“Untuk tujuh yang keempat puluh delapan disetiap bulan kesembilan”
Kupikir hal itu akan segera berakhir sejak kita
tidak lagi bertemu. Tetapi pada kenyataannya, tidak seperti yang aku pikirkan
dan aku duga. Semua berjalan begitu alami, dan semua masih bertahan begitu
kuat. Ada yang sempat akan neggantikanmu, tapi entah kenapa sepertinya auramu
masih saja kuat. Dia harus pergi dan tidak kembali. Dan sekali lagi, aku harus
bergumul berat dengan namamu seorang diri lagi.
Pernahkah terlintas dibenakmu sekali saja
tentang aku? Aku tidak menyalahkanmu jika tidak sama sekali. Aku tahu,
dipikiranmu bukan ada aku. Tapi ada soal dirinya. Yang aku tahu, dirinya
mungkin jauh lebih mencintaimu dan kau cintai.
Pernahkan terlintas dibenakmu untuk bertanya
apa yang sudah kau perbuat sehingga membuatku sampai jatuh mencintaimu? Tidak
perlu kau tanyakan itu pada dirimu. Ketahuilah, kau terlalu istimewa, kau
terlalu berbeda hingga membuatku bisa jatuh cinta kepadamu.
Pernahkan terlintas dibenakmu jika sampai saat
ini ternyata aku masih mencintaimu? Jangan. Jangan kau pikirkan soal yang ini.
Akulah yang salah. Aku yang tidak bisa melupakanmu dengan mudah. Aku yang tidak
bisa membuka hati untuk yang lain. Karena untuk apa aku membuka hati jika
kenyataan yang aku ketahui aku tidak bisa segera pergi berlalu darimu?
Kenangan manismu masih menempel kuat
didinding-dinding hati yang sesekali hancur. Kau terlalu berarti. Tidak lebih
dari seorang lelaki yang mampu menaklukkan hati seorang gadis sepertiku kala
itu. Namun perjumpaan yang tidak lama itu sudah membuat beribu kenagan yang
sulit dilupakan. Mungkin aku bahagia awalnya, namun aku tidak menyangka jika
akhir yang menyakitkan itu juga datang. Jika aku tahu kau akan bahagia
dengannya, aku tidak akan membiarkan aku jatuh dalam rasa itu padamu.
Selama ini, aku hanya bisa diam dan membungkam
erat kenanagn itu denganmu. Hanya berbagi dengan orang-orang yang benar-benar
tahu akan aku. Mereka tahu bagaimana aku selalu membuatmu berarti untukku.
Memang, kita sudah hampir empat tahun berpisah, namun empat tahun untuk hari
yang menjadikan itu terlalu berkesan saat denganmu tidak akan pernah aku
lupakan dengan mudah. Diam-diam aku masih suka memperhatikanmu. Diam-diam aku
masih suka berdoa untukmu ketika malam. Diam-diam aku masih suka memikirkanmu.
Bayangmu tidak semudah itu hilang dari ingatanku, dari pikiranku. Aku tahu,
mungkin aku tidak terlalu penting bagimu.
Biar itu menjadi kenangan yang aku simpan dan nikmati sendiri.
Dan lagi. Untuk tanggal tujuh yang keempat
puluh delapan dibulan kesembilan setiap tahunnya. Aku hanya meminta jika Tuhan
tahu apa yang terbaik untukku. Aku tidak meminta lebih, selain meminta untuk
Dia menjagamu hari demi hari lebih baik. Terimakasih jika sampai tujuh yang
keempat puluh delapan ini, kau masih boleh membiarkanku menjadi pengagum
rahasiamu dibalik topengku yang sudah kau ketahui.
Bahagialah disana. Tersenyumlah dengannya.
Biarkanlah aku sendiri menghitung tujuh demi tujuh itu sendiri.