Sabtu, 29 Desember 2012

Pangeran Bertopeng dan Berkuda Putih (3)

..
saat ini aku masih mencarimu, mencari dimana kamu berada dan kamu berasal. sesekali aku masih mengingat apa yang pria gagah itu sampaikan padaku, mengapa aku tak mencarimu melalui para peramal yang sudah tentu pasti tahu dimana keberadaanmu. mungkin ia benar. namun mungkin juga ia salah. aku berkecambuk dalam hati, akankah aku kembali dan menemui para peramal untu mencari tahu keberadaanmu, puteri? namun perjalanan sudah menyisahkan separuh dari keseluruhan. ya separuh dari ketidaktahuanku darimana kau berasal.

perjalananku kali ini sampai pada hamparan luas padang rumput yang begitu menghijau. angin yang berhembus terasa begitu kencang, sehingga sesekali jubahku harus terbang tinggi karena tertiup angin. kuda putih kesayangankupun sulit untuk diajak berjalan apalagi aku tunggangi. angin yang terlalu kencang ini membuatnya sulit untuk bergerak maju.
aku berhenti dibawah sebuah pohon besar yang cukup rindang. aku ikat kudaku pada batang pohonnya dengan kuat-kuat, dan aku duduk menikmati pemandangan padang rumput yang begitu mempesona ini.

tampak seorang dengan sekawanan dombanya berjalan mendekatiku. aku tersenyum melihatnya yang tersenyum padaku dari kejauhan. dia melambaikan tangan dan tongkatnya. dan beberapa dombanya terlihat harus diikat dengan tali yang begitu rapat.
     "permisi, bolehkah aku ikut duduk disini seraya aku menjaga domba-dombaku yang harus makan?" tanyanya dengan sopan.
        "mari, silakkan saja. disini bebas." jawabku seadanya saja.
       "oh terimakasih. rupanya anda bukan berasal dari daerah ini? saya jarang menemui orang seperti anda melewati tempat ini dan berteduh." terangnya sambil meletakkan tongkat kecilnya disamping kanannya.
       "oh ya, kebetulan saya hanya melewati saja."
       "sepertinya anda juga menempuh perjalanan yang jauh? saya boleh tahu mau kemana?" tanya pria penggembala domba tersebut.
       "saya hendak ke arah selatan. mencari negeri selatan. berpetualang dan berlelah untuk menemukan hati seorang puteri dari selatan." aku menjelaskan pada pria penggemabala itu.

beberapa saat pria penggembala itu terdiam. nampaknya ia sedang berfikir ssesuatu.
      "itu semua dombamu?" aku bertanya untuk mencairkan suasana yang diam beberapa saat itu.
    "oh, tidak. itu domba tuanku. aku hanya bertugas menjaga dan menggembalakannya." jawabnya. "soal negeri selatan? apakah kau mencari puteri yang baik hatinya itu?" tanyanya.
        "oh.." aku terdiam. "darimana kau tahu?" tanyaku.
     "oh, aku tahu karena aku sering bertemu dengan orang-orang yang memiliki jawaban dan tujuan yang sama menuju negeri selatan untuk mencari puteri yang baik hatinya itu." terangnya.
       "mungkin kau harus berusaha sebaik mungkin, karena tidak hanya satu sainganmu. namun ada lima pria yang aku temui dengan misi sama sepertimu."

sejenak aku terdiam. aku tak ingin berkomentar apapun. lima? lima pria dengan misi yang sama sepertiku? mencari puteri yang baik hati dari negeri selatan? Tuhan. aku tak ingin melihat. sebesar itukah perjuangan yang kelak aku harus lewati? mungkin. namun aku tahu aku tak boleh menyerah soal hal ini. aku harus berjuang sesuai kemampuanku. aku tahu aku mampu mendapatkan dia. puteri, tunggu aku.

lalu, masih sedikit terlintas dibenakku, akankah aku mencari peramal untuk bisa memenangkan hatinya setelah aku tahu dia sama-sama dikejar oleh lima pemuda lainnya? sepertinya, lebih baik aku mengalah daripada aku mengikuti saran pria gagah yang aku temui di bar beberapa minggu yang lalu.

hening.

bersambung ..

Sabtu, 22 Desember 2012

Pangeran Bertopeng dan Berkuda Putih (2)

..
aku masih berada pada seperempat perjalanku untuk mencarimu, puteri.
seperempat perjalanan yang mungkin jika aku rasakan aku begitu kelelahan. namun saat aku kembali mengingat bayangmu, aku mampu kembali melanjutkan. kini aku masih terus berjalan bersama kuda putihku yang setia menemaniku mencarimu.

kali ini aku tiba disebuah pusat kota negeri lain yang tak aku ketahui namanya. negeri ini cukup ramai dengan banyaknya pedagang yang dengan asiknya menjual dan menawarkan segalanya. aku terhenti. untuk kembali mencari tempat peristirahatan sejenak sebelum aku melanjutkan kembali perjalanku untuk mencarimu.

     "hai, pemuda, sedang apa kau disini?" sapa seorang pria muda yang gagah berdiri disampingku.

  "oh, maaf. saya rasa saya menempati kursi anda" jawabku dengan tersenyum, dan aku berdiri. mempersilakkan pria muda yang gagah itu untuk duduk.

     "oh, tidak. aku tidak ingin duduk. aku hanya mengamatimu dari kejauhan. kulihat kau kelelahan. mari ikut aku masuk ke dalam bar, sejenak meminum kopi bersama. karena aku tak terbiasa meminum kopi sendirian."


aku menerima tawaran pria itu, dan mengikuti dia masuk dalam bar untuk menikmati secangkir kopi. langit mendadak berubah menjadi gelap. dan hujan turun dengan derasnya diluar. aku gelisah.

    "sedang apakah kau melihat keluar? gelisah ya? hujan seperti ini tak akan berhenti dalam waktu cepat. sudah tenanglah, kuda putihmu juga sudah berada pada tempat yang aman." jelas pria itu padaku. aku tersenyum. "kalau aku boleh tahu, dari mana kau berasal dan akan pergi kemana?"

    "oh, saya berasal dari negeri Utara dan akan menuju Selatan untuk mencari seseorang" jawabku.

     "bolehkah aku tahu kau akan mencari siapa?"

    "aku mencari seorang puteri yang aku tak tahu negeri asalnya, aku hanya berbekal dia tinggal di Negeri Selatan. ini kesempatan ku mencarinya."

   "pasti dia sangat cantik rupawan sehingga kau mau mencarinya sendiri. apakah kau sangat mencintainya? kau mengenalnya dengan dekat?" tanya pria itu sambil meneguk kopinya.

   "aku tahu namanya, aku tahu beberapa hal tentangnya. hanya saja aku belum siap untuk mengatakan dan mendekatinya lebih jauh."

     "aku tahu kau begitu mencintainya, seharusnya kau cari tahu segala informasinya dengan lengkapnya, bukankah dinegeri asalmu banyak peramal? sehingga kau tahu bagaimana ia dan keluarganya, dimana ia tinggal, lalu kau bertindak mendekati hatinya dan mendekati hati keluarganya, kemudian kau katakan yang sebenarnya. aku yakin itu tak akan lama seperti kau harus berjalan atau menunggangi untuk pergi mencari informasinya seperti ini" terang pria itu dengan bangganya. "itu tak tikku menaklukkan wanita yang aku suka, dalam sebulan aku mendapatkannya." lanjutnya.


aku terdiam.
kegalauan itu semakin merajalela dalam hatiku. namun aku tahu tak semudah itu mendapatkan sebuah cinta sejati yang aku mau. mencari informasi lengkapnya dengan mengandalkan peramal? itu hal bodoh menurutku. terlalu instan. aku tak ingin mendapatkan cintanya hanya semudah itu. aku butuh apa yang disebut perjuangan agar dia tahu perasaanku.
mungkin pria itu berkata dengan mudahnya karena ia merupakan tipe orang semudah itu untuk mendekati siapa yang ia incar. sedangkan aku? aku jauh memikirkan bagaimana perasaannya juga saat semua yangs erba instan itu aku lakukan, apakah dengan semudah itu ia akan suka denganku? akan menerima semuanya dengan baik? mempersilakkan hatiku menggapai hatinya? yang aku tahu, tidak semua wanita seperti itu.

aku tak tahu lagi harus bagaimana. pikiranku pecah.

bersambung ..

