Rabu, 30 Juni 2021

COVID-19 di Bulan Juni

Hari Jum’at di akhir bulan Juni, 2021.
Kemarin, kakakku berkata padaku dalam pesan singkat di WhatsApp, "Besok aku harus swab. Kepala puskesmasku positif. Jika berlanjut, ibu, Mas, dan Garlik juga swab. Semoga aku negatif." Dia tahu resiko dari pekerjaannya di puskesmas, termasuk dia siap apapun hasil yang didapat.

Dan hari ini, kakakku telah swab. Tinggal menunggu hasilnya. 

Di rumah, Garlik menangis. Garlik berkata, “Kenapa hasil swab ibuk nggak keluar-keluar?” Untuk anak seusia Garlik, sangat jarang melontarkan pertanyaan-pertanyaan kritis seperti itu. Garlik kecil tumbuh berbeda dengan anak-anak seusianya, pikirannya jauh lebih luas dan tidak berujung. Bertanya apa yang dia ingin tahu dan menjawab beragam hal dengan masuk akal. Garlik hanyalan anak kecil seperti pada umumnya, tapi aku tahu dia sangat mengasihi ibunya. Bukannya malah tidak saling mendekat, Garlik malah memeluk ibunya erat dan tidak ingin ditinggalkan (dilampirkan dalam sebuah foto di WhatsApp.) 

Entahlah, apalah COVID-19 di pikiran anak usia 5 tahun. Aku tidak tahu. Tapi Garlik tahu, COVID-19 itu berbahaya dan berbeda dari sakit-sakit pada umumnya, sehingga Garlik sangat patuh pada protokol yang dianjurkan, seperti: memakai masker ketika keluar rumah dan mencuci tangan setiap habis bermain dan tiba dirumah. 

Beberapa hari telah berlalu sejak hari itu. Dengan segala syukur yang dipanjatkan hingga meneteskan air mata bahwa Tuhan masih sangat baik. Selalu baik. Hasil swab itu keluar dengan keterangan negatif. 

*** 

Satu tahun lebih telah berlalu sejak kemunculan COVID-19 di berita-berita televisi. Tingginya kasus hari demi hari yang terjadi menentukan kebijakan apa yang pemerintah lakukan dan kedisiplinan apa yang harus kita lakukan secara pribadi. Tentu ada harapan untuk segera mengakhirinya, setelah berbulan-bulan lamanya kita seperti hidup didalam sebuah kota dengan banyak dinding pembatas aktivitas. 

Ya, tentu bukan hanya aku saja yang memiliki harapan agar COVID-19 ini segera berakhir. Sebagian besar orang di dunia setuju bahwa kita ingin segera kembali ke masa-masa seperti sebelumnya. COVID-19 bukan saja membawa sebuah luka, disisi lain juga membawa rasa kehilangan yang mendalam. Ada banyak orang yang harus merelakan kepergian orang-orang yang dicintainya secara tiba-tiba. Namun, mereka dan aku percaya akan hari baru di hari-hari yang akan datang adalah hari dan waktu yang terbaik.  

Ditengah semakin tingginya (lagi) kasus COVID-19 di bulan Juni ini, aku merasakan semakin hari bahwa Tuhan memang sangat baik. Sekalipun tangan-Nya tidak pernah meninggalkan anak-anaknya. Tuhan menyertai, kita juga harus semakin menjaga diri. Keduanya akan berjalan secara beriringan. Tuhan akan melakukan pekerjaan-Nya dengan baik, dengan salah satu caranya kita juga harus menaati prokes yang diberlakukan, yaitu; memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak. 

Aku belajar bahwa sekecil apapun iman yang kita miliki, iman itu akan membawa hal besar yang luar biasa. Seperti iman yang kami percayai sampai hari ini. Di hari-hari yang lalu, bapak dan ibu saling berbicara, “Tuhan pasti menolong, semoga saja hasilnya negatif. Tuhan pasti menyertai. Jika mungkin positif, lalu siapakah yang akan membantu mereka yang sakit?” Dan kepercayaan kecil itu berbuah besar, jauh lebih besar. Bukan hanya negatif saja, tetapi kami masih benar-benar Tuhan berikan kesehatan hari demi hari. 

Hari ini adalah hari terakhir di bulan Juni.
Aku bersyukur atas apapun yang Tuhan telah beri dan sediakan, salah satunya kesehatan. Bersyukur atas anugerah yang luar biasa setiap saat. Semoga kita semua tetap memiliki iman yang besar di dalam masa-masa sulit ini. 
Untukmu, COVID-19,
Aku mohon untuk segeralah pergi.


Jumat, 04 Juni 2021

Bangku di Belakang Kelas

Jam istirahat pertama telah selesai, pelajaran jam selanjutnya akan segera dimulai. Beberapa teman masih terlihat mondar-mandir di depan kelas, ada yang masih menikmati sisa kue yang dibelinya ketika jam istirahat, ada pula yang sibuk menghapus papan, atau beberapa anak-anak yang bergerombol dibangku mereka dengan bercerita beragam hal. 


