#DeepTalk: Cahya H. Herlambang
Aku menghabiskan sebagian besar hari Sabtuku dengan berbincang manis dengan Cahya melalui WhatsApp. Aku rasa hampir sebulan lebih kami tidak saling berbicara karena kesibukan masing-masing. Pada banyak hal, aku merasa ketika aku berbincang dengannya aku merasa lebih tenang. Ya, terkadang tidak semua hal rumit yang ingin aku ceritakan dengan mudah kubagikan. Nyatanya, berbeda jika aku berbincang dengannya, hal rumit dan mendalam terasa lebih melegakan setelah kubagikan melalui ceritaku padanya.
Aku menghabiskan sebagian besar hari Sabtuku dengan berbincang manis dengan Cahya melalui WhatsApp. Aku rasa hampir sebulan lebih kami tidak saling berbicara karena kesibukan masing-masing. Pada banyak hal, aku merasa ketika aku berbincang dengannya aku merasa lebih tenang. Ya, terkadang tidak semua hal rumit yang ingin aku ceritakan dengan mudah kubagikan. Nyatanya, berbeda jika aku berbincang dengannya, hal rumit dan mendalam terasa lebih melegakan setelah kubagikan melalui ceritaku padanya.
Cahya, bukan orang yang selalu memarahiku ketika aku bercerita dan membutuhkan sarannya. Dia bukan orang yang memberikan ceritanya ketika aku akan bercerita. Bagiku, Cahya adalah salah satu ruang untuk aku berbagi.
Kemarin Cahya bercerita bahwa keluarganya yang ada di Jogja baru saja selesai isoman (isolasi mandiri) yang dikarenakan infeksi COVID-19. Cahya bersyukur bahwa Tuhan masih memberikan berkat kesehatan dan kesembuhan bagi keluarganya sekalipun COVID-19 telah membuat banyak perubahan di dalam kehidupan keluarganya, seperti membatasi sejenak waktu berkunjung ke Jogja karena adanya pembatasan sosial.
Cahya dan aku, sebagai manusia pasti pernah berada di titik di mana masa sulit ini belum juga berakhir. Kadang kala terlalu dipikirkan membuat kita semakin stres menjalani hari-hari. Tetapi, jika kita semakin tenggelam dalam rasa lelah yang berkelanjutan, kami tidak akan menjadi kuat untuk tegap berdiri.
Saat ini, bertahan adalah cara terbaik untuk tetap berdiri dalam segala kondisi. Sebisa mungkin mempertahankan diri ini untuk tetap berpijak pada jalurnya. Berusaha untuk tidak merepotkan orang lain sekalipun merasa membutuhkan pertolongan. Berusaha untuk berpikiran positif agar apa yang dijalani tetap terasa penuh sukacita meski tidak dalam keadaan yang sepenuhnya baik.
Di bagian cerita yang lain, Cahya berbagi cerita tentang hal tetap berusaha berbagi dengan orang lain, sekalipun sedang di masa sama-sama membutuhkannya. Meskipun, kadang kala beberapa orang malah menyepelekan hal baik yang dibagikan dengan menjadikannya sebagai ‘rumah’ untuk beberapa kebutuhan yang diperlukan. Hahaha, malah diandalkan secara terus-menerus. Tetapi, sesekali kita juga boleh untuk menolak. Menolak bukan berarti tidak menolong, tetapi mencoba untuk memberinya jalan dengan berpikir akan hal lain yang dapat dilakukannya, selain dengan mengandalkan kita sebagai rumah seperti sebelumnya.
Perjalanan kehidupan yang telah bertahun-tahun dilalui, selain mengajarkan untuk bertahan di berbagai kondisi, berbagi dengan orang lain, juga mengajarkan kita untuk berjuang (tidak menyerah dengan mudah) tanpa mengeluh tetapi dengan mencari pemecahan masalah atau solusi. Itulah bagaimana cara Tuhan membentuk kita menjadi semakin kuat hari demi hari. Percayalah, tidak ada satu pun hal yang terjadi tanpa membawa adanya kebaikan.
Serumit dan seberat apa pun yang sedang kita lalui saat ini, tidak lepas tangan Tuhan untuk tetap menyertai kita melewati setiap badai. Bersyukurlah, seperti Cahya bersyukur atas kesehatan yang diberikan kepada dia dan keluarganya sampai hari ini. Bersyukur atas pekerjaan sekecil apa pun yang tidak lepas dari berkat yang mengiringi.
Ada banyak hal di dalam kehidupan yang pelik yang masih menyisakan ruang untuk rasa syukur atas setiap kebaikan Tuhan.
Terima kasih kepada Cahya yang datang sebagai cara Tuhan untuk mengingatkanku untuk terus mensyukuri tentang segala kebaikan Tuhan, baik saat suka maupun duka, baik saat sehat maupun sakit, atau bahkan saat seolah kita sedang memiliki berkat yang sedikit.