Sabtu, 01 Desember 2012

Pangeran Bertopeng dan Berkuda Putih (1)

aku masih saja berdiam disudut sebuah kota yang mati.
tanpa ada seorangpun yang lewat untuk mencari.
ditemani oleh kuda putihku yang dengan setia mau kutunggangi kemanapun aku arahkan ia untuk pergi.
perjalananku msih panjang, tidak kan berakhir sekarang.
aku masih mencari "dia", wanita yang aku cari untuk menemani perjalanan hidupku kelak.

aku sudah tahu siapa dia. aku sudah banyak mengenal lewat informasi banyak rakyatku dimana aku tinggal.
aku meninggalkan negeriku, demi mencarinya. mencari seoraang puteri yang begitu dihormati dan dikenal dibanyak negeri. aku pergi untuk mencarinya, aku pergi untuk mendapatkannya, dan mendapatkan hatinya.
yang aku dengar, dia begitu rupawan. dia adalah puteri negeri seberang yang baik hatinya pada semua orang, tak mengenal siapapun yang ia temui, ia selalu baik pada mereka.
aku terkagum.
aku ingat beberapa waktu sebelum aku menjadi seorang pangeran, aku pernah bertemu dengan dia dibeberapa moment penting. namun aku masih saja diam dan seolah tak ingin tahu siapa dirinya.
sejak kabar kebaikannya menguasai seluruh negeri, aku kembali teringatkan akan dirinya, tidurku kembali tak nyaman, aku mulai geram. entah, hanya mendengar namanya saja, aku sudah tak tenang, aku selalu merindukannya dalam malam. dan saat aku bermimpi, aku bermimpi telah bersanding dengannya.
mimpi yang aku alami membuat tekadku kian bulat mencarinya, mengenalnya, dan membawa ia pulang kenegeriku kelak, akan berdampingan denganku.

jalanan ini masih awal dari keseluruhan. padang rumput, padang gurun, hutan yang hitam, dan jurang yang dalam belum aku tempuh begitu rupa untuk mencarinya.
aku tengok kuda putihku yang setia menemaniku, aku bertanya, "masih maukah kau dengan setia menemaniku mencarinya? hingga aku mendapatkannya?"
terlihat wajah kudaku tersenyum. aku juga tersenyum.
aku kembali melanjutkan langkahku, meninggalkan kota mati tanpa penghuni ini. terlalu membuang waktu jika aku berlama-lama disini. aku ingin cepat bertemu dengannya. dan mengenalnya jauh lebih dalam.
suara langkah kaki kuda putihku mulai terdengar cepat, berlalu dan semakin cepat.
dalam anganku bertanya, "dimanakah dirimu sekarang puteri?" karena aku tak tahu dimana kerajaanmu berasal. dan tak ada yang tahu arah mana jalan panjang ini menuju tempatmu tinggal dan memerintah.
dalam pikiranku berkecambuk teringat namamu, teringat wajahmu yang sempat tersenyum padaku dalam diam diantara kita berdua.
dalam hatiku, getaran itu semakin dalam, semakin aku ingin lepas, getaran itu semakin mengikatku, mengikat jiwaku untuk terus setia mencari, mengejar, dan mendapatkan hatimu ..

bersambung..

Minggu, 12 Agustus 2012

Sebuah Pertandingan


Aku mengikuti suatu pertandingan. Sebuah pertandingan lari. Yang aku lakukan hanyalah aku harus selalu berlari. Berlari demi sampai di garis akhir pertandingan itu.

Tekadku bulat. Aku harus menang. Aku harus sampai. Aku tak boleh kalah. Aku harus berjuang.

Saat ini aku sedang persiapan. Sebentar lagi lomba lari ini akan dimulai. Yang aku pandang hanyalah ratusan meter jalan kosong didepan, dengan keramaian penonton di kanan dan di kirinya. Mereka terlalu bersemangat menikmati pertandingan ini rupanya. Senyumku simpul. Tanganku ku genggamkan erat. Satu tekadku, aku pasti menang. Aku tak peduli bagaimana dan siapa saja lawanku.  Aku tak peduli bagaimanapun cara curang mereka nantinya, aku tetap meyakinkanku, aku pasti menang. Aku bisa.
Sebentar lagi dalam tiga hitungan dan suara tembakan terdengar, pertandingan dimulai. Aku sudah semakin mempersiapkan keadaanku. Mengatur nafasku. Menggenggam erat tanganku. Dan tersenyum lepas. Menenangkan diriku dari banyak gurauan lawan dikan dan dikiri. Fokus. Dan fokus. Karena aku harus pertahankan harga diriku.

Satu.. Dua.. Tiga.. DARR !

Pertandingan dimulai, aku berlari, berlari sekuat apapun, aku pandang lurus kedepan, aku siap menggapai garis finish, aku bisa, karena aku yakin. Gemuruh suara penontonpun terdengar semakin keras, menyemangati para peserta lari ini. Aku masih harus terus berlari, berlari, dan berlari, menggapai garis di depan. Satu dua peserta lainnya sudah ada yang terjatuh karena laju mereka yang terlalu kencang, mereka ada dibelakang, dan didepanku, juga masih ada beberapa yang berlari, yang sama memiliki tekad untuk menang, dan sampai di garis finish. Aku kerahkan semangatku, aku mulai menyemangati, aku pasti bisa dan aku pasti menang.

Garis start semakin tak terlihat, aku sudah jauh rupanya. Saat aku ditengah-tengah rute berlari ini, aku mendengar satu suara, “ayo, kamu pasti bisa, semangat, kamu mampu sampai akhirnya”. Kutoleh dikanan dan dikiri penonton, tak ada satupun sosok yang aku kenal. Suara lembut itu suara ibuku, namun sepanjang aku melihat, aku tak melihat sosoknya. Seolah suara itu hanya lewat, aku tetap melaju, dengan tekadku, aku bisa dan pasti aku menang. Dengan satu suara lembut itu makin berulang, berulang dan berulang. Iya, itu suara ibuku. Namun dimana ia? Tak bisakah aku melihatnya? Bertemu? Menyembut manis senyumnya? Pikiran itu terus aku ingat, dan makin terngiang. Aku makin bersemangat.
Namun, semangatku seolah akan berakhir, patah, bukannya aku tak mampu, namun seolah jantung semakin berdetak cepat, kaki mulai merasa lemas, tangaku semakin kaku, ayolah, aku masoh saja tetap menyemangati diriku, aku bisa, aku mampu, lihat garis finish tinggal beberapa meter di depan, dan kamu sudah menajdi pemimpind alam pertandingan ini, lawanmu saja sudah kau libas, sudah tertinggal beberapa dibelakang, dan sudah ada yang jatuh, apa kamu mau jatuh juga ?
Aku makin lemas, tenangaku tak lagi penuh. Semakin berkurang. Keringatku bercucuran, membasahi bajuku, tanganku semakin sulit tergerak, kakiku semakin kaku, jantungku semakin tak beraturan, dan nafasku makin terputus-putus.

..
..

Aku terjatuh.

Tubuhku diam tanpa gerakan. Aku terkejut. Dan semakin terkejut. Karena aku tak bisa menyentuh tubuhku. Berulang aku mencoba menyentuh, tak tersentuh juga. Tubuhku diam. Tanpa ada satupun gerakan, bahkan pernafasan. Banyak orang mendekat, makin mendekati tubuhku, mereka menyentuhku bisa, kenapa aku tidak? Mereka meletakkan jarinya diujung telingaku, meletakkan tangannya di atas dadaku, dan memegang pergelangan tanganku. Dan aku mendengar mereka berkata “Dia sudah meninggal”.

Aku terjatuh. Lagi. Namun sebagai jiwa yang pergi. Aku menangis. Aku pergi dari kerumunan orang banyak itu. Meninggalkan jasadku, yang aku tahu sudah tak akan lagi hidup. Aku masih menangis. Semakin menangis.

Sebuah pelukan hangat aku rasakan, seperti pelukan hangat ayahku saat dulu. Dia tersenyum padaku. Mengusap air mataku, dan membawaku semakin dekat dalam pelukannya.
               “mengapa kau mennagis?” tanyanya lirih.
Aku pandang wajahnya, aku terkejut. Aku pernah melihatnya sebelumnya, bahkan sering, walau hanya lewat sebuah gambar. Aku punya gambar itu. Ibuku selalu memasangnya dirumah. Aku selalu memanggilnya “Bapa” saat aku berdoa.
               “Ba-pa?” tanyaku terbata.
         “Ya, ini aku Bapa, yang sering kau sebut dalam doamu. Mengapa kau menangis nak?” tanyanya.
              “Bapa, aku .. apa aku sudah me-ning-gal?” tanyaku lirih, “tak bisakah aku hidup kembali?”
Ia tersenyum. “Ya, kau sudah tiada nak, kau sudah tinggalkan kehidupan duniamu yang fana, dan kau akan tinggal bersamaku sekarang di surga. Apa itu membuatmu bersedih?” lanjutnya. Aku terdiam. Kemudian Dia membawaku pergi ke tempat lain. Dan aku melihat ibu, dan juga ayahku, bahkan saudara dan temanku, mereka menangis, namun aku melihat sukacita dari mereka.
               “Bapa, apa aku tak bisa kembali?”
           “Bukannya aku tak ingin kau kembali. pekerjaanmu di dunia sudah usai nak” jawabnya singkat.
               “tapi aku masih merindukan mereka”
               “pekerjaanmu di dunia sudah usai nak, Aku tak ingin melihatmu terus bersedih disana. Aku menjemputmu sekarang, mengajakmu bersamaku diam di surga” jawabNya dengan lembut.

Aku terdiam. Aku melihat tubuhku sudah cantik. Di dalam sebuah peti. Aku menggangguk. Dan Ia mengajakku pergi dari tempat itu, yang aku lihat tak ada sedih yang begitu menyelimuti mereka yang aku tinggalkan. Aku melihat sukacita dari mereka. Mereka sudah rela aku tiada, daripada aku ada namun aku terus merasakan sakit yng tak kunjung pulih. Aku sudah bahagia bersamaNya disurga. Dengan sukacita tiada tara. Aku sudah meninggalkan sakit leukimiaku yang aku sudah derita sejak aku lahir hingga aku berusia remaja kini. Pertandinganku telah usai. Aku tetap bahagia walau aku tak terlahir sebagaimana menjadi seorang pemenang yang aku idamkan sebelumnya, yang aku inginkan sebelumnya. Pertandingan itu usai, aku tak pernah mendapat satu piala kebangganku. Namun satu hal yang aku dapat, kedamaian yang tiada duanya. Aku menjauh, makin jauh dari semua, aku berjalan dengan senyuman bahagia bersama Dia --


Selasa, 07 Agustus 2012

Daun dan Pohon

Daun dan Pohon. 26 july 2012. 08.20

Aku selembar daun. Aku tumbuh dari ranting yang menempel pada sebatang pohon. Aku hijau. Aku penuh dengan kesegaran. Dan aku juga selalu menciptakan oksigen yang membantu manusia bernafas. Pohon yang aku tempeli adalah pohon yang besar, kuat, dan selalu melindungi banyak hal-hal sederhana yang bernaung padaNya. Dia pohon. Dan Dia pokok dari segalanya.

