Minggu, 15 Desember 2013

Karena Aku Salah Soal Hal Ini

"katakan padaku jika aku salah, bukankah benar jika aku seharusnya pergi darimu dan tidak lagi mengingatmu? namun aku lebih sering melakukan kesalahan, salah ketika aku masih saja mencintaimu dalam diam dan dibalik luka dan topengku dalam gelap"

 
jika ada dua nilai diantara benar dan salah, salah adalah predikat yang paling panyak diberikan padaku dalam buku nilaiku. aku tahu, pasti buku itu akan penuh dengan coretan merah daripada coretan biru. iya, karena aku lebih banyak salah daripada benarnya.
aku tidak pernah habis piker soal perasaanku yang sudah hilang namun telah kembali. mungkin aku masih membuka hati dengan rela, ataukah aku terlalu ingin mengenang masa yang pernah ada?
kesalahan kecil yang aku buat beberapa waktu terakhir mengaingatkanku, jika aku salah dalam hal ini. jika sebelumnya mengatakn aku mampu seiring berjalannya waktu soal itu, iya itu berhasil. namun tidak lagi soal yang dulu yang kini terulang kembali.
 
jika aku ditegur, hari ini aku mendapatkan teguran yang menilaiku jika aku memanglah salah. sahabat kecilku mengingatkanku soal sesuatu yang seharunya sudah jauh namun masih saja aku coba dekat dan rekatkan. soal dia yang seharusnya telah berakhir dalam dua tahun perjalanan baru tanpa sosoknya. semudah apa semuanya dihapuskan? aku ingin segera bisa melakukannya sehingga membuatku untuk tidak lagi terbiasa akan hal yang sudah tidak lagi memungkinkan. namun sepertinya aku sendirilah yang menhgalangi untukku lebih cepat menghapusnya. dan lagi, aku salah dalam hal ini.
bukankah soal merelakan kamu sudah berhasil? aku terdiam lagi, dan membatin. sekali lagi aku salah.
itu hal yang sekali lagi ketika aku pikir adalah hal tersulit. merelakan orang yang masih dengan setia kutunggu disini untuk pulang namun malah harus berjalan menjauh bersama yang lain. hal memberatkan soal merelakan adalah "seseorang yang digandeng dan diajaknya berjalan adalah orang yang jauh berbeda, iya. ini soal ketidaksamaan" sekali lagi aku menggumam, aku salah. seharusnya aku membiarkannya berjalan sesuai dengan apa yang dipilihnya dan melihatnya bahagia.
merelakan dinilai bukan soal aku berhasil atau gagal, namun soal ketulusan hati yang seharusnya bias dilapangkan dalam sebuah hal yang memang pernah menyakiti. namun aku memang masih saja salah, salah memandang sehingga membuatnya gagal. aku terdiam lagi, ketidaksamaan adalah alasan utama mengapa aku menjadi orang penentang dengan siapa kau berjalan dan bergandengan.
bukankah soal ingatan dan kenangan yang seharusnya hanya menjadi sebuah memori belaka aku berhasil? ya, aku berhasil. hanya sedikit dari yang pernah ada. dan lagi, aku salah. karena aku masih saja suka melamun dan menemukan sosokmu dalam mimpiku, sosok yang tidak nyata, sosok yang hanya sebuah bayangan dalam cahaya terang matahari dalam angan mimpi. aku menunggumu. masih menunggumu, sama seperti sosokku yang menunggumu dalam mimpiku setiap malam datang. ya, lagi. kali ini aku salah.
bukankah soal menunggu aku bias menjadi sosok seorang pemenang? aku menang. menang diatas langit ketidakmungkinan yang melayang-layang dialngit. namun jauh yang harus aku tahu, menunggu tanpa ada kepastian jawaban adalah kesalahan. apalagi menunggumu, orang yang sudah ada pemiliknya.
 
maafkan aku. aku selalu saja salah. salah untuk menunggumu, salah untuk merelakanmu, dan salah untuk memimpikanmu. tidak lagi soal ini. aku hanya harus banyak belajar untuk menjadi aku yang kuat sebelum ini. banyak belajar menjadi orang yang benar-benar menjadi pemeang dan orang yang benar dalam hal ini. hai, aku hanya butuh kamu tahu soal apa yang masih saja aku pertahankan sampai detik ini, butuh waktu untuk kamu tahu segalanya, butuh waktu untuk diam berdua dan mengatakan sejujurnya mengenai segala hal yang telah terjadi. dan aku juga membutuhkan jawabanmu, salahkah aku yang masih saja seperti ini setalah hamper dua tahun hal itu tidak terulang lagi? apa? iya soal menunggumu dengan setia ditempat ini.
 
 

Selasa, 10 Desember 2013

Aku Menunggumu Pulang

"karena aku masih disini, seperti seorang ayah yang menunggu sosok anak kesayangannya pulang"


kemana kamu yang seharusnya ada disaat aku seperti ini?
membutuhkan kawan untuk berbagi?
jikapun kau ada disini, itupun hanya bayang-bayang semumu yang tidak akan menjadi nyata.
dimana aku bisa menemukanmu selain hanya dalam doaku?
dimana aku bisa melihatmu selain hanya dalam mimpiku?
aku masih terngiang dan merasakan hangat tubuhmu yang masih saja tersisa disampingku, sekalipun hal itu tlah hilang sejak beberapa waktu yang lalu. aku masih bisa merasakan hembusan tiap nafasmu, sekalipun hal itu sudah tidak lagi aku rasakan saat ini. menunggumu seorang diri disisa-sisa akhir patahan hati yang tak lagi bisa tersusun ini membuatku harus berpikir dua kali. diantara tetap atau terus.

banyak orang lain bilang, telingaku mendengar dan hatiku mencoba memahami. namun itu seolah kesia-siaan karena ketidak mungkinanku untuk terus seperti ini. disisi lain, ada banyak hal yang menjadi alasanku untuk "bisa menjauh bahkan meninggalkanmu" tetapi disisi lainnya pula ada alasan "kenapa lebih baik aku harus seperti ini". hembusan dan kehangatan yang ada disampingku saat ini tidak pernah sehangat saat dulu, saat dimana aku selalu merasakan banyak hal bahagia yang aku dapatkan. sejujurnya, jika saat ini aku sama bahagianya, namun mengapa hal itu justru lebih sulit kuungkapkan daripada dahulu? satu alasan besar yang mengikutinya dibelakang adalah, "karena aku masih belum bisa membuang ingatanku tentangmu" dengan tulus.

aku lelah.
pikiranku bukan saja soal segala yang nyata dan kuhadapi didepan mata. namun juga hal-hal kecil lainnya yang tidak pernah diperhitungkan sebelumnya, misalkan.. kamu. tapi, apa kamu juga demikian? sama "sedikit" sempatnya mengingatku? oh, kupikir tidak. aku tahu orang sepertimu tidak mudah untuk mengingat hal yang dulu, atau mengingat betapa masih adanya orang yang dengan setia menunggumu pulang. aku? aku tidak akan mengatakan "iya". biar duniapun melihatnya sendiri. melihat hal kecil yang tidak pernah dilihat hatimu sesungguhnya.

jangan kau pikir aku melukaimu dengan sikapku yang sepeti itu. aku tidak lagi memberatkanmu dan mengganggumu selama kurun waktu kita yang jauh dan tidak pernah lagi bertemu. yang harusnya kau tahu adalah kamu yang melukaiku secara tidak sengaja, walau aku tahu 90% dari luka yang terjadi adalah kesalahan pribadiku untuk tetap menunggu, menunggu orang yang tidak pernah tahu dan tidak pernah ingin pulang. 

