmberikan janji yang luar biasa di hari esok (Yeremia 29 : 11)
* belajar buat memandang setiap masalah itu positif. memandang apa yang terjadi bagimu itu anugerah.
* belajar untuk rendah hati selalu.
* belajar buat selalu bersyukur apapun yang terjadi dan dialami.
* belajar buat nggak egois memandang semuanya yang ada, ingat Tuhan selalu adil kok :)
* yang terpenting ialah belajar lebih dekat lagi sama Tuhan, rajin saat teduh, dan terutama hidup kudus sesuai yang Tuhan mau bagi kehidupan kita :)
seenggaknya dnegan hal-hal sederhana begitu, perlahan kita bisa jadi anak yang baik, hidupmu indah bila kau tahu, nggak ada yang membuatmu luka. ingat setiap luka yang dailami adalah proses dimana kamu akan menjadi lebih dan lebih dewasa lagi dalam imanmu.

fokuslah pada janji Tuhan akan masa depan yang sempurna indah dan kekal bagimu, yang lalu biar berlalu, ayo perbaiki cara hidupmu, jangan selalu mengeluh, dan meminta yang kamu mau, Tuhan belum memberi karena Ia tahu yang terbaik buat kamu dan aku :)
Tuhan Yesus sayang sama kita, aku dan kamu. Jangan mengeluh terus buat tiap hal yang ada dalam hidupmu, jalanilah semuanya dengan kasih sukacita. pencobaan yang kita alami nggak melebihi kekuatan kita kok, Tuhan tahu porsinya. setidaknya hidupku lebih tenang setelah aku percaya dan cerita sama Tuhan. ya, aku tahu aku sering ditinggalkan mereka, tapi ingat Tuhan ada buat kita, aku dan kamu. Dia nggak akan meninggalkanmu. Tuhan selalu menyediakan telinganya buat mendengar, menyesiakan bahunya buat sandaran saat kita menangis, menyediakan tanganNya buat memeluk kita dan mengangkat kita, dan Dia punya ribuan bahkan tak terhitung kebahagiaan buat kita. aku dan kamu. Tuhan cinta sama aku dan kamu, kita semua.

Tuhan ada, Ia selalu ada.
puluhan ceritamu Ia akan dengarkan.
ribuan tangis air matamu, Ia akan usap.
jutaan teriakanmu, Ia akan gantikan dengan alunan lembut suaraNya yang menenangkan.
Tuhan ada, Ia dekat.
disisimu, dikanamu, dikirimu, didepanmu, dibelakangmu, diatas dan dibawahmu.
setiap detik.
tak perlu aku dan kau panggil Dia dengan teriakan.
dengan lirih suara kita saja Ia tahu, bahkan saat kita belum berucap kata, Ia tahu.
so, our life is beautiful when you believe on His name, JESUS :)

"dalam setiap langkahku, Engkau besertaku,
menawarkan perlindungan saat badai menejang,
saat dunia menyakitku,
kala cinta semua palsu,
Kaulah yang kuandalkan, Kaulah perlindungan,
Kaulah yang selalu ada,
teman yang abadi, SAHABAT SEJATI,
tak perlu aku ragu denganMu, KAU ADA"

Kau Ada // Giving My Best


 

Rabu, 09 Mei 2012

Bapaku :')

Bapa yang akan ada selalu setiap waktu, aku merindukan pelukanMu, dan setiap kehangatanMu