Sebagaimana pohon biasanya. Pohon tidak hanya memiliki satu daun saja kan? Namun memiliki banyak daun-daun lainnya. Aku satu daun yang masih muda. Sama seperti daun yang lain. Ya daun yang lain itu adalah temanku. Kami tumbuh dalam satu masa yang sama. Dan kami sama-sama tumbuh menjadi daun-daun yang cantik. Aku sellau berharap, semua daun yang tumbuh disini akan terus ada bersamaku, bersama-sama tumbuh, menhijaukan pohon ini, memberikan kesejukan, dan memberikan suasana hijau yang menyegarkan mata bila banyak orang memandang dari kejauhan. Dan aku ingin menjadi daun yang semakin tumbuh dan semakin kuat, dan tetap terus bertahan pada ranting yang menumbuhkanku.

Sepertinya, aku salah. Daun-daun yang lain tidak selamanya akan bersamaku tumbuh disini. Saat mereka sudah menemukan kehidupan mereka yang lebih menyenangkan, mereka pergi. Ya mereka terlepas dan pergi terbawa angin entah kemana. Satu per satu, daun yang lainnya meninggalkanku, terlepas dari ranting yang selama ini menjadi pokok mereka. Mereka jauh terbawa angin. Tak tahu akan sampai kemana. Daun yang dulunya teman bagiku, secara cepet meninggalkanku karena gelombang angin memebawanya pergi dengan kebahagiaan.

Angin bertiup semakin keras. Hampir semua daun yang dekat denganku, pergi dan tak kembali. mereka masih sama-sama hijau sama seperti denganku, namun angin melepaskan mereka dan memebawa kebahagiaan bagi mereka, sehingga aku terlupa. Aku sebagai teman lamanya masih menanti mereka kembali, akankah? Rupanya untuk kembali menempel pada ranting-ranting yang semakin sepi ini suash sekali. Mereka pergi meninggalkanku. Pergi dengan kebahagiaan baru mereka.

Namun aku tetap disini, menunggu mereka pulang dan menyapaku, “Hai daun”. Namun itu mustahil terlaksana. Sekarang aku sudah tak lagi hijau. Aku sudah semakin memerah dan menguning. Aku masih seringkali menengok ke ranting lainnya, akankah daun-daun yang pergi itu kembali lagi? Sepertinya tidak. Dan tanpa aku sadar, sekarang hanya tinggal aku, selembar daun yang menguning masih tetap menempel pada pohon ini. Aku semakin rapuh. Dan bahkan aku sudah semakin sendiri sejak aku makin menghijau. Hingga kini tangkai kecilku semakin rapuh. Tak kuat menopangku. Aku sudah siap, aku terlepas sebagai daun yang terakhir dari pohon ini. Aku mati.

Namun yang aku tahu, selama aku bertahan dari hijaunya daun, hingga aku menguning dan jatuh, pohonlah yang tetap setia menemaniku. Menghiburku. Tak peduli teman-teman daunku yang lain pergi bahagia terbawa angin lalu yang menerbangkan mereka kemanapun tanpa kembali, pohonlah yang selalu setia menemaniku. Bercerita bersama, tertawa, bahkan berbagi duka bersama. Disaat daun-daun yang lainnya pergi, aku tak pernah sendiri ada Engkau, Pohon yang paling setia. Saat semua pergi berlalu dariku, terimakasih pohon. Kini aku sudah terjatuh dari rantingmu, dan mati dibawah akarmu.
(daun yang pergi itu seperti teman-teman yang kau miliki, yang pergi tanpa kembali dengan kebahagiaan yang angin telah tiupkan. Sedangkan engkau seperti selembar daun yang tumbuh dari hijau hingga menguning, dan mati karena waktu. Sampai setua apapun kau masih menunggu temanmu kembali (daun-daun yang lain). Sedangkan pohon menggambarkan Tuhan yang selalu ada setiap waktu. Ada untukmu. Membuat hidupku bahagia. Menceriakan dirimu, menghiburmu, dan mengajarkanmu tetap menempel pada rantingnya, sekalipun masalahmu berat. Dia setia.



Senin, 06 Agustus 2012

PATAS

PATAS
cepat namun terbatas
tulisan itu kubaca berulang-ulang
aku masih duduk disini, dikursi sebuah terminal pemberhentian banyak bis
satu tiket sudah aku dapat, ya, ini aku genggam ditangan.
ribuan orang masih saja berlalu lalang, aku tak tahu apa yang mereka lakukan, yang aku lihat, mereka ada yang baru datang dan sedang mencari kode-kode bis mana yang akan ditumpangi

beberapa menit berlalu, bis yang akan aku naiki tiba juga didepanku
ku angkat kedua tas besar berisikan barang bawaanku
dan kulangkahkan kakiku dengan malas
masih sepi
banyak kursi kosong yang belum diisi, namun itu bukan nomor tempat dudukku
aku melangkah lagi
tiga baris dari depan, ya itu nomor duduk yang sama dengan tiketku
aku letakkan barangku, dan aku duduk dipojok
menikmati pemandangan luar jendela

..
lama, bis ini tak kunjung berangkat
memang sudah hampir penuh, namun masih ada yang kosong
satu pedagang asongan mendekat padaku, dan ia bertanya
"mbak, minumnya mau beli?" tanyanya ramah dan penuh senyum
lamunanku buyar
"oh, tidak mas, saya sudah membawa, maaf" jawabku dengan senyum pula
"oh, baiklah. Tidak apa-apa mbak." jawabnya
sebelum ia pergi jauh, aku memanggilnya kembali
"mas, mau tanya lagi, boleh?"
"boleh mbak, silakkan"
"mas, ini bis-nya mau menuju mana ya?"
mas-mas itu kaget, dan memandangiku
"loh, mbaknya bagaimana? Masa naik bis tidak tahu mau kemana?" dia tersenyum "ya, tapi banyak orang bertanya sama dengan mbak, mereka tidak tahu kemana mereka akan pergi, padahal yang bisa mendapat tiket untuk bis PATAS ini terbatas loh mbak, hanya edisi khusus, dan tentunya limited. Tapi saya bersyukur, mbaknya sudah memilih bis yang tepat dengan tujuan yang tepat. Nanti mbaknya bisa tahu kemana bis ini pergi" lanjutnya
akupun hanya mengangguk
"terimakasih, mas"
"samasama"

..
aku masih tak mengerti. bingung.
namun yang aku ingat, aku harus bersyukur mendapat tiket ini, yang katanya limited edition
aku bolak-balik selembar tiket ini, tak tertera juga kemana tujuannya

..
waktu semakin cepat, tanpa aku rasa, seluruh bangku di bis ini sudah penuh, dan pak supirpun sudah didepan alat mengemudikannya
aku kembali memposisikan tempat dudukku senyaman mungkin
tapi, ada yang kurang dua tempat disebelahku kosong, tak ada orangnya
aneh
saat aku toleh keluar, banyak orang berlarian, bahkan ada yang menangis sambil menggedor bis ini
aneh
dan ada satu orang yang kulihat berkata pak supir bis ini
"ini tiket saya pak, mengapa saya tidak boleh masuk?"
"kamu sudah terlambat"
namun orang itu terus meminta masuk, dan sepertinya tiket orang itu bernomorkan satu bangku disebelahku
lagi
aku heran

..
tak lama, bis PATAS inipun melaju kencang dan cepat.
dan aku mendengar sang kondektur bis berkata,
"selamat datang di bis PATAS, cepat namun terbatas. Tujuan bis ini adalah SURGA. Selamat bagi anda yang sudah mengantongi tiket limited edition menuju SURGA. Dikiri saya ada bapak supir kita, Dia sang Juruselamat pribadi anda, yang akan mengantar pada kehidupan kekal kita. Selamat menikmati perjalanan menuju Surga, Tuhan memberkati"

sontak aku hanya bisa ternganga
ternyata, ini adalah bis menuju surga.
tiket yang didapatpun terbatas, selama kita didunia, maukah kita menerimaNya dengan sukacita? Dan hidup didalamNya? Sebenarnya Tuhan memberi banyak kesempatan, jalan satu-satuNya menuju surga, keselamatan yang cuma-cuma. Namun yang menjadi pertanyaan, maukah kamu menerima dan mengikutiNya?
Tidak ada pertobatan setelah kematian. Semua harus ikut dan tepat waktu. Banyak kursi yang Ia sediakan. Namun sedikit yang bisa menerima. Ya. Saat kita dengan percaya mengakui dan mengikut Dia.
Guys, ingat, cepat dan terbatas. Banyak tiket yang Ia sediakan bagi kita, maukah kita menerima keselamatanNya yang gratis, cuma-cuma, tanpa ada imbalan ? Semua terserah padamu. Aku tahu mana yang terbaik, karena hanya ada satu jalan utama (Yohanes 14 : 6) dan karena Dia lebih dahulu mengasihi kita ketika kita masih berdosa.