sendiri. melihat banyak hal yang berubah yang ada disekelilingku, sudah berapa orang yang pernah menggantikan sosokmu? satu. hanya satu yang tidak juga bertahan lama. jika kau yang menjawab? ada berapa? satu juga. satu orang yang jauh berbeda. satu orang yang tidak sejalan denganmu tapi masih saja kau jalani. hal yang salah yang masih saja kau lakukan. aku tidak ingin "matamu" yang melihatku sampai saat ini. aku hanya ingin "hatimu" yang melihatku dan mengerti mengenai apa saja yang sudah terjadi. mungkin aku salah menunggumu pulang dalam waktu yang tidak pernah bisa ditentukan. namun aku tidak pernah menyalahkan waktu, yang aku tahu dan akau pegang, aku masih tetap disini. tersenyum dalam luka, tertawa dalam kesia-siaan, dan mencoba bertahan untuk kuat dalam hati yang semakin lapuk karenamu. pulang, aku menunggumu pulang. 

Kamis, 28 November 2013

Cepatlah Membaik

mendung belum beralih dari tempatku berdiri. masih saja sama, hitam dan gelap. namun sekarang sudah meluapkan tangisnya. aku berpikir sama. sama soal mendung dan soal diriku. mendung yang diam dan aku yang diam. mendung yang menangis dan aku yang menangis, bahkan mendung yang hitam dan aku yang hitam.

aku tertunduk, kakiku masih menggantung diantara kursi yang aku duduki, dan tanganku masih berusaha menopang tubuhku untuk tetap berdiri. dan saat aku begini, dimana kau yang aku cari?
aku tahu keadaanmu jauh disana, memburuk. lebih buruk dari yang aku duga dan pikirkan. dan aku hanya bisa melihat di angan, melihat samar-samar sosokmu yang terbaring lemah tidak berdaya.

dimana aku? apa aku tidak memperdulikanmu?
aku disini, aku memperdulikanmu dalam diamku, dalam bisuku. hanya doa yang sanggup aku panjatkan untukmu yang lemah tak berdaya terbaring disana. 
dimana tanganku? apa aku tidak bisa menggenggam tanganmu?
aku masih disini, tanganku bebas untuk kau raih, hanya saja aku tahu.. ada tangan lain yang menggenggammu erat disana, membuatmu nyaman dan hangat, ya bukan aku.
dimana hatiku? saat kau seperti ini aku hanya bisa menangis dan membuat luka hati ini semakin perih.
hatiku juga masih disini, semakin perih merintih.

tetesan air mata itu tidak bisa aku bendung. aku yakin, bukan aku saja yang mengkhawatirkan dirimu. aku tahu walau sudah ada yang bisa "menjagamu" disana, namun siapa yang bisa mengelak jika sebenarnya hati ini tak rela dengan siapa yang menyandingimu disana?
tanganku menjadi dingin, hujan itu juga telah membuat tubuhku menggigil.apa kau tahu aku begini? apa ada waktu untuk kau tahu jika aku selalu menunggumu disini?
kututup mataku perlahan, kuingat segala keceriaan yang dulu pernah kita buat bersama. aku tahu, itu hanya kenangan lama yang sudah usang, luka lama yang telah mengering, namun aku merasa jika aku akan menjadi lebih baik jika aku demikian.
butuh ribuan menit untuk kembali membuka mata dan menyadari jika aku sudah membaik. namun hati ini masih saja membeku, membeku diantara tawa yang telah diciptakan orang disekelilingku untuk menghiburku.

aku bertanya lagi, bagaimana keadaanmu?
tidak ada satu jawabanpun.
aku bertanya lagi, apa kau masih ingat aku?
tidak ada satu jawabanpun.
aku bertanya lagi, apa aku sudah kau lupakan wakau hanya sekedar sebagai teman?
lagi. tidak ada suara untuk menjawab.
aku tertunduk lagi.
apakah aku sia-sia seperti ini?
apa yang aku dapat jika aku terus begini?
hening. tidak ada lagi jawaban. tetap sama, semua membisu.

aku sudah mampu tegak berjalan, membopong tubuhku yang seolah remuk beberapa saat yang lalu. aku mulai berjalan menjauh, meninggalkan hujan. menginggalkan segala kekhawatiranku dan pikiranku yang terus melihatkan keadaanmu yang tidak berdaya. aku terus melangkah. berharap akan ada jalan terang tanpa ada air yang tergenang ditengah jalan, agar aku tidak lagi jatuh. jatuh dalam keadaan yang salah yang membuat segalanya berantakan.
mungkin semuanya itu telah bibir katakan, aku sudah jauh, sudah melupakannya. namun siapa yang tahu jika dalam palung hati yang paling dalam, yang plaing tersembunyi, ia masih berbisik, aku masih menyayangimu sampai saat ini. --
cepatlah membaik. aku sudah ingin melihatmu "baik" dalam keadaan yang seperti biasanya.


untukmu yang terbaring disana, cepatlah membaik.
doaku selalu untukmu.

Rabu, 27 November 2013

Gadis Cantikku

"Pandangan itu mengarah tepat pada kedua bola mataku. Aku terdiam selama beberapa saat. Suara sayup yang kudengar mematikan detak jantungku selama sepersekian detik"

Aku tidak pernah segila ini sebelumnya, tidak pernah merasakan bahwa dunia benar-benar membuatku bahagia. Bayanganmu bagaikan malakat kecil yang menghantui tidurku setiap malam dan kenyataanmu bagaikan satu anugerah yang tidak pernah ada bandingannya dengan apapun. Suaramu bagaikan lantunan lirik-lirik kecil yang saling bersenandung membentuk satu irama yang menenangkan hati, dan tatapanmu bagaikan sinar lembut yang menghangatkan diri.
Siapa? Kamu. Kau tatap dua bola mataku kala itu dengan tajam. Sebuah tatapan yang tidak pernah aku duga sebelumnya. Aku merasakan bahwa itu begitu hangat, sehangat api kecil yang melelehkan gumpalan es yang telah lama berdiam dan membuat diriku beku. Sapaan pertanyaan kecilmu membuatku melayang beberapa langkah dari kakiku menginjakkan pada bumi, “hai gadis cantik? Kau benar-benar membuatku merasa lebih baik.”

Pandangaku terus mengamatimu dari jauh, sampai sosokmu tidak lagi tertangkap dari pandangan mataku.  Siapa? Kau, gadis cantikku. Masih ingatkah kau? Seminggu yang lalu, ya aku ingat. Itu masih seminggu yang lalu. Satu hari yang begitu bermakna dari tujuh hari dalam seminggu, satu detik yang lebih berharga walau hanya mendengar satu sapaan kecilmu daripada satu jam aku berdiam karena ketidakpahamanku akan waktuku yang terbuang sia-sia.

