Senin, 22 Februari 2021

Sebuah Pesan dari Seorang Teman

Well, aku ya nggak mau memaksa kamu harus gimana. Senyamanmu aja. Tapi, kalo pendapatku, misalnya aku yang ada di posisimu, 9 tahun itu waktu yang lama (kalau kuliah aja sudah S3), ibarat sebuah film, pasti ada awalan, pertengahan, puncak, ending. Nah, kamu nggak mungkin stuck di awalan terus 'kan? 
Dari WhatsApp seorang teman di akhir bulan November, 2019.

Sempat berpikir selama beberapa waktu, memutuskan hanya untuk sekedar membagikan hal yang rumit dengan teman terdekat atau hanya memilih untuk menyimpannya sendiri. Tetapi aku menyadari, pada akhirnya aku tidak mampu menyimpannya sendiri.
Malam itu aku mulai bercerita, bertanya, hingga menuliskan apa yang ingin aku bagikan. Aku butuh sudut pandang lain, yang berbeda dari biasanya.

Mungkin, banyak orang berpikir tentang hal yang membuang waktu hanya untuk mendoakan orang lain yang kita tidak pernah tahu akan kabarnya. Berusaha sekuat tenaga, hingga berhasil beberapa waktu, tetapi kenyataannya aku kembali lagi setelah satu pertemuan singkat.
Tahun ini terlalu menarik, Tuhan memang Maha Pembolak Balikkan Hati. Ya, setelah aku merasa mampu aku untuk memulai yang baru, merasa lebih bahagia tanpa lagi memikirkan segala kenangan manis yang pernah ada, dan pada akhirnya aku harus mengakui bahwa aku masih gagal.

Suatu ketika setelah ratusan hari tidak berjumpa, Tuhan mempertemukan. Datang dengan rasa yang sudah tidak ada, kala itu aku bangga pada diriku sendiri. "Ya, akhirnya aku mampu."
Ternyata, tidak semudah itu.
Aku berkata dalam hati, "Kamu, masih saja sama. Kamu, tidak berubah. Tawamu, masih sama seperti yang terkadang terlintas diingatanku. Dan, cara bicaramu tidak berubah sama sekali."
Kita berjumpa di hari itu, sesekali berbicara menyambung cerita kawan yang lain, sesekali saling bertanya dan menjawab. Hari itu ada tawa. Hari itu ada banyak cerita baru yang aku dengar. Dan hari itu diwaktu pulang, satu teman dekatku berkata, "Dia sendiri. Kamu gimana?"
Aku memelototinya, "Aku? Aku sudah biasa aja." Aku tahu aku membohongi diriku sendiri.

Aku pikir, tahun ini cukup di waktu itu. Tetapi aku salah. Pertemuan kedua bulan lalu membuat segala kenangan di masa lalu kembali muncul di permukaan. Meski kita hanya saling diam dan berjabat tangan. Tidak ada banyak kata yang diucapkan. Tapi aku tahu, salah besar jika aku membohongi diriku dengan berkata, "Aku sudah move on!"
...

Pikiranku tidak fokus, menyimpannya sendirian. 
Kutipan sebuah pesan singkat di WhatsApp dengan teman beberapa lalu membuatku menyadari, terkadang kita harus memulai untuk melihat hal yang baru, agar tidak semakin tenggelam dengan kenangan masa lalu.

Ya, aku tidak ingin berandai-andai. Aku hanya ingin membuat jalan yang lebih mudah kedepannya untuk diriku sendiri. Benar adanya, ketika kita telah jatuh terlalu dalam, bangun bukanlah sebuah hal yang mudah dan aku menyadari itu sampai hari ini. Tetapi aku percaya pada diriku sendiri, aku mampu untuk melewati.

...

Hari ini aku kembali membaca draft lama yang tersimpan di hari itu, sudah sejak Desember di tahun 2019. Belum dan sengaja tidak kupublikasikan. Namun, aku berterima kasih bahwa di hari ini, hal itu tidak lagi terasa sulit. Tuhan membantuku melewati, meski sesekali aku masih menoleh kebelakang.

Kenyataan, semua tidaklah mudah. Satu hampir akan berakhir hari ini, namun satu yang lain muncul kembali sejak lalu. Sebuah pertanyaan didalam diriku selalu muncul, "Tidak bisakah tidak untuk keduanya?"

Dan sekarang, aku mempunyai hal baru yang kurasa jauh lebih rumit dari sekedar mengangkat kaki dan lari dari waktu 9 tahun itu.


 
Blogger Template by Ipietoon Blogger Template