Senin, 23 Juli 2012

Tidak Harus Dilupakan


“Tidak Harus Dilupakan” – cerpen, Sabtu, 21 Juli 2012, 20:35  @rosikangagelina

Aku seorang gadis, gadis yang maniak dengan jejaring sosial. Yang jelasnya jaman sekarang aneh jika tak memiliki akun jejaring sosial. Okeh. Aku Rena. Dan aku punya facebook. Dan itu situs jejaring sosial yang aku miliki kedua selama hidupku setelah friendster. Temanku tidak banyak, jujur, aku terlalu memilih dalam berteman. Jika tak kenal, tak akan aku approve untuk menjadi teman. Dan okeh, aku sering dikatakan “terlalu memprotect diri”. Yang harus kalian tahu, hidupku tak ingin banyak orang tahu dan mengurus, it is my life, just my God can judge me. Yeah. Dan dengan facebook, aku menemukan satu nama yang seringkali membuatku “wow”.

Dia temanku. Temanku di dunia nyata. Dan di dunia maya. Aku mengenal dia, dan dia mengenal aku. Hanya sebagai teman. Ya mungkin menurutnya aku temannya, tapi sepertinya dia salah. Ternyata oh ternyata, aku memiliki perasaan padanya, ya dia tak tahu akan hal ini. Okeh dan aku hanya bisa berdiam. Tentunya kami tak lagi saling menyapa, ketika bertemupun, hanya acuh tak acuh. Apalagi di dunia maya, okeh. Dulu kami sering bercengkrama, namun kini tidak lagi. Ya, yang aku tahu dia sudah memiliki seorang kekasih. Hancurlah aku, jujur aku hancur.

Hay, namaku Rena. Sekali lagi aku Rena. Mahasiswi di salah satu Universitas dikotaku tinggal. Aku memiliki satu sahabat, ya yang boleh dibilang dia sekarang jarang bermain denganku. Namanya Dera. Dera Apriliya Simamora. Aku dan Dera sudah jarang bertemu, bahkan bermain dengankupun jarang, maklumlah dia sudah memiliki teman yang akan selalu ada saat dia suka dan suka. Ya, pacarnya. Aku iri ? sempat. Namun untuk apa aku iri padaNya ? yang aku harus tahu, setiap orang tentunya sudah punya jalan cerita tersendiri yang masih bersembunyi dibalik tembok besar rahasia kehidupan. Aku memang dekat dengan Dera sejak kami bertemu di tingkat Sekolah Menengah Pertama, dan tetap bersama hingga dunia perkuliahan ini. Tepatnya kami memiliki satu hobi yang sama yaitu menggambar, dan prodi kami sama, Mahasiswa Seni Rupa. Okeh, tak penting aku bercerita panjang tentang pendidikanku dan juga masa awal bertemu Dera.

Yang aku tahu, aku sekarang lebih suka sendiri, berdiam di depan laptop dan men-stalker berbagai akun jejaring sosial. Dan facebook adalah salah satu jejaring yang membuatku betah berada ribuan detik didepannya. Dulunya, aku suka men-stalker akun facebook seorang teman laki-lakiku yang aku suka dan aku singgung sedikit didepan. Dia aku kenal sejak kami bertemu di satu kelas Seni Rupa ini, Dera pun juga tahu, aku sudah suka padanya sejak pertama kali bertemu, ya sebut saja cinta pada pandangan pertama. Namanya Adit. Adit Dimas Prasetya. Sejak aku bertemu Adit, lama-lama aku sering mencari tahu informasi yang dia punya, dari mulai akun facebooknya, nomer hapenya, dan apapun tentang kesukaannya, aku tahu. Dan yang perlu diketahui, aku sempat dekat dengan Adit pada masa awal perkuliahan, ya selama beberapa saat. Saat itu dia baru saja “putus” dari pacar sebelumnya, ya aku dengan terbuka setia mendengarkan apa yang dia ceritakan. Dan itulah yang menjadi salah satu alasan dimana aku menjadi semakin jatuh hati padanya. Adit anak yang sederhana, baik hati, dan tentunya ramah. Dia juga anak yang terbuka, dan selalu menerima ceritaku disela-sela saat aku mendengar ceritanya.

Hampir tiap malam, aku sempatkan membuka akun jejaring facebooknya, hanya untuk melihat-lihat, yang jujur saja, lama-lama bosan juga, karena setiap kali aku buka akunnya, isinya jarang berubah, namun tetap sama. Namun lebih menyenangkan saat lampu bulat kecil hijau muncul di kanan akun facebookku, ya tandanya dia sedang online. Dan aku selalu menunggunya menyapaku, dari sebuah chat. Hanya sekedar memanggil, “hay, Rena, lagi apa nih?” atau “Rena, loh belum tidur Ren?”. Perhatian kecilnya itulah yang semakin membuatku jatuh hati pada sosok Adit.
Tapi, saat jatuh hatiku semakin dalam itu, aku malah sering menangis. Aku sering melihat namanya bercengkrama dengan nama lain, yang hampir setiap waktu menjadi “top news” di beranda facebookku. Iseng-iseng suatu malam, aku stalker juga nama lain yang seringkali Adit komentari, entah foto, status, atau wall dinding. Namanya Puspa Ayu Chalrin. Dengan penuh penasaran aku selalu cari tahu infonya, ya ya ya teman lama Adit rupanya.

Pagi itu suasana kampus sedikit mendung. Aku lebih sering berangkat sendiri, dari pada bersama Dera. Iya, Dera kan sudah ada yang jemput, ngapain bareng sama aku? Itu pernyataan yang selalu aku terapkan dalam otakku. Aku sendiri, dan biarlah Dera dengan pasangan barunya. Ya ya, aku mampu menghibur diriku sendiri. Tak aku duga, lama-lama suasana kelas menjadi ramai, banyak temanku yang sudah datang dan duduk disana. Aku masih asyik mendnegarkan mp3ku, daripada ikutan menggosip bersama yang lain. Tak lama, Dera datang, menyapaku dengan sapaan hangat paginya, ya jujur saja aku sudah lama tak mendengar sapaan itu. “selamat pagi Rena sayaaangg”. Dan aku hanya tersenyum tanpa menjawab, karena aku pikir “Dera aneh”, ya terlalu lama aku tak mendengar sapaan itu, jadi aku merasa aneh. Ya ya, yang tak terlupa ialah di juga datang dengan pacarnya, yang itu teman sekelasku, dan duduk disampingku. Duniaku semakin suram saja. Kemudian Dera mendekat,
               “Ren, aku mau cerita nih, dengerin dong” rayunya dengan lembut.
               “cerita aja” jawabku suntuk.
               “yah, kamu nggak minat banget sih. Ogah ah.” Dera sok jual mahal.
               “udah cerita aja, aku dengerin kok. Biasa aja kali. Nggak usah lebay gitu ngomongnya.”
               “lepas dulu headsetmu” katanya sambil meraih headset yang melikit di telingaku.
               “apaan sih, cerita aja, gausah ganggu musikku” jawabku ketus.
               “Rena ah,”
               “iya iya, ngambek mulu. Apa?”
Kemudian Dera dengan perlahan memindahkan kursinya, duduk berhadapan denganku.
               “Ren, jujur ya, kamu masih suka sama Adit?” tanyanya. Aku langsung tertuduhkan.
               “ngapain lo tanya gitu? Gausah ditanya lo tahu jawabnnya.” Jawabku singkat.
               “Ren, aku mau mastiin, hehe. Aku mau cerita ini, tapi ..”
               “udah, cerita aja.” Hatiku semakin bergetar cepat. Cepat dan cepat.
               “Ren, Adit udah punya cewek tahu, kamu masih beneran mau ngarepin dia? Akhir-akhir ini aku kan sering smsan juga sama dia, ya, berhubung kita sekelompok di mata kuliah gambar sketsa, jadi harus tahu anggota juga kan? Semalem dan beberapa malem sebelumnya sih, dia kalo sms nggak lagi ada dirumah, mesti diluar, eh ternyata lagi sama .. sama .. pacar barunya, ehm.. oh kalo nggak salah sih namanya ..”
               “Puspa” jawabku singkat tanpa melihat Dera yang asyik bercerita.
               “nah, iya Puspa, kamu kok udah tahu? Iya Puspa bener Ren. Hehe. Terus kamu gimana?” tanya Dera.
               “ya nggak gimana-gimana”
               “kamu jangan sedih ya Ren, pliiiisss jangan sedih ya?”
               “apaan sih lo, biasa aja kali. Gue biasa.”
Dan sejak cerita Dera itu, aku semakin sering nangis, diem, bahkan males ngapa-ngapain. Lagian kalo aku pikir aku nangis Dera juga nggak bakalan peduli ke aku, ya walau aku sahabatnya, sahabatnya yang Dera datengnya pas butuh doang. Sisanya, ya sama pacarnya lah. Nasib deh, punya sahabat satu aja, tapi lama-lama ninggalin juga, bikin sakit hati. Tanpa aku sadar, kadang kalo disapa Adit di kampus, senyum aja nggak. Malah langsung kabur.  Dan pulang kerumah. Sumpek udah sahabat ninggalin, orang yang aku suka juga udah ada yang punya. Nasih oh nasib.
Emang, sejak beberapa bulan kemarin, aku sudah jarang sapa-sapaan sama Adit. Iya sejak akus ering lihat nama Puspa yang status atau foto dan wall dindingnya jadi top news diberanda ku, iya soalnya ada Adit yang sering komentar. Dan sejak itu aku tambah sering diem, mengeluh, merasa bosan. Gak ada tempat lain buat cerita. Dera ? pasti bilangnya, “sorry Ren, aku sibuk nih, ntar deh aku telpon lagi, ya ya?” buktinya sampai pagi berganti selama seminggu nggak juga telpon. Atau “kamu mau cerita Ren? Nanti deh sepulang aku dari sini mampir kerumahmu, aku sayang kamu Rena” buktinya sampai tiga minggu juga nggak nongol di rumah, dikampus ketemu aja, cuman senyum. Hah ~
Cuman satu tempat. Bikin lega. Satu nama. TUHAN. Aku akhirnya dan nggak sekali ini, bahkan dari kecil, Ibu ngajarin buat cerita ke Tuhan, apapun masalahnya, iya memang nggak cepet “clear” tapi menenangkan kok :’) terimakasih ya Tuhan buat semuanya, menenangkan J
Nggak peduli nggak ada Dera, aku nggak sendiri. Nggak peduli cinta nggak kebalas sama Adit, aku nggak sendiri. Aku masih banyak teman kok. Tuhan setia buat aku J akhirnya, intinya aku mulai ngelupain Adit. Nggak akan ada Adit lagi. Nggak akan ada Rena yang suka stalker diam-diam akun Adit, nggak ada lagi Rena yang suka tanya kabar ke Adit. Nggak ada lagi Rena yang nunggu-nunggu sapaan di chatting facebook dari Adit. Nggak ada lagi Rena yang nangis gara-gara Adit. Mungkin aku baru tahu, Adit cuman ada buat membuatku semakin dewasa, dan mengerti akan hidup. Nggak baik juga Rena terus-terusan nangis hanya karena Rena tahu Adit sudah ada yang punya, nggak baik juga Rena terusan berharap ke Adit, hanya mimpi semu saja. Dan nggak baik juga Rena ngejar Adit, Adit juga nggak tahu. Yang Rena tahu, Rena harus menjadi anak yang baik, teman yang baik buat Adit, dan sahabat baik buat Dera. Walau Dera sering ninggalin Rena demi kencannya yang katanya “romantis abiiiisss” haha, nggak apa, Rena akan selalu ada buat Dera. Ya, belajar jadi sahabat yang setia buat yang lain. Mimpi Rena nggak harus berhenti hanya karena “ditinggal Dera dan ditinggal Adit” mimpi Rena masih jauh dan panjang, setidaknya Rena ingin akhirnya membahagiakan bukan buat Rena aja, tapi buat semua. Dan mereka, nggak harus dilupakan, namun mereka yang harus didoakan selalu, ya belajar menjadi teman yang baik. Walau mereka tak tahu dan melupakanku dengan dunia barunya, tapi aku tak boleh melupakan mereka untuk hal ini, “tetap mengasihi mereka sebagai sesama”.