Hai, gadis cantikku, kusapa kau sekali lagi. Kuucapkan satu kata yang kelak benar-benar akan kuucapkan padamu, “aku mencintaimu”. Mungkin saja, saat ini hanya hatiku yang berucap demikian, namun satu waktu, hati dan mulutku akan sama-sama mengucapkan hal itu untukmu. Jika saat ini kita hanya bisa saling berpandangan jauh dan menyimpan rasa masing-masing, kelak kita akan menyatukan dua hati yang berbeda, aku untukmu dan kamu untukku. Atau jika saat ini terlalu banyak orang lain yang mengikutimu dari belakang, sepertiku yang hanya sekedar menjadi pengagum rahasiamu, kelak aku akan menjadi satu, satu diatas hatimu, orang yang bisa memenangkanmu. Waktu itu akan tiba, waktu dimana aku benar-benar bisa menggenggam tanganmu, tunggu saja. Aku tidak meminta TUHAN untuk melakukannya sekarang, aku hanya meminta TUHAN mengerjakan semuanya, untukmu, dan untukku. Indah dan tepat pada waktu yang IA telah tentukan. Kelak.


Ya, antara aku dan kamu. Antara kita bersama. Antara dua hati yang berbeda. Dan diantara ribuan hal lain yang tidak pernah kita tahu. Aku untukmu, gadis cantikku. 

untuk kawan dan cerita cintanya,
angin.

Sabtu, 23 November 2013

Luka.

Angin masih saja membisu, sekalipun berulang kali dia melintasi telingaku. Tanpa ada pesan kecil yang dibawanya. Aku masih menunggu disisa-sisa kecil semangat pagi yang tidak pernah pergi sekalipun, disisa-sisa semangat yang masih mencoba membakar dan menyisahkan pesan jika semuanya masih akan baik-baik saja. Senyumku tak pernah sepahit ini, akhir-akhir ini tidak pernah ada lagi luka yang menganga dan terkena hembusan angin dingin, luka itu sudah mengaring, namun kemabli terangkat dan basah hingga kembali membuatnya perih. Aku pikir aku tidak akan pernah bisa menutup luka itu untuk waktu-waktu saat ini, yang bisa kulakukan hanya melihat dan merasakan bahwa luka itu tak akan kunjung mengering lagi untuk kedua kalinya. Lihat aku, aku hanya bisa diam membisu. Aku hanya bisa duduk dan ditemani pandangan kosong yang tak tahu kemana arah pandangan itu berjalan. Aku hanya bisa berucap dalam hati, lewat doa aku menyampaikan luka ini. Tuhan, sampai kapan aku harus menunggu balutan lukaku ini (lagi)?

Selasa, 12 November 2013

Hampir Dua Tahun Setelah Kepergianmu

H
ampir dua tahun sudah semua bayang dan semua kenangan itu musnah tanpa ada jejak yang harus tertinggal. Dan dua tahun lamanya, pergumulan baru yang terus bergulir mungkin harus berakhir. Aku tidak pernah menyalahkan jika Tuhan lebih menuntunku ke arah yang “terbaik” yang diciptakanNya untukku. Aku bersyukur. Satu nama dan banyak kenangan itu telah kembali. entahlah, aku juga tidak mengerti.

Nama itu semakin bergulir, semakin bertanda-tanya akan sebuah keyakinan (lagi). Dalam bisuku aku seringkali mengucapkan tanpa ada jeda. Dan dalam butaku, aku selalu membayangkan sosoknya yang datang lagi dan menggandengku kelak. Hari demi hari terlah berganti, tidak akan bisa kembali ke masa dimana yang dulu pernah terjadi. Ya, seperti kenangan yang masih saja tetap terlihat jelas di atas sebuah kertas yang usang, sebuah kenangan kecil yang tidak semudah itu dilupakan.
Terakhir kali aku melihatmu ada di eman bulan belakang. Yang saling bertatapan dan bersapa kecil ditengah jalan. Dan terakhir aku melihat sosokmu nyata ada di bulan lalu, hanya melihat. Tidak saling menyapa dan bertatap. Hanya berucap doa dalam hati, “hati-hati”. Dan terakhir setelah semua yang tidak pernah terjadi, namun terjadi lagi. Kamu datang menghampiri di malam yang begitu tenang ketika tidurku sudah pulas dan tidak ada lagi beban tanggungan di perkulihan. Kau datang, datang dengan pelukan dan senyummu yang tidak pernah ada yang memilikinya sama denganmu.

Sosokmu samar-samar saat akan kembali. dan terlihat jelas saat kau datang dimalam itu. Aku kembali menemukan senyummu. Aku kembali mendapatkan pelukan hangat tubuhmu. Dan aku mendapat beberapa kata yang tidak pernah aku duga dari kedatangamu malam itu. Bisakah Tuhan menjelaskan apa yang terjadi? Atau saat itu semua hanya halusinasiku? Mungkin saja, ya mungkin saja. Pikiranku terlalu pendek untuk mengartikan semuanya. Jelas, aku masih “mengasihimu”. Aku masih memikirkanmu, walau selang hampir dua tahun sejak aku bisa menghapusmu dari otakku. Aku tidak bisa menolak apa yang terjadi, ataukah aku terlalu lemah untuk mengijinkan otakku masih saja memikirkanmu? Aku tidak sakit. Dan aku merasa otakku masih berada dibawah kendaliku jika aku memikirkanmu.
Sosokmu malam itu datang dengan berbagai cara. Tanpa ada pandangan yang sama diantara kita. Kau kembali dengan beberapa cara yang sama, senyum simpulmu yang tidak pernah usang dan berbeda. Kau juga masih seperti biasanya, bertindak konyol dan usil untuk orang lain. Dan sosokmu nyata akan satu pelukan dan pengakuan didepan kedua mataku. Aku hangat. Aku menangis. Ada satu pengakuan yang tidak pernah ada yang menduga sebelumnya. Aku tersadar sepersekian detik jika semuanya terjadi. Hal yang telah lama pergi dan kini kembali. ada satu “keyakinan” baru yang kini tumbuh walau aku masih saja tidak pernah mengerti akan hal ini. terakhir kali aku “menyebut nama yang sebelumnya” dan pertama kali “kuulangi nama yang dahulu”. Itu berbeda. Berbeda dari banyak sudut pandangan. Aku kembali menunggumu. Membawamu dalam doaku ketika malam. Aku berharap kau baik-baik saja disana.

Kau kembali. sosokmu kembali setelah hampir dua tahun menghilang dari arah pikiranku. Kertas usang itupun juga sudah tidak lagi seusang dulu, kenangan yang dulu pernah ada kini kembali terlihat jelas. Aku tahu kehadiranmu tidak pernah aku duga sebelumnya jika kembali. apakah malam itu hanya sebuah halusinasi ataukah sebuah pertanda? Masih ada lebih dari empat tahun kedepan untuk menunggu semuanya. Menunggu jawaban yang dulu sempat dipergumulkan dan kini kembali dipergumulkan. Dan pasti ada jawaban.

“apa kau tahu jika aku yang dari dulu menyayangimu?”
Kau tersenyum. Tangamu membelai rambutku. Memeluk erat tubuhku.
“apa kau tidak berpikir sama jika aku juga menyayangimu dari dulu?”
Kau memelukku lagi, semakin erat. Dan aku menangis dalam pelukanmu.


Sabtu, 05 Oktober 2013

Untuk Puncak Tertinggi Jawa

Untuk puncak tertinggi Jawa.
Diantara ribuan mimpi yang melayang-layang diatas angan.