Engkau adalah segalanya bagiku, Engkau yang terbaik bagiku, dan Engkau yang selalu memeluk erat anakMu ini,
setiap luka dan perih yang aku rasa, aku tak tahu lagi akan kemana, bukankah itu cukup menyakitkan untuk aku yang hanya seorang anak kecil merasakan apa yang sebenarnya tak harus dirasakan ?
aku tak tahu harus lari kemana, berjuang dengan siapa, dan tersenyum yang bagaimana,
yang aku tahu, aku selalu datang padaMu, Bapaku, yang selalu erat memelukku setiap waktu, setiap hembusan nafas hidupku.
aku seringkali terjatuh, dan tertatih saat aku kembali mencoba untuk berdiri, Bapa, aku tahu kedua tangamu hadir meraihku, memberikan aku pertolongan, yang aku tahu, pertolonganku ialah hanya dari padaMu.
tanganMu yang hangat, kau peluk aku dalam dekapan hujan dan airmata, bahuMu yang siap kau sediakan sebagai tempatku menangis selalu bisa aku jadikan tempat untukku membuang airmataku, dan Kau selalu mebiarkannya basah karena tangisku.
belaian lembutMu terasa saat Kau sentuk kepalaku, belaianMu memberikan sejuta kehangatan dan kebahagiaan dalam setiap sentuhannya, aku tahu, aku tenang dalam pelukMu.

Kau baringkan aku ditempat yang teristimewa bagiku,
Kau balut lukaku dengan sentuhan hangat kasihMu,
Kau sediakan secangkir kasih sayangMu untukku,
Kau berikan sepiring ketulusanMu akan aku yang terbaring lemah tak berdaya,
dan Kau tersenyum melihatku terdiam dalam luka, aku tahu Kau begitu memperhatikanku dna selalu menemani tiap prosesku .

"Bapa, bolehkan aku bertanya ?"
Engkau mengangguk pelan.
"Bisakah lukaku akan segera sembuh dan berakhir ?"
Kau tersenyum melihat pertanyaanku.
"Aku ingin mennagis lagi." gumamku lirih.
Engkau melihatku dengan kasih, Engkau menjawab, "Aku tahu kau menangsi dan meanhan lukamu anakku, aku rasa lukamu akan berakhir saat kau semakin tulus percaya akan janji Bapamu ini."
aku terdiam.
"Mengapa Engkau membiarkanku jatuh? dan kemudian Kau datang dan mengangkatku? bukankah lebih baik aku akan tersungkur dan mati?"
"Tidak. Aku Bapa yang baik dan tidak akan merelakanmu mati karena hal yang seperti itu. Aku masih ingin melihatmu bahagia kelak. Aku juga tak ingin mengecewakanmu. Jika aku membiarkanMu mati, berarti aku bukan Bapa yang terbaik yang Kau miliki."
aku tersenyum.
"Bapa, apa yang harus aku lakukan? sedangkan luka yang aku rasa semakin dalam dan perih tiada tara. Apakah aku hanya bisa menangis dan memandangi banyak hal yang selalu membuatku rapuh dan jatuh? Aku rasa aku tak akan menemukan kebahagiaan untuk saat ini"
Engkau tersenyum dalam wajahmu. "Tidak, aku tahu kebahagiaan akan kau raih suatu hari. Yang aku mau sekarang kau harus banyak belajar dari setiap hal yeng terjadi. Banyak belajar akan mendengarkan, banyak belajar akan mengikhlaskan, dan banyak belajar untuk tidak lagi memiliki rasa ingin memiliki. Sudahkan kau bisa lakukan?"
"Belum" gumamku lirih.
"Tidak ada Bapa yang merelakan anakNya mati dan memilih jalan yang salah Nak, semua Bapa hanya ingin yang terbaik bagi anakNya. Percayalah. Aku punya rencana besar untukMu. Dan itu indah. Yakinlah. semua adalah proses yang terbaik untukmu semakin mengerti akan jalan yang sebenarnya TUHAN mau bagimu."
aku menangis.

perlahan tangan hangatNya menyentuhku. Ia peluk aku dalam tangis, dan Ia berikan kehangatan dalam dekapan hangat sayap kasihNya.

Itulah Dia. Bapaku.
Yang selalu ada untukku. Dalam cerita kehidupanku, Dialah yang paling sempurna untukku.
Terimakasih Bapaku, yang selalu ada untukku, memelukku dan memberikan sejuta kegangatan untukku dan dalams etiap pelukanMu yang selalu berarti buatku.


 
Blogger Template by Ipietoon Blogger Template