(Rena Anastasia Palupi)


-- cerpennya rosika, iseng aja nulis, dan kebetulan dapet banyak ide dan inspirasi --
the owner of this blog,
with love and pray,
@rosikangagelina

Jumat, 20 Juli 2012

Tuhan Ada :)

hay, sebenernya akhir-akhir ini banyak banget yang pengen gue posting di blog, tapi banyak banget keadaan yang seolah nggak memungkinkan buat ngeposting, seenggaknya setengah tahun 2012 udah gue lewatin, atau bahkan gue nikmatin dengan sejuta anugerahNya, yep, tetep yang paling LUAR BIASA adalah anugerah TUHAN yang nggak pernah ada duanya dalam hidup gue. setengah tahun, banyak banget halhal yang menyenangkan, nggak cuman sama keluarga, tapi sama ribuan teman yang secara nyata ada, atau yang hanya muncul di beberapa situs jejaring sosial gue, salah satunya pasti twitter. okeh. gue maniak twitter. banyak banget perjalanan yang gue alami di 2012 ini. dan yang paling ter-wow kan pas bulan Juli ini. ke pantai di Malang Selatan lah, ke Tulungagung lah, semuanya menyenangkan banget.

kalo gue lihat keadaan gue yang sebenernya menyenangkan banget hari-harinya, tapi itu salah. gue mulai nggak terlalu menikmati setiap kejadian yang gue lakukan. nggak paham juga kenapa, tapi Tuhan yang tahu. merasa jatuh banget, sama lah kayak tahun lalu, kayaknya tiap tahun ada satu titik dimana gue harus "benar-benar jatuh terpuruk" bukan cuman masalah teman, masalah pribadi juga terlibat. sayangnya gue susah bangkit dari hal beginian. bener, dan memang sih gue nggak nangis kayak yang dulu, mungkin karena gue udah kuat dan udah siap menerima apapun yang terjadi disini. dan posisi gue nggak gue sesali, malahan bersyukur banget dengan ini Tuhan bisa bentuk gue jadi lebih baik lagi, (ya)
kayaknya ya, tiap permasalahan yang gue alami itu jadi satu pelajaran baru, dan gue diingetin lagi buat "semakin dekat sama Tuhan". iya rasanya sih seperti nggak adil mengalami ini, tapi mau bagaimana, Tuhan yang memberi. masa cuman aku yang terusan minta minta dan minta ke Tuhan, sedangkan cara hidupku aja belum banget menyenangkan Dia :'( kakak pernah bilang, "benerin dulu hidupmu, baru minta lebih ke Tuhan, jangan cuman minta aja, tapi lihat apa yang udah kamu perbuat buat menyenangkanNya? sudahkah kamu hidup kudus bagi Dia? dan ingat, Tuhan nggak akan memberi karena Tuhan tahu kamu belum siap menghandle semua yang nanti kamu terima". jujur aja nyesek juga pas ditanya, kamu udah hidup kudus buat Tuhan belum? jujur aja belum.

Tuhan tahu kok apa yang aku pikir, dan yang aku inginkan. aku juga tahu. tapi kenapa Tuhan nggak memberi? iya soalnya aku belum hidup menjadi anak-anak yang baik dan kudus bagi Dia. bener nggak ? aku akui, beberapa tahun kemarin memang aku jadi anak yang males, rajin nya cuman pas butuh ke Tuhan, tapi aku udah dipercaya buat selalu bersyukur dan bilang "Puji Tuhan" buat tiap masalah yang ada. tapi bagiku pribadi itu kurang. aku pengen deket lagi sama Tuhan, pengen hidup jadi anak yang baik dihadapanNya, memandang semua yang terjadi itu baik, dan nggak egois, rendah hati, nggak banyak alasan.

Tuhan itu menjanjikan hidup yang bahagia buatku. bahagia banget. tanpa ada satu hal yang membuatku kecewa. okeh, setiap masalah harusnya disyukuri bukan dijadikan beban. agar tiap hari akunya jadi dewasa bukan dalam perbuatan saja, tapi dalam iman. okeh guys, banyak hal yang aku pelajari dari keterpurukanku di sini : 
* jadi anak yang semakin dekat sama Tuhan, apapun masalahnya, Tuhan ndengerin kok, Tuhan selalu siap menolong kita. janji Tuhan kan pasti, iya dan amien, sekarang kita sedih, tapi Tuhan pasti emmberikan janji yang luar biasa di hari esok (Yeremia 29 : 11)
* belajar buat memandang setiap masalah itu positif. memandang apa yang terjadi bagimu itu anugerah.
* belajar untuk rendah hati selalu.
* belajar buat selalu bersyukur apapun yang terjadi dan dialami.
* belajar buat nggak egois memandang semuanya yang ada, ingat Tuhan selalu adil kok :)
* yang terpenting ialah belajar lebih dekat lagi sama Tuhan, rajin saat teduh, dan terutama hidup kudus sesuai yang Tuhan mau bagi kehidupan kita :)
seenggaknya dnegan hal-hal sederhana begitu, perlahan kita bisa jadi anak yang baik, hidupmu indah bila kau tahu, nggak ada yang membuatmu luka. ingat setiap luka yang dailami adalah proses dimana kamu akan menjadi lebih dan lebih dewasa lagi dalam imanmu.

fokuslah pada janji Tuhan akan masa depan yang sempurna indah dan kekal bagimu, yang lalu biar berlalu, ayo perbaiki cara hidupmu, jangan selalu mengeluh, dan meminta yang kamu mau, Tuhan belum memberi karena Ia tahu yang terbaik buat kamu dan aku :)
Tuhan Yesus sayang sama kita, aku dan kamu. Jangan mengeluh terus buat tiap hal yang ada dalam hidupmu, jalanilah semuanya dengan kasih sukacita. pencobaan yang kita alami nggak melebihi kekuatan kita kok, Tuhan tahu porsinya. setidaknya hidupku lebih tenang setelah aku percaya dan cerita sama Tuhan. ya, aku tahu aku sering ditinggalkan mereka, tapi ingat Tuhan ada buat kita, aku dan kamu. Dia nggak akan meninggalkanmu. Tuhan selalu menyediakan telinganya buat mendengar, menyesiakan bahunya buat sandaran saat kita menangis, menyediakan tanganNya buat memeluk kita dan mengangkat kita, dan Dia punya ribuan bahkan tak terhitung kebahagiaan buat kita. aku dan kamu. Tuhan cinta sama aku dan kamu, kita semua.