Aku berangan dan aku bermimpi untuk bisa menjadi bagian dari semua yang sebelumnya pernah menjadi bagian disana. Aku akan sangat bersukacita, ketika aku bisa menjadi satu dari jutaan orang di dunia yang memiliki kesempatan untuk bisa menginjakkan kakiku kelak disana. Mimpi yang kelak akan menjadi nyata, mimpi untuk bisa berteriak keras disana. Mengucapkan angan dan cita yang kelak bukan hanya jadi "mimpi" saja, tapi menjadi "kenyataan".
Hari ini aku menuliskan tentang mimpiku, mimpi bersama sahabat-sahabat terbaikku. Aku benar-benar menunggu akhir tahun itu tiba, penat akan terbayar lunas dengan keindahan yang tiada bandingannya di Puncak Tertinggi Jawa.
Bagi banyak orang, punya mimpi mendaki puncak tertinggi di Jawa adalah hal konyol, mereka merasa hal seperti itu membuang-buang waktu saja, tapi bagiku dan bagi kami, itu akan menjadi satu perjalanan kehidupan yang kelak akan menjadi cerita bermakna di masa depan.
Ini bukan karena film 5cm. Tapi ini jauh karena kecintaan pada apa yang dilukiskan oleh Sang Mahakuasa.

Puncak Tertinggi Jawa,
tunggu kami yang kelak akan sama-sama dengan yang lain merasakan betapa besar dan dahsyatNya gambaran nyata tangan Sang Pencipta.
tunggu kami yang kelak akan menghirup dingin dan panasnya udara disana.
tunggu kami yang kelak akan mengucap cita dan harapan yang berbeda.
bersama mereka,
di kokohnya kaki, tubuh, dan kepala Sang Penjaga Tinggi Tanah Jawa, Semeru.
Ranu Kumbolo dan keindahanmu, tunggu kami yang akan sampai mengunjungimu.


Sabtu, 07 September 2013

Untuk Tujuh Yang Ke Tiga Puluh Enam

tujuh. tujuh di tiga tahun lalu.
sudah lama dijalani. bahkan terhenti. mungkin pernah jika sesaat memang "rasa" itu kembali lagi. aku mengakui. tidak semudah itu yang namanya melepaskan untuk melupakan.
mereka bilang aku belum bisa pergi dari bayang-bayang gelap yang ada dibelakangku itu, namun mereka salah besar. aku sudah mampu bahkan sebelum tujuh yang kedua puluh empat.
terserah apa kata mereka soal siapa yang masih aku pertahankan. dilihat aku hanya sosok yang tidak bisa bangkit melupakan. salah. buktinya aku bisa. ya, mereka hanya kuat dalam hal "berkata-kata" tanpa tahu "fakta".
miris rasanya jika tahu ada yang seperti itu. tapi setidaknya itu mengajarkanku untuk semakin tidak lagi mengingat siapa yang pernah ada dibelakangku kala itu.

hari ini, untuk tujuh yang ketiga puluh enam,
ribuan kenangan dan kejadian saat itu tidak lagi akan kembali. terkenangpun hanya melewati foto-foto yang terjejer rapi tertempel didinding itu.
aku tidak semudah itu melupakan untuk tujuh yang begitu berarti. ya, aku tidak pernah tahu bagaimana denganmu. tahukah jika tujuh itu sangat berarti dibulan kesembilan setiap tahunnya?
awal dari segala permulaan. dan tidak untuk akhir dari segalanya.
hari ini, untuk tujuh yang ketiga puluh enam.
secuil kisah yang masih tertanam dalam hati. tidak akan pergi.
saat dimana semuanya memang baik adanya.
tak apalah, aku juga sudah tidak lagi berharap soal tujuh yang keberapapun nantinya.
aku hanya ingin mengulas tentang cerita kecil dibalik angka tujuh bulan kesembilan.
selamat untuk tujuh yang ketiga puluh enam ini.
tujuh yang tidak akan dilupakan. yang hanya sebagai kenangan.
tujuh yang mengajariku banyak hal.
tujuh yang luar biasa.
tujuh yang tidak akan pernah ada, tidak akan ada lagi rasa untuk tujuh-tujuh yang lain sejak sebelum tujuh yang kedua puluh empat.

bahkan satu angkapun terasa sangat berarti jika kamu pernah mengalami sejuta cerita yang tidak pernah kamu duga sebelumnya dengan orang yang membuatmu tertawa disaat kamu benar-benar sedih. - tujuh september duaribusepuluh. kita, aku dan kamu. ditempat itu.



Kamis, 15 Agustus 2013

Masih Saja Sama

masih sama. tempat ini masih sama tentang setiap kenangannya. yang berubah adalah bengunan nyatanya, gedung yang bertambah menjadi satu tingkat diatasnya, empat tiang lampu sorot lapangan basket, dan lapangan dengaan cat terbarunya setiap tahun.
demikian tempat ini, masih saja. bahkan tidak ada perubahan sekalipun. lorong kelas. ya masih tetap pada keadaannya, lantai yang putih dan tembok kuning bercampung hijau terang. pagar setinggi dada yang terletak didepan kelas yang membatasi pemandangan ketempat yang lain ditempat ini masih juga sama. tempat berdiri dan berbagi canda dan tawa dengan teman-teman kecil lainnya. dan tempat yang menjadi sisi gelap untuk bersembunyi saat memandangi siapa yang sedang berjalan dibawah, persembunyian pengaggum rahasia akan pangerannya.

"masih ada foto saat kita bersama bermain dahulu." seorang adik tingkatku bergumam kecil disampingku.
"yang mana?" aku tersenyum.
"ini, ini, bukankah kita dahulu satu tim saat acara ini?" tanyanya.
aku mengangguk.
"masih ada saja tentang 'yang itu'" adik tingkatku yang lain menunjuk satu foto lain. dan aku tertawa.
"apa lagi ini?"
"iya, kakak sudah tidak lagi dengan kakak ini kan ya. tidak suka lagi maksudku. boleh kakak ucap namanya?"
aku tersenyum.
"siapa sih?" sahabat laki-lakiku sejak awal sekolah yang dari tadi diam saja mulai mengeluarkan kata-katanya. "oh." jawabnya sederhana.
dia memandangiku dan tertawa simpul dibalik dekapan tangannya yang menutupi mulutnya.
"apa?"
"masih saja tetap. kapan mau berubah? masih suka?"
tanyanya.
"kata siapa, yang lalu ya biar berlalu."
dia tersenyum.
"bukankah jauh? dan tidak bisa lagi kan? seperti yang kau katakan, tidak baik terlalu berharap tentang orang lain yang tidak pernah memberimu kepastian, walau sekedar suka."
dia tersenyum lagi. "nah, sudah pintar rupanya. sudah serius untuk 'lupa' kan?"
aku mengangguk.

tidak banyak yang bisa dikenang. cerita-cerita kecil kala itu yang kembali terusik saat ini juga sudah menjadi bahan yang tidak akan ada lagi maknanya untuk dibahas. sudahlah, yang lalu biarlah berlalu. untuk apa tetap diperjuangkan jika pada kenyataannya malah sebaliknya yang tak sesuai dengan yang kita harapkan? kutahu Tuhan selalu memiliki ribuan jalan dan cara terindah. percayalah.
yang ada saat ini adalah tidak lagi untuk dikenang. karena mengenang masa lalu akan membuat kita terus tenggelam dan sulit untuk naik ke atas permukaan dan melihat betapa indahnya mentari yang bersnar dilangit.

masih sama. masih juga ditempat ini. masih dengan banyaknya bekas cerita yang tergambar dengan detailnya di otak ini. begitupun setiap detik yang terjadi saat itu, detik yang saat ini sudah harud mati dan tidak boleh lagi berdentang.

