“Tidak Harus Dilupakan” – cerpen, Sabtu, 21 Juli 2012,
20:35 @rosikangagelina
Aku seorang gadis, gadis yang
maniak dengan jejaring sosial. Yang jelasnya jaman sekarang aneh jika tak
memiliki akun jejaring sosial. Okeh. Aku Rena. Dan aku punya facebook. Dan itu
situs jejaring sosial yang aku miliki kedua selama hidupku setelah friendster.
Temanku tidak banyak, jujur, aku terlalu memilih dalam berteman. Jika tak
kenal, tak akan aku approve untuk menjadi teman. Dan okeh, aku sering dikatakan
“terlalu memprotect diri”. Yang harus kalian tahu, hidupku tak ingin banyak
orang tahu dan mengurus, it is my life, just my God can judge me. Yeah. Dan
dengan facebook, aku menemukan satu nama yang seringkali membuatku “wow”.
Dia temanku. Temanku di dunia
nyata. Dan di dunia maya. Aku mengenal dia, dan dia mengenal aku. Hanya sebagai
teman. Ya mungkin menurutnya aku temannya, tapi sepertinya dia salah. Ternyata
oh ternyata, aku memiliki perasaan padanya, ya dia tak tahu akan hal ini. Okeh
dan aku hanya bisa berdiam. Tentunya kami tak lagi saling menyapa, ketika
bertemupun, hanya acuh tak acuh. Apalagi di dunia maya, okeh. Dulu kami sering
bercengkrama, namun kini tidak lagi. Ya, yang aku tahu dia sudah memiliki
seorang kekasih. Hancurlah aku, jujur aku hancur.
Hay, namaku Rena. Sekali lagi aku
Rena. Mahasiswi di salah satu Universitas dikotaku tinggal. Aku memiliki satu
sahabat, ya yang boleh dibilang dia sekarang jarang bermain denganku. Namanya
Dera. Dera Apriliya Simamora. Aku dan Dera sudah jarang bertemu, bahkan bermain
dengankupun jarang, maklumlah dia sudah memiliki teman yang akan selalu ada
saat dia suka dan suka. Ya, pacarnya. Aku iri ? sempat. Namun untuk apa aku iri
padaNya ? yang aku harus tahu, setiap
orang tentunya sudah punya jalan cerita tersendiri yang masih bersembunyi
dibalik tembok besar rahasia kehidupan. Aku memang dekat dengan Dera sejak
kami bertemu di tingkat Sekolah Menengah Pertama, dan tetap bersama hingga
dunia perkuliahan ini. Tepatnya kami memiliki satu hobi yang sama yaitu
menggambar, dan prodi kami sama, Mahasiswa Seni Rupa. Okeh, tak penting aku
bercerita panjang tentang pendidikanku dan juga masa awal bertemu Dera.
Yang aku tahu, aku sekarang lebih
suka sendiri, berdiam di depan laptop dan men-stalker berbagai akun jejaring
sosial. Dan facebook adalah salah satu jejaring yang membuatku betah berada
ribuan detik didepannya. Dulunya, aku suka men-stalker akun facebook seorang
teman laki-lakiku yang aku suka dan aku singgung sedikit didepan. Dia aku kenal
sejak kami bertemu di satu kelas Seni Rupa ini, Dera pun juga tahu, aku sudah
suka padanya sejak pertama kali bertemu, ya sebut saja cinta pada pandangan
pertama. Namanya Adit. Adit Dimas Prasetya. Sejak aku bertemu Adit, lama-lama
aku sering mencari tahu informasi yang dia punya, dari mulai akun facebooknya,
nomer hapenya, dan apapun tentang kesukaannya, aku tahu. Dan yang perlu
diketahui, aku sempat dekat dengan Adit pada masa awal perkuliahan, ya selama
beberapa saat. Saat itu dia baru saja “putus” dari pacar sebelumnya, ya aku
dengan terbuka setia mendengarkan apa yang dia ceritakan. Dan itulah yang
menjadi salah satu alasan dimana aku menjadi semakin jatuh hati padanya. Adit
anak yang sederhana, baik hati, dan tentunya ramah. Dia juga anak yang terbuka,
dan selalu menerima ceritaku disela-sela saat aku mendengar ceritanya.