Aku mencari buku catatan pelajaran selanjutnya di dalam tas sambil mendengarkan cerita dari teman-teman yang ada di sebelahku. Hingga tak lama kemudian, guru pelajaran Biologiku memasuki kelas sambil membawa beberapa buku paket panduan mengajarnya. Segera aku berpindah ke bangku di belakang kelas, duduk bersama seorang teman. 

 

Guruku mulai menulis di papan tulis tentang pembahasan apa yang akan diajarkan hari ini. Beliau mulai menggambar jantung dan memberikan keterangan-keterangan pada setiap gambarnya, tentang nama dan cara kerjanya. Semua teman-temanku terlihat sangat fokus, aku tahu pelajaran ini sedikit terasa menegangkan, tetapi sebenarnya terasa menyenangkan.

            “Nanti aku pinjam buku catatanmu. Catat yang benar! Hehe.” Bisik teman yang ada di sebelahku. 

“Kenapa kamu nggak mencatat sekalian daripada diam dan menguap?” Tanyaku. 

“Malas, menggambar seperti itu bukan keahlianku. Gambarin nanti ya.” Tambahnya.

 

Selalu terjadi berulang seperti itu, di beberapa pelajaran tertentu aku selalu pindah tempat duduk di bangku belakang kelas. Duduk bersama seorang teman, menemaninya mencatat, dan mendengarkan guru mengajar, meski seringkali kami melakukan keusilan kepada teman yang lain. Bahkan, jika dia sedang duduk sendiri, sering kali terlihat tertidur karena bosan mendengarkan guru mengajar. 

“Jangan lupa, buku catatan.” Katanya di akhir pelajaran Biologi yang telah berhasil mencatatkan banyak informasi pelajaran mengenai pembahasan organ dalam manusia. 

“Besok jangan lupa dibawa.” Kataku. 

“Tentu, aku tidak pernah lupa.” 

Nggak lupa sih, yang lupa nyatetnya.” Tambahku. Dan temanku tertawa. 

Ya udah, aku salin sekarang saja, tapi catetin agendaku. Eh, tapi tolong aku gambarkan semuanya. Aku kan nggak bisa menggambar.” Lanjutnya. 

Aku menatapnya selama beberapa saat. Aku sudah tahu kebiasaannya, bukan hanya di pelajaran ini saja, di pelajaran yang lain pun terkadang demikian. 

Oke.” 

Kami bersepakat. 

 

Hal seperti ini terjadi secara berulang-ulang dan aku tidak pernah menyebutnya sebagai masalah. Aku membantunya menyelesaikan catatannya, karena aku berpikir ini menjadi salah satu cara aku berlatih menggambar. Meskipun yang aku tahu, gambarku saat itu tidak bagus. Tetapi teman-teman sangat memuji gambarku, gambar apapun. 

 

*** 

 

Hari ini aku mengingat banyak hal yang aku lakukan saat aku duduk bersama seorang teman di bangku di belakang kelas. Selalu ada cerita setiap harinya, selalu ada waktu tertentu untuk duduk di bangku di belakang kelas. Yang aku ingat, terkadang aku berpindah tempat duduk saat itu hanyalah untuk bisa melihat lebih fokus tentang apa yang guru tuliskan di papan. Ya, tempat duduk di barisan tepi pintu masuk memang sedikit menyulitkan untuk melihat catatan apa yang ditulis oleh guru dibagian pojok papan sebelah kanan. Tetapi, kenyataannya mungkin ada banyak alasan lain yang menjadi pendorongku untuk sesekali duduk bersama seorang teman yang lain yang memiliki kekuasaan di bangku belakang kelas. 

 

Sepertinya, bangku di belakang kelas itu menjadi tempat pelarianku, saat aku bosan duduk dibangku paling depan. Karena di bangku paling belakang di kelas itu menjadi tempat ternyaman untuk aku berpura-pura tidak mendengarkan guru mengajar. Karena aku tidak selamanya menjadi anak yang baik, yang selalu mendengarkan guru mengajar. Adakalanya aku bosan dan hanya ingin merasa nyaman tanpa perlu memperhatikan guru mengajar di depan kelas. Dan bangku belakang kelas adalah tempat terbaik sebagai jawabannya. 

 

Beberapa hal secara berulang terjadi ketika aku duduk di bangku di belakang kelas, masih membekas sampai hari ini. Sesekali aku merindukannya. Ada banyak cerita yang aku masih mengingatnya dengan mudah seperti sepenggal cerita di atas. 

 

Selalu ada cerita yang berkesan dari setiap masa sekolah. Salah satunya seperti cerita-cerita kecil yang berharga bagi setiap orang. Ya, seperti ceritaku tentang bangku di belakang kelas yang masih membekas. Bukan hanya tentang cerita apa yang pernah terjadi di dalamnya, tetapi juga tentang orang-orang yang pernah terlibat di dalamnya sehingga membuatnya menjadi kisah dan cerita yang istimewa. 

 

Bagaimana dengan kamu, apakah kamu juga memiliki cerita yang sama tentang bangku di belakang kelas?



 
Blogger Template by Ipietoon Blogger Template