Selasa, 13 Agustus 2013

Yang Terpilih

"yang terpilih dan siapa yang mampu bertahan hingga akhir."

Seorang Bapa tidak akan pernah memberi cobaan kehidupan yang sangat sulit dan tidak bisa dilewati oleh manusia. yang mempersulit adalah "lemahnya iman dan kurangnya ketaatan dalam berdoa". 
Seorang Bapapun juga tidak akan pernah merelakan anak-anaknya pergi dan memilih jalan yang salah.
Terkadang kehidupanpun terasa amat sangat berat. Bukan hanya soal masalah pribadi, namun juga mengenai masalah lain yang secara silih berganti datang, mungkin bisa dibilang juga tiada henti.
Hal-hal kecil bahkan amat sangat kecil bisa mengacaukan sesuatu yang sudah sekian lama tertanam bahkan hingga hampur berbuah, seperti hama yang mendadak menyerang tumbuhan yang sudah siap berbunga untuk menghasilkan buah harus gagal karena satu hama kecil yang merusak.
hidupmu? apa hidupmu seperti itu?
ada. tidak dipungkiri bahwa ada saja hal seperti itu.
apa tumbuhan itu kurang sehat?
tidak. bahkan ia sangat sehat.
apa tumbuhan itu kurang perawatan?
tidak. pemiliknya tentu merawatnya dengan baik.
ya seperti Bapa yang selalu merawat anakNya dengan baik.

apakah kamu termasuk anak-anak Bapa?
tentu. setiap orang yang percaya dan mengakui dengan imannya adalah anak Bapa dan pasti ia telah selamat.
Bapa memilih anak-anak yang akan menjadi pewaris tahta kerajaanNa, tentunya anak-anak dengan iman-iman yang kuat, sekecil apapun iman itu, jika kita benar-benar memeliharanya dengan baik, gunungpun akan beranjak dari tampatnya.
Bapa kita, juga menentukan jalan terbaik untuk setiap anakNya, Ia tidak akan pernah membiarkan anakNya jalan sendiri ketika harus dalam kegelapan, Bapa selalu berjanji menyertai, asalkan kita juga berjanji untuk setia dan menyelesaikan pertandingan kita hingga akhir.
anak-anak Bapa adalah "yang terpilih" 
- Matius 22 : 14 Sebab banyak yang dipanggil tetapi sedikit yang dipilih.
kita terpilih menjadi anakNya, namun tidak sedikit dari kita yang terpilih. dengan mudah seseorang akan lari dan meninggalkan Bapanya yang paling setia ini dengan hal-hal dunia yang amat sangat begitu tidak akan pernah mendapat kekekalan. apa yang kamu lakukan dengan bodohnya ketika kamu melepas kekalnya mahkota surga hanya dengan karena masalah "gelap dan terang?" seharusnya itu hal terbodoh dalam hidupmu yang dilakukan. Bapa kita sudah jelas menerangkan jika, gelap dan terang tidak akan dapat bersatu. karena sesungguhnya Ia sudah punya siapa, apa, mengapa, bagaimana, kapan, dan dimana rancangan terbaiknya akan terwujud untuk anak-anak yang dipilihNya.
- 2 Korintus 6 : 14 Janganlah kamu emrupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang tang tak percaya. Sebab persamaan apakah tentang kebenaran dan kedurhakaan? Atau bagaimana terang dapat bersatu dengan gelap?

- Yeremia 29 : 11 Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, yaitu rancangan damai sejahtera bukan rancangan kecelakaan. Untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan.
jadi apa yang sebenarnya menjadi alasan untuk seseoarang pergi dan meninggalkan Bapa-Nya yang hanya karena alasan "dunia" yang membuatnya buta untuk sementara waktu? tentang dunia yang hanya bisa menunjukkan kebahagiaan saat itu dan tidak lagi untuk kekekalan? tentang dunia yang tidak pernah mengajarkan kasih dan berbagi tetapi tentang kedurhakaan dan ketidak pedulian?

hi guys, sebenarnya Bapa adalah satu-satunya jalan yang benar. tidak terkecuali. Dia mengasihimu, Dia menyayangimu, Bapamu yang seorang RAJA dan kau tukar dengan DUNIA yang tidak ada apa-apanya adalah hal terbodohmu. Jangan lagi ada "penyaliban anak Allah kedua kalinya" karena sikapmu yang tidak tahu akan apapun. Jangan lagi ada yang mengecewakan Dia yang begitu mengasihimu. Dia yang tidak akan pernah mengecewakan hidupmu. 
satu ayat yang patut direnungkan, 
- Hosea 7 : 13 Celakalah mereka, sebab mereka melarikan diri dari pada-Ku! Binasahlah mereka sebab mereka memberontak terhadap Aku! Aku ini mau menebus mereka tetapi mereka berdusta terhadap Aku.
Kita yang TERPILIH, kita yang TELAH DISELAMATKAN, kita yang TELAH DITEBUS. jangan sekalipun berdusta terhadap Tuhan AllahMu. Lihatlah, Dia sudah bekerja amat sangat luar biasa untuk hidup kita, semua yang terbaik dalam hidup kita adalaha karyaNya, masih ada kesempatan untuk benar-benar tahu dan menjadi apa yang dia mau, masih ada kesempatan untuk masuk dalam pintu keselamatan sebelum semuanya berakhir dengan menutupnya matamu, dan menutupnya dunia.

"dan kuingin mengenalMu Tuhan lebih dalam dari semua yang kukenal, tiada kasih yang melebihiMu, kuada untuk menjadi penyembahMu - MengenalMu, SidneyMohede"

Sabtu, 20 Juli 2013

Untuk Kamu yang Harus Berlalu

terkadang, ragaku memang tidak selamanya akan ada disampingmu, menemanimu, bahkan bersamamu, tetapi setiap doaku yang kusebutkan namamu bagai asap itulah yang akan selalu menamanimu dalam setiap langkah harimu.

bukan menjadi orang yang bisa ada disampingmu untuk selalu bertahan dalam setiap badai yang ada adalah "hal istimewa" yang pernah aku dapatkan. sekedar menjadi penggemar bahkan menikmati setiap keindahan yang terjadi darimu adalah hal "sangat luar biasa". aku tidak memungkiri jika mungkin semuanya bisa mendadak berubah, dari kebahagiaan menjadi kekecewaan yang mendalam.
aku rasa, mempertahankanmu ditengah kemampuanku yang sebenarnya sudah tidak lagi mampu adalah "hal terkuatku" selama aku dengan rendah hati menyimpan perasaan yang pada kenyatannya mungkin bisa dikatakan bertepuk sebelah tangan atau tidak kau pedulikan sama sekali. mungkin kau lupa untuk setiap cerita bahagia yang masih kusimpan dalam hati, masih tertanam dalam memori. ya, kau lupa karena kau sudah punya pengganti baru setelah aku.
tidak masalah siapa yang hendak bahkan telah kau beri hati. aku tahu sakit itu bagaimana rasanya. aku tahu mempertahankanmu disaat cintamu tidak lagi ada. aku tahu semuanya. tapi aku masih belum lelah bertahan untukmu. aku masih mampu berdiri untuk menunggumu kembali dan memberikan uluran tanganku saat kau jatuh dan harus bangkit berdiri.

