Tampilkan postingan dengan label Tujuh September. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Tujuh September. Tampilkan semua postingan

Minggu, 07 September 2014

Tujuh Yang Ke Empat Puluh Delapan

“Untuk tujuh yang keempat puluh delapan disetiap bulan kesembilan”

Kupikir hal itu akan segera berakhir sejak kita tidak lagi bertemu. Tetapi pada kenyataannya, tidak seperti yang aku pikirkan dan aku duga. Semua berjalan begitu alami, dan semua masih bertahan begitu kuat. Ada yang sempat akan neggantikanmu, tapi entah kenapa sepertinya auramu masih saja kuat. Dia harus pergi dan tidak kembali. Dan sekali lagi, aku harus bergumul berat dengan namamu seorang diri lagi.

Pernahkah terlintas dibenakmu sekali saja tentang aku? Aku tidak menyalahkanmu jika tidak sama sekali. Aku tahu, dipikiranmu bukan ada aku. Tapi ada soal dirinya. Yang aku tahu, dirinya mungkin jauh lebih mencintaimu dan kau cintai.
Pernahkan terlintas dibenakmu untuk bertanya apa yang sudah kau perbuat sehingga membuatku sampai jatuh mencintaimu? Tidak perlu kau tanyakan itu pada dirimu. Ketahuilah, kau terlalu istimewa, kau terlalu berbeda hingga membuatku bisa jatuh cinta kepadamu.
Pernahkan terlintas dibenakmu jika sampai saat ini ternyata aku masih mencintaimu? Jangan. Jangan kau pikirkan soal yang ini. Akulah yang salah. Aku yang tidak bisa melupakanmu dengan mudah. Aku yang tidak bisa membuka hati untuk yang lain. Karena untuk apa aku membuka hati jika kenyataan yang aku ketahui aku tidak bisa segera pergi berlalu darimu?
Kenangan manismu masih menempel kuat didinding-dinding hati yang sesekali hancur. Kau terlalu berarti. Tidak lebih dari seorang lelaki yang mampu menaklukkan hati seorang gadis sepertiku kala itu. Namun perjumpaan yang tidak lama itu sudah membuat beribu kenagan yang sulit dilupakan. Mungkin aku bahagia awalnya, namun aku tidak menyangka jika akhir yang menyakitkan itu juga datang. Jika aku tahu kau akan bahagia dengannya, aku tidak akan membiarkan aku jatuh dalam rasa itu padamu.

Selama ini, aku hanya bisa diam dan membungkam erat kenanagn itu denganmu. Hanya berbagi dengan orang-orang yang benar-benar tahu akan aku. Mereka tahu bagaimana aku selalu membuatmu berarti untukku. Memang, kita sudah hampir empat tahun berpisah, namun empat tahun untuk hari yang menjadikan itu terlalu berkesan saat denganmu tidak akan pernah aku lupakan dengan mudah. Diam-diam aku masih suka memperhatikanmu. Diam-diam aku masih suka berdoa untukmu ketika malam. Diam-diam aku masih suka memikirkanmu. Bayangmu tidak semudah itu hilang dari ingatanku, dari pikiranku. Aku tahu, mungkin aku tidak terlalu penting bagimu.  Biar itu menjadi kenangan yang aku simpan dan nikmati sendiri.

Dan lagi. Untuk tanggal tujuh yang keempat puluh delapan dibulan kesembilan setiap tahunnya. Aku hanya meminta jika Tuhan tahu apa yang terbaik untukku. Aku tidak meminta lebih, selain meminta untuk Dia menjagamu hari demi hari lebih baik. Terimakasih jika sampai tujuh yang keempat puluh delapan ini, kau masih boleh membiarkanku menjadi pengagum rahasiamu dibalik topengku yang sudah kau ketahui.


Bahagialah disana. Tersenyumlah dengannya. Biarkanlah aku sendiri menghitung tujuh demi tujuh itu sendiri.

Jumat, 07 Februari 2014

Untuk Tujuh Yang Ke Empat Puluh Satu

"tujuh yang keempat puluh satu, selama itu aku bertahan. namun apakah yang dipertahankan sesekali menoleh untuk hanya saja memandangku selama satu detik saja?"

