selamat datang harimu.
untaian kata inilah yang bisa aku rangkai.
tidak banyak aku ingin katakan.
sedikitnya hanya satu kalimat saja, dan setidaknya aku harap bukan hanya Tuhan saja yang mendengar.
tapi kamu, kamu yang sedang berbahagia dihari ini.
angka pertama yang menemani angka dua-mu, semoga menjadi kawan terbaikmu setahun kedepan.
menemani pertumbuhanmu, bukan soal psikologis saja, namun soal imanmu.
sekali lagi aku hanya bisa menyerukan, dan menulis berulang angka dua puluh tiga itu. aku memang tidak banyak berharga dimatamu, tetapi aku adalah yang selalu mencoba mendoakanmu dari jarak yang jauh, yang tidak pernah kau tahu.
sekali lagi, dua puluh satu untuk dua puluh tiga-mu.
semoga berkesan. karena untaian kataku tidak sebanyak sebelum-sebelumnya.
semoga Tuhan menyampaikan untuk dua puluh tiga itu.
dua puluh tiga yang sekarang sudah menjadi dua puluh satu.
selalu dan masih saja sama setiap tahunnya.
sejak hari itu, sejak tiga tahun lalu.
masih aku.
masih aku yang senantiasa mendoakanmu dari jauh.
selamat hari rajamu, dua puluh tiga,
Rabu, 23 April 2014
Selasa, 15 April 2014
Sejujurnya, Aku Sudah Lelah
"cerita ini menusukku, menghajar, bahkan mengantamku untuk kembali menjadi puing-puing yang terluka yang membutuhkan waktu yang lama untuk membuatnya pulih karena sejujurnya aku sudah lelah dengan semua yang aku pertahankan hingga saat ini."
aku tidak pernah tahu mengapa hal itu masih saja "mengantuiku". soal siapa yang sempat menggantikan posisimu itu, tidak lagi menjadi siapa yang teristimewa setelahmu. tempat yang masih saja sama masih terisi namamu, aku tidak pernah tahu kapan dan bagaimana bisa akan berubah, akan menjadi yang lebih baik. aku tahu, dia yang sempat menggantikanmu tidak mampu mengalahkan seberapa besarnya apa yang selalu aku ingat dan aku doakan. ketahuilah, aku kecap namamu setiap malam dalam untaian doa, bahkan namamupun sempat untuk digantikan olehnya, hanya saja, yang aku ketahui namamu itu terlalu kuat untuk bisa digantikan olehnya.
berbagai cara aku lakukan untuk tidak mengingatmu, membuang, bahkan melupakanmu dan tidak pernah mengingat tentang bagaimana caraku untuk bisa mengagumimu, apa boleh dikata. aku lelah, aku belum bisa membuangmu jauh dari pikiranku setiap harinya. aku telah sampai dipuncak kekesalan, aku telah sampai dimana aku benar-benar tidak bisa menahan untuk menemuimu. aku tidak menemuimu, tapi aku melihatmu, memantaumu, menjadi detektif yang tidak kau tahu melalui berbagai hal. aku berkelana, berjalan menjelajahi banyak peristiwa, satu demi satu aku teringat tentang kejadian yang dulu pernah ada. aku tersenyum, aku tertawa, percakapan kecil yang mungkin tidak denganku membuatku tenang untuk beberapa waktu. jemariku terus menekan tombol panah turun kebawah, mataku terus membidik tanpa pernah lepas satu katapun dari bidikannya, dan aku juga heran, ketika aku harus merelakan hatiku yang tidak bisa menahan sebagaimana aku harus bertahan, "aku benar-benar merindukanmu" merindukan setiap hal sederhana yang aku amati dari balik topengku untukmu.
tidak aku sadari, aku sudah tidak lagi merelakan buliran air itu keluar dari kelopak mataku, sejujurnya, aku menangis soal hal ini. namun aku selalu bertahan untuk tetap kuat.dan tidak ingin mereka tahu bagaimana rapuhnya aku sebenarnya jika sudah berada di puncak kekesalanku soal dirimu. biarkan aku sendiri. jangan tanyai soal apapun, aku hanya ingin menghabiskan waktuku malam itu sendiri, sendiri tanpa memikirkan apapun, kecuali dirimu. sejujurnya, aku sudah lelah. aku tidak bisa lepas dari bayanganmu, dari dirimu yang sampai detik ini jauh dan tidak bisa aku gapai sekalipun dalam mimpiku. aku sudah lelah, aku ingin mengakhiri ini secepatnya, menemukan pria lain yang tepat, yang menggantikan posisimu, yang hampir empat tahun tidak pernah berubah posisinya disini. aku sudah lelah, lelah menunggumu yang tidak pernah ada kabar. aku sudah lelah, mengmpat untuk tidak jika sebenarnya iya. sejujurnya, aku sudah lelah dan ingin segera mengakhiri segalanya sekalipun aku harus menghapus ribuan kenangan soal dirimu.