waktu terus berjalan, lama dan bahkan aku rasa semakin cepat. tidak ada perubahan. yang aku rasa aku malah semakin lelah. lelah dalam ketidakpastian akan perasaan yang aku genggam sendiri ditangan ini.
kehidupanku mungkin sudah mulai berubah, bersikap yang sudah tidak lagi seperti biasanya. bahkan terkadang mereka harus memecutku untuk aku bisa kembali bangkit dan bertahan, mungkin juga harus meninggalkanmu dan semua kenangan tentangmu, sayang.
mungkin benar adanya jika aku akhirnya harus terjatuh dan mungkin menyerah. mengejarmu bagiku adalah sia-sia ketia Tuhan telah berkata "Tidak" yang berarti aku akan mendapat yang jauh lebih baik. mungkin meninggalkanmu tidak semudah yang seringkali mereka katakan, namun mencoba untuk mulai melangkah dan mengubur jejak langkah kaki kita adalah cara terbaik untuk membuat semuanya lebih baik.
aku hanya tidak ingin kau salah jalan.
mungkin aku sudah tidak lagi mencontaimu, namun doaku masih menyebut namamu.
mungkin aku sudah bersama yang lain saat ini, namun doaku masih menyebutmu untuk sama sepertiku mendapatkan kehidupan yang lebih baik.
terimakasi segalanya, perubahan memang sulit dilakukan, tapi selama ada kemauan, aku yakin aku akan lebih baik. bagaimana denganmu?
bertahan dengan ketidak pastian? tak masalah.
tunggu waktu Tuhan yang menjawab.
kamu, kamu yang harus berlalu.


Rabu, 17 Juli 2013

Memori tentang Sebuah Gitar

benda itu memang terlihat sedikit lebih usang daripada tiga tahun lalu, namun kenangan yang pernah ada dalam setiap petikan gitar itu saat bersamamu, tidak akan pernah usang. - Kamu, laki-laki yang membuat aku berubah dalam waktu yang cepat.

seseorang disana mengingatkanku dalam diam. dentingan jemarinya dalam bermain gitar sama persis dengan siapa yang dahulu pernah duduk disana.

aku tidak pernah tahu bagaimana dia begitu pandai dalam memetik setiap senar gitar yang telah terjajar rapih disana. aku juga tidak pernah tahu bagaimana dia begitu dengan mudahnya menghafal dan mencari kunci baru sebuah lagu yang akan dia mainkan. aku mengagguminya, aku ingin kembali kepada masa dimana aku bisa benar-benar mengingat dan berada tepat disampingnya.
anak laki-laki itu duduk dengan santainya diatas sebuah kursi cokelat didalam ruangan, memetik gitar sambil melayani sebuah suara yang keluar dari mulut dua orang anak perempuan. aku terdiam memandanginya dalam lamunanku, aku seperti diajak kembali kedalam moment tiga tahun belakangan. tidak banyak yang ingin aku ucapkan, aku hanya ingin mengenang bagaimana tiga tahun lalu yang begitu berarti disana, disuatu tempat yang sunyi dalam iringan lagu dan suara petikan gitarmu.

kembali kepada masa yang pernah terjadi dan telah berakhir. tidak ada yang tahu bagaimana hal itu begitu mudahnya terjadi. aku benar-benar dilingkupi oleh ketajaman dentingan gitarmu dan dipenuhi oleh aura dari kehadiranmu. walau saat ini mungkin kau tidak lagi hadir disini, tapi auramu masih erat menempel dihati ini.
aku tidak meminta lebih jika pada kenyataannya aku dipertemukan lagi kali ini. tidak sampai menyapa, hanya melihat dari kejauhan dan aku menyadari keberadaannya. sang gitaris lama yang tak terlihat baru saja hadir, disana. sesaat dia sudah pergi, dan tak lagi kembali.
aku terpaku dalam diam dan ketidakpercayaan. namun aku berusaha untuk mempercayainya. aku tahu itu hal kecil yang lumrah terjadi, seseorang kembali hadir disana, dalam jarak yang begitu jauh.
bisakah aku kembali mendengar dan memperhatikan petikan gitarmu? atau aku hanya sekedar untuk bertegur saja, apa boleh?
bisakah waktu menjadi sahabat walau hanya sebentar denganku dan denganmu? rupanya waktupun sama saja tidak akan lagi mengijinkan jika hanya membuat luka yang semakin teriris.
bisakah pesanku terjawab hanya dengan satu atau dua patah kata? yang aku tahu memberikan satu atau dua patah kata untukku tak semudah mengatur ribuan kata untuk dia yang ada disana.
sudahlah.
aku juga akan mengerti suatu ahri untuk tidak lagi berharap banyak.
sesungguhnya aku sudah melupakanmu, hanya saja ada hal-hal kecil yang tidak akan bisa terhapus dna pergi dengan sukarela dariku. apa? kenangan kecil tentangmu, dahulu.
jangan paksa aku melakukannya secara cepat. biarkan semuanya terjadi secara alamiah. kenyataannya aku masih saja sering berharap dalam diam, mengingat semuanya tentangmu, diamlah, aku hanya membutuhkan perubahan tanpa ada perbincangan darimu untukku mengahirinya segera.
gitar itu, gitar yang dipetik selalu.

benda usang berwarna cokelat yang dahulu sering kau petik masih bertahan kuat sampai saat ini. memang catnya ada yang sudah terkelupas dan senar yang dahulu seringkali putus ditengah jalan sudah kembali pulih membaik. namun, kenangannya masih saja belum hilang. gitar itu menjadi saksi bisu dimana kita pernah duduk bersama dalam menikmati lagu-lagu kecil bersama mereka. gitar itu diam tanpa ada kata, ia melihat semuanya. gitar itu melihat bagaimana aku mulai mencoba mencintaimu kala itu.



Jumat, 28 Juni 2013

Café.

mungkin ini adalah bagian yang paling menyenangkan, berkumpul bersama kawan yang lain ketika waktu dan jarak yang telah lama memisahkan kita mulai menyatukan. teman, tiga tahun sejak kelulusan saat itu adalah hari pertemuan teraakhir kami, mungkin saat ini adalah saat yang tepat untuk saling bertukar sapa dengan mereka kembali, walaupun tidak semuanya akan ada dalam kebahagiaan saat ini. tiga tahun berjalan bersama dua sahabat kecil yang menemani, satu lelaki dan satu wanita. kini mereka juga sudah jarang lagi bertemu, apalagi sang sahabat laki-laki.

aku duduk disudut sebuah cafe, menikmati sore yang begitu indah hari ini, terbebas dari segala keterikatan sebagai "siswa" dan sudah siap untuk menjadi "mahasiswa" beberapa bulan kedepan. sore ini cafe kecil disudut jalan ini tampak sepi, hanya beberapa orang saja duduk dibagian depan atau berada dibagian dalam. tidak terdengar tawa cerita begitu keras, hanya sayup-sayup perkataan yang terangkai sebagi cerita kecil. beberapa teman sedang asyik mengobrol apa yang sudah lama tidak mereka ceritakan, tiga tahun merupakan waktu yang begitu cepat untuk tidak lagi mempertemukan kami hingga hari ini. sementara aku masih asyik mengamati handphoneu yang berada diatas meja dihadapanku, menunggu satu kawan kecil laki-lakiku yang belum kunjung datang.
dari kejauhan nampak sang kawan kecilku itu datang, ia tidak sendiri. bersama sahabat laki-lakinya, dan itu teman satu sekolah denganku, dengannya, dan dengan sahabat perempuan kecilku. ia berjalan santai dibelakangnya. dan aku hanya bisa diam, memandang dengan keinginan ingin menyapanya. namun, seolah ada saja tangan yang membungkam mulutku untuk tak berucap salam.