Tuhan ada, Ia selalu ada.
puluhan ceritamu Ia akan dengarkan.
ribuan tangis air matamu, Ia akan usap.
jutaan teriakanmu, Ia akan gantikan dengan alunan lembut suaraNya yang menenangkan.
Tuhan ada, Ia dekat.
disisimu, dikanamu, dikirimu, didepanmu, dibelakangmu, diatas dan dibawahmu.
setiap detik.
tak perlu aku dan kau panggil Dia dengan teriakan.
dengan lirih suara kita saja Ia tahu, bahkan saat kita belum berucap kata, Ia tahu.
so, our life is beautiful when you believe on His name, JESUS :)

"dalam setiap langkahku, Engkau besertaku,
menawarkan perlindungan saat badai menejang,
saat dunia menyakitku,
kala cinta semua palsu,
Kaulah yang kuandalkan, Kaulah perlindungan,
Kaulah yang selalu ada,
teman yang abadi, SAHABAT SEJATI,
tak perlu aku ragu denganMu, KAU ADA"

Kau Ada // Giving My Best


 

Kamis, 19 Juli 2012

Garis Penonton

keramaian membuat semuanya lebih baik dan terkadang keramaian malah memutar balikkan keadaan, ya menjadi buruk

dalam suatu waktu ada kalanya aku berada di titik depan tribun dan garis bagi penonton
membawa bendera, meniup terompet, dan berteriak kagum bahagia, dan bergabung diantara ribuan orang demi menanti apa yang dibanggakan melaju dengan cepatnya didepan
kedua bola mata dengan sigap merekam tanpa disuruh merekam apa yang dilihatnya
dan bergabung dengan ribuan pasang mata lainnya, menangkap apa yang terlihat
sesekali terlihat jenuh
dan membosankan
menunggu apa yang ditunggu tak kunjung datang atau tak melihat siapa yang bersemangat menanti di tribun dan batas garis penonton

semua dibatasi oleh garis panjang berwarna merah berseling putih
terlalu panjang, hingga tak tahu mana ujung dan mana pangkalnya,
ribuan orang dengan teratur berada dibaliknya mengucap gembira dan tetap menanti apa yang ada
aku tidak bosan hanya saja semangatku tak lagi sesemangat kala itu
sekarang semuanya seolah berat, cukup lelah untuk berdiri, mengangkat kedua tangan, berteriak, dan hanya bisa dilakukan tanpa melebihi batas garis berwarna merah berseling putih yang nampak rapi membatasi
siapa yang ditunggu melewati jalan didepan tak kunjung datang malah seolah makin tenggelam

satu per satu aku mundur dari posisi terdepanku
mundur selangkah demi selangkah
ya aku tahu aku sudah tak bersemangat lagi dan aku sudah lelah dengan terus berdiri tanpa hasil
bukankah aku lebih baik mengundurkan diri dari pada aku harus bertahan dan berdesak desakan didepan ?
bukankah mundur lebih baik daripada didepan dan terdorong dorong hingga menyentuh garis batas penonton ? bukankah jika terdorong olehku garis itu akan rusak ?
aku bukanlah perusak atau pengacau hanya karena aku harus tetap teguh berdiri menanti apa yang ditonton melewati dan kuraih saat ada di hadapanku
yang aku tahu aku jauh lebih mulia diam tanpa kata dan mundur perlahan meninggalkan batas garis penonton
membiarkan orang lain menggantikan posisiku
dan dengan ikhlas mundur tanpa beban

aku mulai menghilang
menenggelamkan tubuhku diantara ribuan tubuh yang berdesakan demi berada di depan, menyentuh garis batas penonton
biar mereka saja yang menggantikanku, aku tak lagi ingin berada didepan,
berteriak tanpa ada balas teriakan
bersemangat tanpa ada yang menyemangati
bukannya telah lelah menanti hanya ingin memberikan waktu dan tempat 'istimewa' disana untuk yang lain
aku mundur perlahan, bukan karena aku terlihat frustasi menanti
aku mundur perlahan bukan karena aku tak mampu lagi menanti
aku mundur perlahan hanya karena aku tak ingin semakin dalam semakin di depan, menunggu yang dimaksud lewat, selagi belum jauh dan datang, mundur adalah alasan terbaik
dibatasi garis penonton adalah hal yang sedikit tak membuatku bebas, aku ingin berlari ya berlari dari batas
ketempat lain dimana ketenangan dan kebebasan aku raih tanpa batasan
biar ribuan pasang mata lainnya yang menikmati
aku sudah tak ingin lagi

mundur
dan mundur
jejakku kian hilang
tak terlihat lagi
garis penonton adalah batas semuanya
ya aku akan mundur saja
itu lebih baik
tenggelam dalam ribuan orang dan tak terpuruk karena penantian yang terbatas
mundur dan diam, tersenyum saat melihat apa yang ditunggu lewat dan diraih orangorang yang ada di depan, dekat garis penonton
selamat, ucapku dalam hati
dan maaf aku tak mau terbatasi oleh garis penonton hanya untuk menanti yang dimaksudkan lewat didepan mata walau hanya untuk mencari ku, dan menyebut namaku, karena aku tahu, tak akan teraih :')


the owner of this blog,
with love and pray,
@rosikangagelina

Rabu, 09 Mei 2012

Bapaku :')

Bapa yang akan ada selalu setiap waktu, aku merindukan pelukanMu, dan setiap kehangatanMu

Engkau adalah segalanya bagiku, Engkau yang terbaik bagiku, dan Engkau yang selalu memeluk erat anakMu ini,
setiap luka dan perih yang aku rasa, aku tak tahu lagi akan kemana, bukankah itu cukup menyakitkan untuk aku yang hanya seorang anak kecil merasakan apa yang sebenarnya tak harus dirasakan ?
aku tak tahu harus lari kemana, berjuang dengan siapa, dan tersenyum yang bagaimana,
yang aku tahu, aku selalu datang padaMu, Bapaku, yang selalu erat memelukku setiap waktu, setiap hembusan nafas hidupku.
aku seringkali terjatuh, dan tertatih saat aku kembali mencoba untuk berdiri, Bapa, aku tahu kedua tangamu hadir meraihku, memberikan aku pertolongan, yang aku tahu, pertolonganku ialah hanya dari padaMu.
tanganMu yang hangat, kau peluk aku dalam dekapan hujan dan airmata, bahuMu yang siap kau sediakan sebagai tempatku menangis selalu bisa aku jadikan tempat untukku membuang airmataku, dan Kau selalu mebiarkannya basah karena tangisku.
belaian lembutMu terasa saat Kau sentuk kepalaku, belaianMu memberikan sejuta kehangatan dan kebahagiaan dalam setiap sentuhannya, aku tahu, aku tenang dalam pelukMu.

Kau baringkan aku ditempat yang teristimewa bagiku,
Kau balut lukaku dengan sentuhan hangat kasihMu,
Kau sediakan secangkir kasih sayangMu untukku,
Kau berikan sepiring ketulusanMu akan aku yang terbaring lemah tak berdaya,
dan Kau tersenyum melihatku terdiam dalam luka, aku tahu Kau begitu memperhatikanku dna selalu menemani tiap prosesku .

"Bapa, bolehkan aku bertanya ?"
Engkau mengangguk pelan.
"Bisakah lukaku akan segera sembuh dan berakhir ?"
Kau tersenyum melihat pertanyaanku.
"Aku ingin mennagis lagi." gumamku lirih.
Engkau melihatku dengan kasih, Engkau menjawab, "Aku tahu kau menangsi dan meanhan lukamu anakku, aku rasa lukamu akan berakhir saat kau semakin tulus percaya akan janji Bapamu ini."
aku terdiam.
"Mengapa Engkau membiarkanku jatuh? dan kemudian Kau datang dan mengangkatku? bukankah lebih baik aku akan tersungkur dan mati?"
"Tidak. Aku Bapa yang baik dan tidak akan merelakanmu mati karena hal yang seperti itu. Aku masih ingin melihatmu bahagia kelak. Aku juga tak ingin mengecewakanmu. Jika aku membiarkanMu mati, berarti aku bukan Bapa yang terbaik yang Kau miliki."
aku tersenyum.
"Bapa, apa yang harus aku lakukan? sedangkan luka yang aku rasa semakin dalam dan perih tiada tara. Apakah aku hanya bisa menangis dan memandangi banyak hal yang selalu membuatku rapuh dan jatuh? Aku rasa aku tak akan menemukan kebahagiaan untuk saat ini"
Engkau tersenyum dalam wajahmu. "Tidak, aku tahu kebahagiaan akan kau raih suatu hari. Yang aku mau sekarang kau harus banyak belajar dari setiap hal yeng terjadi. Banyak belajar akan mendengarkan, banyak belajar akan mengikhlaskan, dan banyak belajar untuk tidak lagi memiliki rasa ingin memiliki. Sudahkan kau bisa lakukan?"
"Belum" gumamku lirih.
"Tidak ada Bapa yang merelakan anakNya mati dan memilih jalan yang salah Nak, semua Bapa hanya ingin yang terbaik bagi anakNya. Percayalah. Aku punya rencana besar untukMu. Dan itu indah. Yakinlah. semua adalah proses yang terbaik untukmu semakin mengerti akan jalan yang sebenarnya TUHAN mau bagimu."
aku menangis.

perlahan tangan hangatNya menyentuhku. Ia peluk aku dalam tangis, dan Ia berikan kehangatan dalam dekapan hangat sayap kasihNya.

Itulah Dia. Bapaku.
Yang selalu ada untukku. Dalam cerita kehidupanku, Dialah yang paling sempurna untukku.
Terimakasih Bapaku, yang selalu ada untukku, memelukku dan memberikan sejuta kegangatan untukku dan dalams etiap pelukanMu yang selalu berarti buatku.


Senin, 23 April 2012

23


cerita singkat sang penggemar rahasia dibalik topengnya :)
hanya sekedar menulis tentang apa yang ada dipikiran ini :)


“masih disini, 23 April 2012, dan masih padaku yang masih menyimpan erat pesan singkat mu dan sekaligus pesan terakhirmu setahun lalu”

Setahun begitu cepat terasa, terlewat dengan mudahnya, dan tanggal yang sama akan hari itu telah tiba (lagi). Aku masih saja bungkam, menutup erat setiap hal yang pernah terjadi dan teralami. Dan aku masih saja seringkali mengenang setiap hal sederhana yang pernah terjadi. Tak akan aku mengelak dari setiap kenyataan hidup yang aku sering jalani. Aku hanya akan bersiap melewati, karena aku yakin, aku mampu melewati segala perih yang akan terjadi. Namun aku adalah aku dan bukan aku jika aku tak “sedikitpun” seringkali aku mengenang sebuah harapan singkat yang terakhir, yang ada dan tertulis dalam sebuah pesan di inbox hapeku, yang sekarang menjadi pesan tersimpan dalam hapeku (tetap saja) dihari sabtu 23 April 2011 . dan itu adalah hari terakhir dari semua pesan yang aku mendapatkan balas darimu.