Hampir tiap malam, aku sempatkan
membuka akun jejaring facebooknya, hanya untuk melihat-lihat, yang jujur saja,
lama-lama bosan juga, karena setiap kali aku buka akunnya, isinya jarang
berubah, namun tetap sama. Namun lebih menyenangkan saat lampu bulat kecil
hijau muncul di kanan akun facebookku, ya tandanya dia sedang online. Dan aku
selalu menunggunya menyapaku, dari sebuah chat. Hanya sekedar memanggil, “hay, Rena, lagi apa nih?” atau “Rena, loh belum tidur Ren?”. Perhatian
kecilnya itulah yang semakin membuatku jatuh hati pada sosok Adit.
Tapi, saat jatuh hatiku semakin
dalam itu, aku malah sering menangis. Aku sering melihat namanya bercengkrama
dengan nama lain, yang hampir setiap waktu menjadi “top news” di beranda facebookku. Iseng-iseng suatu malam, aku
stalker juga nama lain yang seringkali Adit komentari, entah foto, status, atau
wall dinding. Namanya Puspa Ayu Chalrin. Dengan penuh penasaran aku selalu cari
tahu infonya, ya ya ya teman lama Adit rupanya.
Pagi itu suasana kampus sedikit
mendung. Aku lebih sering berangkat sendiri, dari pada bersama Dera. Iya, Dera
kan sudah ada yang jemput, ngapain bareng sama aku? Itu pernyataan yang selalu
aku terapkan dalam otakku. Aku sendiri, dan biarlah Dera dengan pasangan
barunya. Ya ya, aku mampu menghibur diriku sendiri. Tak aku duga, lama-lama
suasana kelas menjadi ramai, banyak temanku yang sudah datang dan duduk disana.
Aku masih asyik mendnegarkan mp3ku, daripada ikutan menggosip bersama yang
lain. Tak lama, Dera datang, menyapaku dengan sapaan hangat paginya, ya jujur
saja aku sudah lama tak mendengar sapaan itu. “selamat pagi Rena sayaaangg”. Dan aku hanya tersenyum tanpa
menjawab, karena aku pikir “Dera aneh”,
ya terlalu lama aku tak mendengar sapaan itu, jadi aku merasa aneh. Ya ya, yang
tak terlupa ialah di juga datang dengan pacarnya, yang itu teman sekelasku, dan
duduk disampingku. Duniaku semakin suram saja. Kemudian Dera mendekat,
“Ren, aku mau cerita nih, dengerin dong”
rayunya dengan lembut.
“cerita aja” jawabku suntuk.
“yah, kamu nggak minat banget sih. Ogah ah.”
Dera sok jual mahal.
“udah cerita aja, aku dengerin kok. Biasa
aja kali. Nggak usah lebay gitu ngomongnya.”
“lepas dulu
headsetmu” katanya sambil meraih headset yang melikit di telingaku.
“apaan sih, cerita
aja, gausah ganggu musikku” jawabku ketus.
“Rena ah,”
“iya iya, ngambek
mulu. Apa?”
Kemudian Dera dengan perlahan
memindahkan kursinya, duduk berhadapan denganku.
“Ren, jujur ya, kamu masih suka sama Adit?”
tanyanya. Aku langsung tertuduhkan.
“ngapain lo tanya gitu? Gausah ditanya lo
tahu jawabnnya.” Jawabku singkat.
“Ren, aku mau mastiin, hehe. Aku mau cerita
ini, tapi ..”
“udah, cerita aja.”
Hatiku semakin bergetar cepat. Cepat dan cepat.
“Ren, Adit udah punya cewek tahu, kamu masih
beneran mau ngarepin dia? Akhir-akhir ini aku kan sering smsan juga sama dia,
ya, berhubung kita sekelompok di mata kuliah gambar sketsa, jadi harus tahu
anggota juga kan? Semalem dan beberapa malem sebelumnya sih, dia kalo sms nggak
lagi ada dirumah, mesti diluar, eh ternyata lagi sama .. sama .. pacar barunya,
ehm.. oh kalo nggak salah sih namanya ..”
“Puspa” jawabku singkat tanpa melihat
Dera yang asyik bercerita.
“nah, iya Puspa, kamu kok udah tahu? Iya
Puspa bener Ren. Hehe. Terus kamu gimana?” tanya Dera.