cafe ini masih seperti biasanya, terlihat begitu indah bila kita benar-benar menikmati suasana yang ada disekitar kita dimana kita duduk. dilantai dua tepatnya posisi kami, diujung depan, sepanjang mata memandang terlihat lalu lalang berbagi kendaraan yang melewati jalan utama kota. sinar matahari yang sampai diantara punggungnya, menampakkan cahaya siluet yang begitu indah darinya. dari dia yang duduk dipojok disebelah sahabat kecil laki-lakiku.
sesekali aku mendongakkan kepalaku atau sesekali aku menoleh kearah barat laut dimana dia berada. dia masih saja diam, tersembunyi dibalik koran yang dibacanya. teman-temanku sedang asyik bercerita banyak hal tentang masa sekolah mereka, juga tentang masa depan yang akan dijalaninya, sementara aku hanya menoba tersenyum bahagia dibalik ketidaknyamananku saat dia berada disini. ya, andai kalian tahu dia (sahabat dari sahabat kecil laki-lakiku) itu adalah orang yang aku "suka" saat ini.
aku tidak banyak bicara. lebih kepada menahan perkataan. tersenyumpun hanya seperlunya, tertawapun tidak selepas biasanya.
secangkir kopi spesial yang cafe ini berikan menjadi minumannya sore ini. dia juga tidka banyak bicara dikarenakan mungkin dia tidak mengenal kawan-kawanku yang lain. dia hanya diam dan tenggelam dalam lautana kalimat yang dibacanya dalam koran yang membentang diantara kedua tangannya.
selesai. tidak banyak percakapan diantara kami, bahkan bisa dibilang tidak ada sama sekali. semuanya terlalu egois untuk menyapa. dia yang tahu akulah penggemar rahasianya menyimpan semuanya dalam diamnya. demikian aku, tidak terlalu ingin menyakiti hatinya dengan bertindak bodoh atau menampakkan bahwa aku masih mengaguminya.
cafe. 
satu tempat disudut jalanan kota yang berarti dan memberi banyak arti dan banyak kenangan walau dalam diam kenangan itu tercipta.
cafe. tempat yang menjadi bagian dari sisi kediamanku dan kediamannya. tempat pertemuan secara tidak terduga hari itu.
cafe. kopi spesialmu dan koran yang tersaji disana menjadi batas dimana aku hanya bisa menjadi pengamat jarak jauhnya, walau sebenarnya dekat.
cafe. aku akan kembali. kembali membongkar segala kenangan yang pernah ada saat itu.
cafe. biarlah cerita bahagia bersama kawan-kawan lamaku, dan cerita bersama "dia" dalam pertemuan yang tidak sengaja tidak akan eprnah lusuh terhapus waktu.

cafe disudut jalanan kota yang menjadi tempat pertemuan kita secara tidak sengaja. - Aku dan Kamu, di bulan Mei, 2011



Kamis, 27 Juni 2013

Tentang Tumbuhan dan Sang Petani

jika perasaan itu berubah, apa yang seharusnya aku lakukan?

menyimpan sebuah perasaan itu tidak semudah menyimpan buku-buku dalam lemari. menumpuknya hingga usang, membacanya ketika diperlukan. namun menyimpan perasaan itu lebih rumit dari sekedar menyimpan dan membaca buku. menyimpan perasaan itu lebih seperti kepada lemari bukunya. ia terbuka setiap kita akan memasukkan buku barunya, dan ia tertutup saat kita sudah selesai meletakkan apa yang menjadi tanggungjawab kita dengan buku tersebut. perasaan itu seperti tanaman. semakin banyak kita siram dan pupuk akan semakin subur, namun saat ia subur dan berbagai hama datang, bisakan ia tetap bertahan?
aku seperti itu. seperti tumbuhan itu. mencoba memberinya pupuk, menyiraminya dengan air, merawatnya setiap waktu. namun aku tahu, semua tidak akan berjalan dengan baik saat ada banyak hama yang datang dan menempel untuk melukaiku. sekuat apapun aku akan bertahan, jika "petani" tidak menemukanku dan kembali merawatku dengan baik, aku akan gagal. aku akan melupakan semuanya. terlebih aku akan mati dalam bayang-bayang gelap, dan terbakar bersama diantara tumpukan jerami.
yang aku mau hanyalah sederhana. menjaga perasaanku untuk tetap terus tumbuh tak pedulu seberapa besar hama dan badai yang akan menggangguku. yang aku mau adalah "petani" itu datang untuk selalu merawatku. ada bersamaku dalam segala hal yang terjadi denganku. hingga aku tahu, tumbuhan yang aku inginkan untuk bersamaku itu telah pergi entah kemana, perasaan yang tertinggal juga semakin hilang tanpa bekasnya. dan aku mulai merasa baru, bersama "petani" yang selalu ada untukku, merawatku dan ada bersamaku dalam apapun keadaanku. halo pak petaniku, bagaimana kabarmu? aku tanamanmu. rawatlah aku, jagalah aku, seperti aku mejaga perasaanku untuk tumbuhan lain yang telah pergi dari sampingku.


Senin, 17 Juni 2013

Seribu Bintang

Lama bintang itu tidak terlihat, tetutup awan gelap. Malam ini berbeda dari malam sebelumnya, bahkan malam ini begitu berarti walau hanya sekedar melihat ribuan bintang yang bercahaya diatas langit malam.

Di kota, bintang sebanyak dan seindah itu sudah jarang terlihat, apalagi jika malam menjadi mendung. Seribu bintang mungkin adalah panggilan yang pas untukmu malam ini. pengisi langit malam yang sunyi. Kebiasaanku mengamati bintang ketika malam datang telah sirna sejak dua tahun belakangan. Selama beberapa waktu yang lalu bintang yang bersinar dengan terang diatas langit malam selalu kutunggu, bahkan sampai memakan banyak waktuku. Hanya memabuang waktu untuk melihat bintang yang muncul dilangit malam, dulu. Sekecil apapun bintang itu, sebanyak apapun ada dilangit, meskipun terkadang hanya terlihat satu bintang saja, setidaknya semuanya selalu kembali kepada keadaan yang jauh lebih baik.

Hai bintang? Masih ingatkah kamu akan aku? Aku yang dahulu selalu menunggu cahayamu ketika langit sudah menjadi gelap. Masih ingatkah kamu dengan setiap permohonan yang aku ucapkan perlahan? Sungguh, aku masih ingat apa saja yang aku katakan ketika malam, aku masih ingat melukis wajahmu dengan bintang-bintang, tersenyum manis walaupun sebenarnya sedang dalam keadaan sakit.
Hai bintang? Bolehkah aku menyapamu kembali? menikmati malamku bersamamu lagi? Menghitung setiap jumlahmu dan mulai kembali tersenyum. Merasakan betapa menakjubkan dirimu, merasakan bahwa kau bergerak kesegala arah, entahlah kau yang bregerak atau bumi yang berputar? Menunjukmu dengan jaru telunjukku, memandangimu diantara dinginnya malam, terpaan angin kencang, dan suara deburan ombak.