Pesan sederhana yang aku kirim diawal hari bahagiamu, dan ternyata malah menjadi pesan terakhir yang menjadi balasan dirimu. Aku paham hari itu hari bahagiamu, dan aku turut bahagia pada hari jadimu. Sejujurnya, sudah beberapa hari sebelum 23 April 2011 aku menyusun setiap kata yang akhirnya terangkai menjadi sebuah kalimat ucapan sederhana, masih aku ingat apa yang aku lakukan, aku begitu bahagia menunggu hari itu, walau aku hanya bisa memberi ucapan yang hanya lewat sebuah pesan singkat saja. Dan aku selalu berharap semoga pesan singkatku juga “sedikit” bermakna bagimu, dan setidaknya kau tak akan pernah lupa pada orang yang akhirnya memberanikan diri dan memberikan sebuah ucapan awal dan akhir bagimu. Dan itu aku. Dan aku rasa ucapan itu adalah awal, sekaligus akhir dimana aku memberikan ucapan yang sekarang aku tak akan lagi ucapkan padamu. Masih ada dan tersimpan rapi dalam satu folder hapeku :’)
“ahaha iyow makasi yow :D”

Dan itulah kalimat pesan terakhirmu yang mengisi inbox hapeku, tak ada lagi sekarang pesan pesanku yang aku kirim padamu dan kau balas, entah itu pesan penting atau tidak, kau tak lagi hiraukan itu. Aku tahu dan aku paham, kau tahu aku, dan kau menjauhiku perlahan. Itu pesan terakhirmu dan andai kamu tahu aku masih simpan. Bukan untuk sebuah penanda bahwa aku sangat menginginkanmu, hanya sebagai sebuah simpanan semata, dan tak akan lagi pernah berarti kini seperti dulu.

Di tanggal 23 April 2011, di hari bahagiamu, dihari jadimu, dihari paling sempurna untukmu, memflashback moment hari itu, yang aku bertemu denganmu dalam sebuah acara tapi aku tak berani menyapamu. Sebenarnya aku sungguh ingin mengucapkan (lagi) secara langsung depan matamu. Namun aku memang harus menjaga diri, menahan segala keinginan, demi tak memperburuk keadaan. Aku sering melihatmu disitu, diacara itu, berputar bersama segerombolan temanmu, berdiri disudut sana, menanti banyak hal, dan aku yang ada di satu sudut hanya bisa memandangimu dari kejauhan, sambil berkata dalam hati “selamat hari jadimu, Tuhan memberkatimu”

Kini kisah singkat setahun lalu di 23 April 2011 tak akan lagi teralami lagi di hari ini, 23April 2012, aku yang hanya bisa memandangi jam dan memandangi diri sendiri, mengingat semuanya, dan mengingat apa yang aku janjikan, bahwa aku tak akan lagi mengingat jauh akan dirimu. Yang aku tahu memanag sebatas temanlah kita, tapi aku sendiri yang sudah berjanji tak akan mengungkit dirimu di hari jadimu tahun ini. Tak akan ada lagi ucapan dariku lewat pesan singkat hapeku padamu, dengan alasan aku yang tak ingin mengganggumu dan aku yang tak tahu nomor hape barumu. Tak akan ada lagi ucapan dari aku jejaring sosialku untukmu, walau hanya akan sekedar posting “happy birthday” karena ku sendiri sudah jauh berjanji tak akan membuka akun-akun yang berhubungan dengan namamu. Hanya bisa mendoakan dari jauh untuk hari jadimu, tanpa perasaan dan tanpa harapan pada mu yang lebih. Aku sudah tahu, pasti “seseorang” yang disampingmu lebih mampu membuatmu tersenyum bahagia dengan dia yang akan memberi ucapan pertama di hari jadimu. Dan aku yang disini dengan status “mantan penggemar rahasiamu” tak akan berkutik maju, yang aku tahu aku telah kalah dalam banyak hal memperebutkan hatimu :)

Aku hanya bisa mendoakanmu.
Bukan aku yang membencimu, bukan aku yang tak peduli akan hari jadimu, hanya aku yang tak ingin mengulang yang pernah ada, dan hanya aku yang tak ingin mengulang 23 April 2011 untuk kedua kalinya :] selamat 23 April kawan :’)


Selasa, 17 April 2012

Surat Buat TUHAN #1

surat kecilku untuk Tuhan (copy paste catatan facebook 5 Desember 2011)


"Tuhan, aku dateng lagi malam ini" sapaku tiap kali malam tiba
"aku seneeengg banget hari ini, Tuhan masih tetep sertai aku seharian, walau berbelit hal-hal lain, tapi mengucap syukur buat itu aku pun semakin diberkati" tambahku lagi

Tuhan menjawab, "hai Nak, Aku juga senang melihatmu kembali malam ini, apa ceritamu? Aku ingin mendengar, bukankah tidak hanya itu saja kan?"

"nggak kok, buanyak Tuhan yang aku alami, suka, duka, ah semuanya membuatku semakin dewasa dan berproses, tadi pagi aku masih boleh bangun, ketemu sama bapak ibuk kakak dan semuanya, bersyukuuurr buat itu, tapi Tuhan..."

Tuhan menjawab, "tapi apa?"

"maaf ya aku belum saat teduh Tuhan, huhu :( maaf yaaaaa aku sering lupa, huhu"

Tuhan berkata, "iya, Aku sedih kalau kamu nggak dateng saat teduh tiap pagi, tapi Aku ingin kamu semakin hari nggak pelupa lagi, sediakan waktumu ketemu Aku sebelum memulai harimu, okeoke"

"OKEE Tuhan, oiya aku seneng kalo aku punya temanteman yang me.nye.nang.kan, iya walau aku tahu aku kadang nggak deket sama mereka, atau mereka nggak suka sama aku, sedih Tuhan, tapi aku mencoba untuk memulai, tetap berbagi kasih sama mereka loh, iya walau mereka cuekcuek aja, tapi seneng kalo aku bisa jadi terang diantara mereka.. Banyak yang baik jugak loh sama aku, Tuhan pasti tahu mereka, aku sudah sering cerita kan, Tuhan berkati mereka semua ya, mereka sangat berarti buat aku"

Tuhan tersenyum. Ia kembali berkata, "tak apa temanmu tak memperdulikanmu, tentunya kamulah yang harus jadi pertama untuk memperhatikan mereka, jadilah garam, terang, berkat untuk mereka, sebarkan kasih pada mereka, dan mereka yang sangat kamu sayangi tentunya mereka pasti menyayangimu pula, jangan berbuat yang mengecewakan mereka"

"hehe.. Tuhan tau aku banget ya, haha, pasti Tuhan aku akan semakin jadi lilin digelapnya dunia, yey. Tapi aku masih terlalu lemah Tuhan, ya Tuhan tahu aku ada sedikit problem yang mengganjalku, hmm -_____- aku pengen bebas dari dia yang sekeping hatinya masih nyangkut sama aku, aku udah siap ini, tapi kapan Tuhan membuang itu dari aku?"

Tuhan tertawa. "hahaha, kamu ini lucu ya, Aku nggak bilang kapan waktunya Aku akan membuang itu, semuanya itu prosesmu, kalo Aku ambil sekarang, kamu nggak berproses untuk makin mengerti halhal yang belum kamu mengerti, tunggu aja, sabar ya, Aku cuma ingin kamu belajar lagi SABAR ya, terus kamu jangan ikutan jutek kalo ada yang ingetin kamu sama dia, haha, lucu ya, belajar semua apa adanya, jadi biasa aja, kayak gak pernah ada"

"susah. Susah. Sulit." tambahku memprotes sedikit :p

Tuhan tersenyum lagi. "nggak kok, gak akan sulit, kalo kamu ngejalaninnya sama Aku, Aku ada untuk menuntun dan membimbingmu, iya kan? Aku tahu kamu, Aku yang paling mengerti kamu, jangan dibuat beban ya nak, ini prosesmu menjadi kamu yang baik dikemudian hari, janji sama Aku, nggak akan sedih, kecewa, menangis, cuek, jutek, garing, gak mood garagara dia, mampu?"

aku berfikir sejenak, kuangkat kepalaku yang tertunduk, kulihat Tuhan tersenyum, ada jarinya didepanku, kuraih jarinya, "aku mampu, aku janji Tuhan"

Tuhan menjawab, "baiklah, sudah cukup kah? Rupanya Aku lihat kamu sudah lelah"

"iya Tuhan, aku tidur ya, jagai aku dan mereka semua dalam tidur, besok aku datang lagi, sertai esokku Tuhan, hoho"

Tuhan tersenyum, dan berkata "selamat malam anakKu, tidurlah dengan nyenyak, belajarlah untuk jadi anak yang semakin dibentuk oleh Ku, selamat malam"

