H |
ampir dua tahun sudah semua bayang dan semua kenangan itu musnah tanpa ada
jejak yang harus tertinggal. Dan dua tahun lamanya, pergumulan baru yang terus
bergulir mungkin harus berakhir. Aku tidak pernah menyalahkan jika Tuhan lebih
menuntunku ke arah yang “terbaik” yang diciptakanNya untukku. Aku bersyukur.
Satu nama dan banyak kenangan itu telah kembali. entahlah, aku juga tidak
mengerti.
Nama itu semakin bergulir, semakin bertanda-tanya akan sebuah keyakinan
(lagi). Dalam bisuku aku seringkali mengucapkan tanpa ada jeda. Dan dalam
butaku, aku selalu membayangkan sosoknya yang datang lagi dan menggandengku
kelak. Hari demi hari terlah berganti, tidak akan bisa kembali ke masa dimana
yang dulu pernah terjadi. Ya, seperti kenangan yang masih saja tetap terlihat
jelas di atas sebuah kertas yang usang, sebuah kenangan kecil yang tidak
semudah itu dilupakan.
Terakhir kali aku melihatmu ada di eman bulan belakang. Yang saling
bertatapan dan bersapa kecil ditengah jalan. Dan terakhir aku melihat sosokmu
nyata ada di bulan lalu, hanya melihat. Tidak saling menyapa dan bertatap.
Hanya berucap doa dalam hati, “hati-hati”. Dan terakhir setelah semua yang
tidak pernah terjadi, namun terjadi lagi. Kamu datang menghampiri di malam yang
begitu tenang ketika tidurku sudah pulas dan tidak ada lagi beban tanggungan di
perkulihan. Kau datang, datang dengan pelukan dan senyummu yang tidak pernah
ada yang memilikinya sama denganmu.
Sosokmu samar-samar saat akan kembali. dan terlihat jelas saat kau datang
dimalam itu. Aku kembali menemukan senyummu. Aku kembali mendapatkan pelukan
hangat tubuhmu. Dan aku mendapat beberapa kata yang tidak pernah aku duga dari
kedatangamu malam itu. Bisakah Tuhan menjelaskan apa yang terjadi? Atau saat
itu semua hanya halusinasiku? Mungkin saja, ya mungkin saja. Pikiranku terlalu
pendek untuk mengartikan semuanya. Jelas, aku masih “mengasihimu”. Aku masih
memikirkanmu, walau selang hampir dua tahun sejak aku bisa menghapusmu dari
otakku. Aku tidak bisa menolak apa yang terjadi, ataukah aku terlalu lemah
untuk mengijinkan otakku masih saja memikirkanmu? Aku tidak sakit. Dan aku
merasa otakku masih berada dibawah kendaliku jika aku memikirkanmu.
Sosokmu malam itu datang dengan berbagai cara. Tanpa ada pandangan yang
sama diantara kita. Kau kembali dengan beberapa cara yang sama, senyum simpulmu
yang tidak pernah usang dan berbeda. Kau juga masih seperti biasanya, bertindak
konyol dan usil untuk orang lain. Dan sosokmu nyata akan satu pelukan dan
pengakuan didepan kedua mataku. Aku hangat. Aku menangis. Ada satu pengakuan
yang tidak pernah ada yang menduga sebelumnya. Aku tersadar sepersekian detik
jika semuanya terjadi. Hal yang telah lama pergi dan kini kembali. ada satu
“keyakinan” baru yang kini tumbuh walau aku masih saja tidak pernah mengerti
akan hal ini. terakhir kali aku “menyebut nama yang sebelumnya” dan pertama
kali “kuulangi nama yang dahulu”. Itu berbeda. Berbeda dari banyak sudut
pandangan. Aku kembali menunggumu. Membawamu dalam doaku ketika malam. Aku
berharap kau baik-baik saja disana.
Kau kembali. sosokmu kembali setelah hampir dua tahun menghilang dari arah
pikiranku. Kertas usang itupun juga sudah tidak lagi seusang dulu, kenangan
yang dulu pernah ada kini kembali terlihat jelas. Aku tahu kehadiranmu tidak
pernah aku duga sebelumnya jika kembali. apakah malam itu hanya sebuah
halusinasi ataukah sebuah pertanda? Masih ada lebih dari empat tahun kedepan
untuk menunggu semuanya. Menunggu jawaban yang dulu sempat dipergumulkan dan
kini kembali dipergumulkan. Dan pasti ada jawaban.
“apa kau tahu jika aku yang dari dulu
menyayangimu?”
Kau tersenyum. Tangamu membelai rambutku. Memeluk erat tubuhku.
“apa kau tidak berpikir sama jika aku
juga menyayangimu dari dulu?”
Kau memelukku lagi, semakin erat. Dan aku menangis dalam pelukanmu.