“ya nggak
gimana-gimana”
“kamu jangan sedih
ya Ren, pliiiisss jangan sedih ya?”
“apaan sih lo,
biasa aja kali. Gue biasa.”
Dan sejak cerita Dera itu, aku
semakin sering nangis, diem, bahkan males ngapa-ngapain. Lagian kalo aku pikir
aku nangis Dera juga nggak bakalan peduli ke aku, ya walau aku sahabatnya,
sahabatnya yang Dera datengnya pas butuh doang. Sisanya, ya sama pacarnya lah.
Nasib deh, punya sahabat satu aja, tapi lama-lama ninggalin juga, bikin sakit
hati. Tanpa aku sadar, kadang kalo disapa Adit di kampus, senyum aja nggak.
Malah langsung kabur. Dan pulang
kerumah. Sumpek udah sahabat ninggalin, orang yang aku suka juga udah ada yang
punya. Nasih oh nasib.
Emang, sejak beberapa bulan
kemarin, aku sudah jarang sapa-sapaan sama Adit. Iya sejak akus ering lihat
nama Puspa yang status atau foto dan wall dindingnya jadi top news diberanda
ku, iya soalnya ada Adit yang sering komentar. Dan sejak itu aku tambah sering
diem, mengeluh, merasa bosan. Gak ada tempat lain buat cerita. Dera ? pasti
bilangnya, “sorry Ren, aku sibuk nih,
ntar deh aku telpon lagi, ya ya?” buktinya sampai pagi berganti selama
seminggu nggak juga telpon. Atau “kamu
mau cerita Ren? Nanti deh sepulang aku dari sini mampir kerumahmu, aku sayang
kamu Rena” buktinya sampai tiga minggu juga nggak nongol di rumah, dikampus
ketemu aja, cuman senyum. Hah ~
Cuman satu tempat. Bikin lega.
Satu nama. TUHAN. Aku akhirnya dan nggak sekali ini, bahkan dari kecil, Ibu
ngajarin buat cerita ke Tuhan, apapun masalahnya, iya memang nggak cepet
“clear” tapi menenangkan kok :’) terimakasih ya Tuhan buat semuanya,
menenangkan J
Nggak peduli nggak ada Dera, aku
nggak sendiri. Nggak peduli cinta nggak kebalas sama Adit, aku nggak sendiri.
Aku masih banyak teman kok. Tuhan setia buat aku J
akhirnya, intinya aku mulai ngelupain Adit. Nggak akan ada Adit lagi. Nggak akan ada Rena yang suka stalker
diam-diam akun Adit, nggak ada lagi Rena yang suka tanya kabar ke Adit. Nggak
ada lagi Rena yang nunggu-nunggu sapaan di chatting facebook dari Adit. Nggak
ada lagi Rena yang nangis gara-gara Adit. Mungkin aku baru tahu, Adit cuman
ada buat membuatku semakin dewasa, dan mengerti akan hidup. Nggak baik juga
Rena terus-terusan nangis hanya karena Rena tahu Adit sudah ada yang punya,
nggak baik juga Rena terusan berharap ke Adit, hanya mimpi semu saja. Dan nggak
baik juga Rena ngejar Adit, Adit juga nggak tahu. Yang Rena tahu, Rena harus
menjadi anak yang baik, teman yang baik buat Adit, dan sahabat baik buat Dera.
Walau Dera sering ninggalin Rena demi kencannya yang katanya “romantis
abiiiisss” haha, nggak apa, Rena akan selalu ada buat Dera. Ya, belajar jadi
sahabat yang setia buat yang lain. Mimpi Rena nggak harus berhenti hanya karena
“ditinggal Dera dan ditinggal Adit” mimpi Rena masih jauh dan panjang,
setidaknya Rena ingin akhirnya membahagiakan bukan buat Rena aja, tapi buat
semua. Dan mereka, nggak harus dilupakan, namun mereka yang harus didoakan
selalu, ya belajar menjadi teman yang baik. Walau mereka tak tahu dan
melupakanku dengan dunia barunya, tapi aku tak boleh melupakan mereka untuk hal
ini, “tetap mengasihi mereka sebagai sesama”.
(Rena Anastasia Palupi)
-- cerpennya rosika, iseng aja nulis, dan kebetulan dapet banyak ide dan inspirasi --
the owner of this blog,
with love and pray,
@rosikangagelina