:D



Selasa, 10 April 2012

P A T A H

seperti ranting yang sudah akan lapuk termakan usia
seperti untaian sayap yang siap gugur dari rangka sayapnya
dan seperti aku yang siap terpatahkan
menunggu dengan setia patahku datang

terbawa sang angin sebuah harapan di depan mata
begitu berpendar dan bercahaya kemilau
tanpa banyak rasa kuduga semakin padam
cerah dan kegelapanlah yang akan memenangkannya

aku ingin tetap bertahan
merangkai satu persatu kepatahan yang aku rasakan
kurasa begitu sulit dan butuh akan sesuatu yang bisa membantuku menggapai
dan meraih kepatahan yang telah gugur dibawah langit

surga seakan begitu hebatnya
menyembunyikan patahan yang aku inginkan raih kembali
sebenarnya surga sudah menunjukkan apa yang terbaik
hanya saja aku masih ingin meraih patahan yang tak akan kuraih
dan hanya mimpi

patahan itu seakan begitu mengerti aku
menjauh dan terbawa angin entah keman akan pergi
tiada hal akan kuselali
aku tahu patah itu akan sulit kembali dan terobati

seperti kayu yang lapuk hingga akhirnya ia patah,
apakah sang tukang kayu mampu menambalnya kembali ?
dengan paku kah ? atau akan ia beri setets lem ?
sepertinya akan sangat tidak mungkin

sama seperti patahan ku
saat aku merasa patahan itu samakin patah
aku akan emncoba mematahkannya
menjauh dari patahan itu
dan membiarkannya segalanya hilang sirna tanpa bekas satupun
dan pergi dengan berlalu tanpa arah yang pasti
yang aku tahu
aku tak akan patah lagi
saat aku yakin
patahku telah hilang tanpa aku tahu


Sabtu, 28 Januari 2012

Untuk Bapa-ku [#30HariMenulisSuratCinta Hari ke-4]

Dalam rangka mengikuti #30HariMenulisSuratCinta oleh @PosCinta

surat untuk Bapaku.
semoga Engkau senang membaca surat sederhanaku ini.


kupanggil Dia, Bapa.
Dia adalah Bapa yang sangat aku cintai. Kasihnya, cintanya, melebihi dari segala yang ada. Dia Bapa yang selalu menopangku, memberikanku hal terindah dan memberiku segalanya.
Tak pernah kutemukan seorang sepertimu Bapa, hanya dirimulah satu-satunya yang aku kagumi dari dahulu aku terlahir hingga kini aku telah dewasa. Engka Bapaku yang rela memberikan segalanya bagiku, nyawamu pun Kau pertaruhkan, hanya demi ankmu yang terkadang tidak setia untukmu.

Tak peduli sejauh apapun aku berjalan, tanganmu menggandengku, siap menggenggam erat jika suatu saat aku akan terjatuh.
Tak peduli bagaimana dan sejauh apa aku berlari, dirimu ada, menungguku di depan, mengulurkan tangan, dan siap memelukku kala aku sampai, entah sebagai pemenang atau menjadi seorang yang kalah.
Tak peduli lagi, bagaimanapun orang memandang dan menganggapku remeh, namaun engkau Bapaku selalu menganggapku paling "BERHARGA dan TERISTIMEWA" dalm hatimu.
Tak peduli lagi ketika ribuan masalah datang padaku, membuatku terjatuh dan menangis, tetapi dirimu Bapku, Engkau selalu ada, mendengar setiap ceritaku untukmu, menghibur hati laraku, dan mengajarkanku untuk bersabar dalam setiap permasalahan itu.


Engkau sangat menyayangiku. Aku tahu Bapa.
Besar kasihmu padaku, nyata perlindunganmu, tak ada hal apapun yang mampu memisahkan aku dan Engkau.
Engkau sangat memilikiku, begitupun diriku sangat memilikimu.
Engkau Bapa yang menjadi pengantarku ketika aku pergi jaug, selalu ada disampingku tiap waktu tanpa kau ragu.
Engkau Bapa yang melindungiku dari orang-orang yang akan mencelakakanku.
Engkau Bapaku, yang setia menopangku, memberi waktu untukku, menyediakan teligamu untuk mendengarku, memberikan pundakmu sebagai tempatku membuang tangisku.
Tak pernah ada yang bisa menyaingi kasih setiamu, Engkau sungguh yang "TERISTIMEWA" selamanya dalam hidupku.


Maafkan aku, Bapaku.
Jika terkadang aku mengecewakanmu, tak mau tahu akan rencana terindahmu untuk masa depanku.
Jika terkadang aku meninggalkanmu, ketika aku merasa Engkau tak peduli akanku.
Jika terkadang aku melukai hatimu dengan kataku.
Maafkan aku Bapaku, jika aku belum banyak membalas betapa besar pengorbananmu untukku, anakmu yang selalu merindukan sosokmu.
Aku terlalu sering mengecewakanmu.
Ampunilah aku Bapaku.
Aku tahu setiap hal yang Kau katakan padaku, adalah hal terbaik untukku.
Setiap masalah yang aku alami, adalah prosesku menajdi dewasa, walau terkadang itu melukai hati kecilku, namun Kau telah pastikan jika maknanya akan tertanam dalam.
Ku tak akan lari darimu, bagaimanapun dunia berkata, aku hanya akan tetap berlindung padamu, Bapa yang setia.


Dan hanya Kau yangs elalu kupanggil dengan suara ku, Bapaku.
Bapa yang emngasihiku sampai akhir waktuku.


cc : Bapaku yang kukasihi .


anakmu,
penulis surat ini, @rosikangagelina .


Selasa, 24 Januari 2012

Si Cungkring [#30HariMenulisSuratCinta Hari ke-3]

dalam rangka mengikuti #30HariMenulisSuratCinta Hari ke-3

untuk dia, sebut saja si cungkring.
untukmu, pemuda yang tak pernah lagi peduli padaku.

mungkin aku masih saja mengingat tentang segala kenangan yang pernah terjadi antara kita.
dulu kita bersama, tertawa, bertukar ilmu, bernyanyi, dan bermain gitar.
saat itu yang aku pikirkanb adalah suatu saat setidaknya kita bisa berteman baik.
tapi..
itu semua salah besar. dan itu tak terjadi.
aku rasa dirimu tahu tentang perasaan yang aku simpan untukmu.
dan kurasa, perlahanlah dirimu menjauhi diriku, seperti tak mau tahu aku sama sekali, atau mungkin kamu hanya menganggapku, orang yang mengganggumu.

kau mulai menjauhiku, tak lagi menyapa kla bertemu.
tak ada lagi suara saat kita duduk bersama.
dan tak ada lagi senyum ketika kita berpapasan.
namun itu semua kuanggap biasa, aku tetap mencoba baik padamu.
apapun yang kau lakukan padaku, aku mampu terima itu,
kau berjalan berdua dengan temanku, aku terima itu, walau sebenarnya rasa sakit itu makin menusuki diriku.
dan sangat menyiksaku kala aku menyendiri menantimu.

tak sadarkah kau dengan semua yang telah kau lakukan ?
tak inginkah kau tahu rasanya menajdi diriku ? menyimpan segalanya sendiri ? dan hanya bisa menangis kala sakit itu semakin meracuni hati.
tak maukah sekali saja kau menoleh padaku ?
gadis yang mendambakanmu dari belakang ?
tak maukah sekali saja kau kembali dan mengulurkan tanganmu ? memberikan sehelai tissue padaku untuk mengapus air mataku ?

aku tahu kau tak akan lakukan itu.
karena aku memang tidaklah penting bagimu.
namun, biarlah itu tetap menjadi kenangan ku tentang dirimu.
karna aku sekarang telah berlalu, menjauhi masa kelam itu.
dan yang aku tahu aku telah bangkit, berjalan, dan berlari kedepan.
jalanku masih panjang, dan tak untuk menunggumu.

cc - si "cungkring"

teriring salam kasih dan doa,
aku yang memanggil namamu "cungkring"

Selamat Pagi Pelangi [#30HariMenulisSuratCinta hari ke-2]

dalam rangka mengikuti #30HariMenulisSuratCinta oleh @PosCinta, hari keduaku .

selamat pagi pelangi,
kutuliskan surat keduaku untukmu.

aku baru saja terbangun dari tidurku semalam, begitu tak kusangka ketika kubuka handphone ku tertera dua pesan singkat darimu.
dua pesan yang sederhana, hanya meminta bantuan padaku untuk sesuatu.
oke, aku tahu itu, aku dan kamu adalah satu sahabat yang saling mendukung dan membantu dalsm situasi apapun. aku hanya memandanginya, dan aku bingung akan membalas apa.
kurasa jawabku cukup sederhana "iya"
dan aku begitu bersemangat setelah itu, hariku penuh dengan senyuman indahku untuk siapapun yang ada didekatku.

selamat pagi pelangi,
kuucapkan lagi kata itu dilain hari,
dan aku hanya bisa bercengkerama dengan mu saja ketika aku merasa sepi sendiri, dimana yang lain? yang lain pergi tanpa kutahu.
kita adalah sahabat yang baik. begitupun dirimu, sahabat yang sangat baik padaku. mengenalmu saat itu adalah hal terindahku. bertemu sahabat sepertimu, membuatku penuh canda dan tawa tiap waktunya.
dan satu hal, kamu yang tahu akan diriku dan permsalahnku.

selamat pagi pelangi,
siapkah kau jalani harimu ?
dari jauh kusebutkan namamu lewat doaku pada Sang Pencipta, kiranya Ia akan menemani langkahmu hari ini.
hanya dari jauh aku mampu katakan ini,
lewat sebuah doa, kusebutkan namamu,
kupintakan dirimu padaNya,
walau yang aku ingin tahu, sebenarnya apa yang aku rasakan padamu, sahabatku ??
yang aku tahu, aku merindukanmu ~

teriring salam hangat pagi,
sahabatmu disini.
 
Blogger Template by Ipietoon Blogger Template