sejujurnya, aku sudah lelah.
namun untaian kata dalam doa untuk namamu masih saja sama sejak dulu.
lantas, kapankah doaku bisa sampai dan saling bertukar dengan doamu?
sejujurnya, aku sudah lelah. aku hanya ingin mengakhirinya.
Label:
Dua Puluh Tiga,
Star ♡
Rabu, 02 April 2014
Masih Kutunggu, Hari Jadimu
“tunggu, aku tidak pernah memberikan yang terbaik dihadapanmu, tapi disini, aku bisa memberikan yang terbaik untukmu, dihari jadimu”.
Aku tersenyum diujung bibirku yang pilu.
Mengucap namamu saja sudah tak lagi mampu. Sepatah dua patah kata, aku mencoba merangkainya.
Menyusunnya, menjadikannya berarti kelak di hari-hari kedepan.
Sosokmu belum pernah pudar sekalipun sejak hari
terakhir kita pernah bertemu di tanggal itu tiga tahun lalu. Kenangan yang
keras masih saja tertanam didalam otak tanpa pernah ada keinginan untuknya
segera pergi. Tatapan mataku saat itu, selalu mengingatkan bagaimana
sederhananya aku mengagumimu dibalik tubuhku yang mulai ringkih karena lukamu
yang mulai memakan ujung-ujung perasaan ini. Saat itu, aku menghargai benar
tentang harimu, hari spesialmu. Tapi entahlah mungkin tidak untukmu yang tidak
tahu jika aku sangat menghargai itu.
Aku masih menyimpan pesan singkat selama satu
tahun kedepan setelah hari itu. Aku masih menyimpan kakunya jemariku yang
mencoba aku sinkronkan dengan perasaanku untuk menyusun kata kecil bermakna
bagimu, diharimu. Dan aku nyatakan aku berhasil, berhasil mendapat kado kecil
untuk kerja keras jemari yang mengetik, perasaan yang bergejolak, dan pikiran
yang berusaha mengumpulkan kata. Apa kau tahu perasaan yang terjadi ketika
seperti itu? Tentu saja tidak. Aku tahu jika sebenarnya kita terpisah oleh
jarak. Jarak yang hingga kini masih berjalan sejajar tapa ada satu titik
pertemuan.
Kali ini, aku sudah mulai memikirkan soal apa
yang akan aku bagikan untuk harimu, ya kelak jika hari itu tiba. Kebiasaan yang
tidak pernah pergi sejak dua tahun belakangan, yang selalu memberikan tempat
istimewa untukmu “disini”. Mungkin tidak banyak yang menyadari kita apa yang
aku bagikan sebenarnya tertuju padamu, jika kau tahu dan andai kau tahu.
Tapi, aku tidak berharap kau untuk tahu.
Mungkin saat kau tahu, aku sudah tidak lagi seperti yang kau rasakan saat itu.
Aku sudah menjadi orang lain yang jauh berbeda dan sudah memiliki banyak impian
yang aku raih. Setidaknya, tempat ini menjadikan bagian kecil dari aku
menyimpan kenangan. Tentang bagaimana kenangan itu bisa tetap utuh sekalipun
aku sudah tidak lagi merasakan hal-hal bergejolak seperti dahulu.
Tunggu saja, tunggu diharimu. Karena setiap
tahunnya aku tidak akan pernah mengecewakanmu soal ini. Karena sebenarnya,
setiap harimu datang, aku selalu berusaha memberikan hadiah terbaik untukmu,
dariku.
Untuk lelaki yang
sedang menunggu kedatangan hari bahagiannya,
Yang tidak pernah
menyadari jika kisahnya menjadi bagian yang begitu berarti, “disini”.
Label:
Dua Puluh Tiga
Langganan:
Postingan (Atom)