Daun dan Pohon. 26
july 2012. 08.20
Aku selembar daun.
Aku tumbuh dari ranting yang menempel pada sebatang pohon. Aku hijau. Aku penuh
dengan kesegaran. Dan aku juga selalu menciptakan oksigen yang membantu manusia
bernafas. Pohon yang aku tempeli adalah pohon yang besar, kuat, dan selalu
melindungi banyak hal-hal sederhana yang bernaung padaNya. Dia pohon. Dan Dia
pokok dari segalanya.
Sebagaimana pohon
biasanya. Pohon tidak hanya memiliki satu daun saja kan? Namun memiliki banyak
daun-daun lainnya. Aku satu daun yang masih muda. Sama seperti daun yang lain.
Ya daun yang lain itu adalah temanku. Kami tumbuh dalam satu masa yang sama.
Dan kami sama-sama tumbuh menjadi daun-daun yang cantik. Aku sellau berharap,
semua daun yang tumbuh disini akan terus ada bersamaku, bersama-sama tumbuh,
menhijaukan pohon ini, memberikan kesejukan, dan memberikan suasana hijau yang
menyegarkan mata bila banyak orang memandang dari kejauhan. Dan aku ingin
menjadi daun yang semakin tumbuh dan semakin kuat, dan tetap terus bertahan
pada ranting yang menumbuhkanku.
Sepertinya, aku
salah. Daun-daun yang lain tidak selamanya akan bersamaku tumbuh disini. Saat
mereka sudah menemukan kehidupan mereka yang lebih menyenangkan, mereka pergi.
Ya mereka terlepas dan pergi terbawa angin entah kemana. Satu per satu, daun
yang lainnya meninggalkanku, terlepas dari ranting yang selama ini menjadi
pokok mereka. Mereka jauh terbawa angin. Tak tahu akan sampai kemana. Daun yang
dulunya teman bagiku, secara cepet meninggalkanku karena gelombang angin
memebawanya pergi dengan kebahagiaan.
Angin bertiup
semakin keras. Hampir semua daun yang dekat denganku, pergi dan tak kembali.
mereka masih sama-sama hijau sama seperti denganku, namun angin melepaskan
mereka dan memebawa kebahagiaan bagi mereka, sehingga aku terlupa. Aku sebagai
teman lamanya masih menanti mereka kembali, akankah? Rupanya untuk kembali
menempel pada ranting-ranting yang semakin sepi ini suash sekali. Mereka pergi
meninggalkanku. Pergi dengan kebahagiaan baru mereka.
Namun aku tetap
disini, menunggu mereka pulang dan menyapaku, “Hai daun”. Namun itu mustahil
terlaksana. Sekarang aku sudah tak lagi hijau. Aku sudah semakin memerah dan
menguning. Aku masih seringkali menengok ke ranting lainnya, akankah daun-daun
yang pergi itu kembali lagi? Sepertinya tidak. Dan tanpa aku sadar, sekarang
hanya tinggal aku, selembar daun yang menguning masih tetap menempel pada pohon
ini. Aku semakin rapuh. Dan bahkan aku sudah semakin sendiri sejak aku makin
menghijau. Hingga kini tangkai kecilku semakin rapuh. Tak kuat menopangku. Aku
sudah siap, aku terlepas sebagai daun yang terakhir dari pohon ini. Aku mati.
Namun yang aku
tahu, selama aku bertahan dari hijaunya daun, hingga aku menguning dan jatuh,
pohonlah yang tetap setia menemaniku. Menghiburku. Tak peduli teman-teman
daunku yang lain pergi bahagia terbawa angin lalu yang menerbangkan mereka
kemanapun tanpa kembali, pohonlah yang selalu setia menemaniku. Bercerita
bersama, tertawa, bahkan berbagi duka bersama. Disaat daun-daun yang lainnya
pergi, aku tak pernah sendiri ada Engkau, Pohon yang paling setia. Saat semua
pergi berlalu dariku, terimakasih pohon. Kini aku sudah terjatuh dari
rantingmu, dan mati dibawah akarmu.
(daun yang pergi
itu seperti teman-teman yang kau miliki, yang pergi tanpa kembali dengan
kebahagiaan yang angin telah tiupkan. Sedangkan engkau seperti selembar daun
yang tumbuh dari hijau hingga menguning, dan mati karena waktu. Sampai setua
apapun kau masih menunggu temanmu kembali (daun-daun yang lain). Sedangkan
pohon menggambarkan Tuhan yang selalu ada setiap waktu. Ada untukmu. Membuat
hidupku bahagia. Menceriakan dirimu, menghiburmu, dan mengajarkanmu tetap
menempel pada rantingnya, sekalipun masalahmu berat. Dia setia.