bertahan sampai hari ini, jangan lagi ditanya bagaimana usahaku.
berdiri sampai detik ini disini, jangan lagi tanya sekuat apakah kakiku menopang berat tubuhku.
mengusap air mata, menghapus luka, berbaring untuk mencari ketenangan merupakan bagian-bagian kecil yang selalu meniringiku selama empat puluh satu bulain hingga detik ini.
jangan lagi ditanyakan, kepada siapa aku akan bertahan. untuk menyebut namanya saja mulutku sudah pilu. atau jangan lagi ditanyakan bagaimana dirinya, pikiranku sudah membeku, tidak akan lagi mampu mengingat setiap lekuk tubuhnya, dan setiap senyum simpulnya yang menawan.
dia tidak akan pernah sadar. atau mungkin dia tidak juga lagi tahu jika aku masih sekokoh ini bertahan. sekalipun aku pernah tergoyahkan kala itu, namun pondasiku masih kuat untuk menopangku secara tegak.
angka tujuh, tujuh lagi. kali ini tujuh yang keempat puluh satu.
rasanya, mengingat angka-angka yang selalu terhitung disetiap angka tujuh yang datang setiap bulannya membuatku pilu untuk berkata-kata. aku tidak mampu berkata banyak, selain aku menyebutkan namamu, nama disetiap malam dalam doaku.
kau jauh disana. aku disini.
kau berdua dengannya. aku sendiri.
kau tertawa bahagia. aku tersenyum menahan luka.
kau berlari dengannya. sementara aku tidak lagi mampu berlari untuk menggapaimu.
mungkin, saat kau menoleh, aku sudah tidak lagi kau lihat. aku sudah terjatuh dijalan, jalan yang jauh dari tempatmu berdiri.

bahagia. kata itu sederhana saja. aku bahagia walau hanya mengingat butir-butir angka tujuh yang selalu datang setiap bulannya. biar aku sendiri yang membalik setiap lembaran yang ada, biarkan mulutku mengucap namamu ribuan kali tiada henti, dan biarkan aku sendiri yang mengingat hari istimewa setiap tanggal tujuh yang datang.
untuk tujuh yang keempat puluh satu. yang masih setia menemaniku bercerita tentangnya dalam angan dan bayangan yang tidak pernah nyata.
untuk tujuh yang keempat puluh satu, yang masih menopangku berdiri hingga detik ini. untuk dia, dia yang telah berjalan bersama wanita lain dengan bahagianya.


Sabtu, 07 September 2013

Untuk Tujuh Yang Ke Tiga Puluh Enam

tujuh. tujuh di tiga tahun lalu.
sudah lama dijalani. bahkan terhenti. mungkin pernah jika sesaat memang "rasa" itu kembali lagi. aku mengakui. tidak semudah itu yang namanya melepaskan untuk melupakan.
mereka bilang aku belum bisa pergi dari bayang-bayang gelap yang ada dibelakangku itu, namun mereka salah besar. aku sudah mampu bahkan sebelum tujuh yang kedua puluh empat.
terserah apa kata mereka soal siapa yang masih aku pertahankan. dilihat aku hanya sosok yang tidak bisa bangkit melupakan. salah. buktinya aku bisa. ya, mereka hanya kuat dalam hal "berkata-kata" tanpa tahu "fakta".
miris rasanya jika tahu ada yang seperti itu. tapi setidaknya itu mengajarkanku untuk semakin tidak lagi mengingat siapa yang pernah ada dibelakangku kala itu.

hari ini, untuk tujuh yang ketiga puluh enam,
ribuan kenangan dan kejadian saat itu tidak lagi akan kembali. terkenangpun hanya melewati foto-foto yang terjejer rapi tertempel didinding itu.
aku tidak semudah itu melupakan untuk tujuh yang begitu berarti. ya, aku tidak pernah tahu bagaimana denganmu. tahukah jika tujuh itu sangat berarti dibulan kesembilan setiap tahunnya?
awal dari segala permulaan. dan tidak untuk akhir dari segalanya.
hari ini, untuk tujuh yang ketiga puluh enam.
secuil kisah yang masih tertanam dalam hati. tidak akan pergi.
saat dimana semuanya memang baik adanya.
tak apalah, aku juga sudah tidak lagi berharap soal tujuh yang keberapapun nantinya.
aku hanya ingin mengulas tentang cerita kecil dibalik angka tujuh bulan kesembilan.
selamat untuk tujuh yang ketiga puluh enam ini.
tujuh yang tidak akan dilupakan. yang hanya sebagai kenangan.
tujuh yang mengajariku banyak hal.
tujuh yang luar biasa.
tujuh yang tidak akan pernah ada, tidak akan ada lagi rasa untuk tujuh-tujuh yang lain sejak sebelum tujuh yang kedua puluh empat.

bahkan satu angkapun terasa sangat berarti jika kamu pernah mengalami sejuta cerita yang tidak pernah kamu duga sebelumnya dengan orang yang membuatmu tertawa disaat kamu benar-benar sedih. - tujuh september duaribusepuluh. kita, aku dan kamu. ditempat itu.



 
Blogger Template by Ipietoon Blogger Template