Saat ini aku memang tidak sendiri, aku berada bersama mereka ditepi pantai. Menikmati segala keindahan yang disuguhkan secara luar biasa, terbaring ditepian. Memandang lurus keatas langit, menatapmu dalam, menghitung jumlahmu dalam hati, dan kembali mengingat segala moment kecil yang pernah terjadi. Lantas, bisakah aku mengucap doa kecil lagi? Meminta sekali lagi bertemu dengan siapa “bintang” yang sebenarnya?
Aku harap kau mendengar, bintang.

Hai bintang? Bisakah kita kembali bertemu? Bertemu satu “bintang” diantara seribu bintang yang lain?


Selasa, 04 Juni 2013

Apa Yang Paling Aku Takutkan

saat aku teka, mereka bertanya, "apa yang paling kamu takuti?" dan aku menjawab, "aku takut tidak mendapat kue".
saat aku mulai duduk di kelas satu esde, mereka bertanya, "apa yang paling kamu takuti?" dan aku menjawab, "aku takut dengan foto kartini yang ada di dalam kelasku".
saat aku mulai ada dikelas dua esde, mereka bertanya, "apa yang paling kamu takuti?" dan aku menjawab, "aku takut tidak naik kelas".
saat aku duduk di kelas tiga esde, mereka bertanya, "apa yang paling kamu takuti?" dan aku menjawab, "aku takut rangking kelasku menurun".
saat aku duduk di kelas empat esde, mereka bertanya, "apa yang paling kamu takuti?" dan aku menjawab, "aku takut pada hantu".
saat aku duduk di kelas lima esde, mereka bertanya, "apa yang paling kamu takuti?" dan aku menjawab, "aku takut dipanggil keruangan kepala sekolah".
saat aku duduk di kelas enam esde, mereka bertanya, "apa yang paling kamu takuti?" dan aku menjawab, "aku takut nilai ujianku jelek".

semua sering bertanya, "apa yang paling kamu takuti?" aku menjawab, "aku takut kehilangan sahabat terbaikku".
"aku juga takut kehilangan orang yang aku sayangi".
"aku juga takut pergi jauh sendiri".
"aku takut apa yang aku inginkan tidak pernah terjadi. atau sebaliknya".
dan aku takut, "hal buruk terjadi dalam hidupku".

aku tak mengerti tentang "hal yang menakutkan bagi diriku dan dirimu" setiap orang memiliki hal-hal yang jadi dan siap "diwaspadai". semaakin aku beranjak dewasa, aku mengerti, jika itu semua bukanlah hal yang aku takuti.
aku mulai mengerti, hal terbesar yang aku takuti adalah "ketika TUHAN meninggalkan aku dariNya" bukankah itu sesuatu yang begitu "ekstrem" untuk dilalui ?
bagaimana jika hidupmu tanpaNya? hampakah? kesepiankah? jawabannya adalah "iya". semua yang ada di dunia tidak akan pernah ada untuk mengisi kosongnya hatimu, selain Dia. takutkah aku kehilangan Dia? "ya, aku takut kehilangan Tuhan."
akupun takut aku menjadi anak yang "tidak bisa mengampuni" dan "tidak bisa berkomitmen". mengapa? itu hal rumit kedua yang jauh aku masih pelajari, mengasihi musuh, mengampuni musuh, berbuat baik pada mereka yang menyakitimu, dan lainnya. aku terlalu takut menjadi anak yang berkata "A" namun aku tak mampu mengatakan "A". aku belajar menenpati komitmen buat menepati apa yang aku ingin katakan. dan telah aku katakan. berkata A berarti melakukan A.
mengasihi A berarti mau mengampuni A dengan tulus, sekalipun dia jauh masih tidak bisa menerima keadaannya, namun Tuhan memampukan aku melewati ini.
aku takut. aku tidak ingin berlalu jauh dariNya, menjual Dia hanya untuk satu dau hal yang "istimewa" disini. aku tidak ingin menjadi seperti mereka, merelakan hanya demi hal "dunia" yang seharusnya mereka "tak akan pernah melepaskanNya". Tuhan amampukan menjadi seorang yang selalu "setia" ada padaMu.

aku takut, jika tidak ada tempat untukku kembali, tempatku untuk pulang.
aku takut, tidak ada lagi pundak yang menjadi sandaranku saat aku menangis.
aku takut, tidak ada lagi jalan terang saat gelap datang menghadang.
aku takut, tidak ada lagi tangan yang menggandengku dalam setiap langkahku.
aku takut, tidak ada lagi yang mendengarkan ceritaku.
aku takut, tidak ada lagi yang menemaniku saat aku sepi dan kosong.
aku takut, tidak ada yang menasehatiku, saat aku berbuat salah.
aku takut.
aku takut.
Tuhan yang berkenan menopang dan memberikan segala rencana dan rancanganNya. semua kan jadi indah pada waktuNya..
aku, mau berjalan denganMu.  aku tak pernah sendiri. tak ada harapan yang tak pasti. semuanya iya dan amen dalamMu.
Bapa, peluk aku. maafkan aku. aku takut kehilanganMu dalam kehidupanku.
selalu ada, untukku. aku membutuhkanMu. aku merindukanMu. aku selalu ingin ada dekatMu.
peluk aku. peluk mereka.
aku takut jika aku dan mereka kehilangan kehadiranMu :")

(hanya secarik postingan kecil dari file lama)


Selasa, 30 April 2013

Senyum Sampingmu

siang yang enggan berganti siang. kendaraan semakin memadati jalan raya yang terbentang ditengah kota. deretan laju mobil berada disebelah kanan, dan deretan laju kendaraan bermotor berjajar rapi disebelah kiri. sesaat jalanan menjadi sepi. langkah kaki ingin menyeberangpun semakin tinggi.
aku terhenti. sang kawan masih sibuk melambaikan tangan untuk membiarkan kendaraan yang lain terhenti dan meleluasakan kami menyeberang kali ini. tanpa sebuah dugaan, tak ada yang pernah menduga jika sesuatu terjadi.

setahun belakangan kita lama tidak berjumpa. melupakanmu adalah hal yang biasa aku lakukan, karena satu hal "aku menyanggupinya". belakangan aku kembali menemukan namamu, dalam daftar orang yang pernah aku titipi rasa. aku hanya sebagian kecil dari pengagummu. yang seringkali aku katakan, "batasku adalah mengaggumimu. saat ini. tidak lagi menyukaimu". mengubur dalam namamu, mengungkit kembali rasaku. aku masih seringkali menyebut namamu dalam malamku.
jarak dan waktu yang berada jauh diantara aku dan kamu. kamu dan dia. sementara aku juga dengan dia "yang sama halnya denganmu dulu". sebatas sebuah pertemanan kecil. dengan perbedaan bahwa kau "mendadak jauh sejak kau tahu aku menyukaimu". sementara dia "masih tetap bersikap biasa walau dia tahu aku menyukainya". ya, biarlah. aku merelakan apa yang harus terjadi sekarang. aku merasa lebih baik saat ini. tanpa ada lagi namamu dalam malamku.

aku tidak pernah menduga, ketika Tuhan selalu memberikan sesuatu sebagai sebuah kejutan instimewa. kala malam datang, bibirku tak mampu berhenti untuk tak sekalipun berucap akan namamu. iya, aku masih merindukanmu. boleh aku kembali mengingat akan setiap bintang yang aku tunjuk ketika malam dahulu? aku ingin bertanya, bisakah doaku kala itu kembali dijawab?
satu hal yang membuatku lemah. seluruh tubuh menjadi lemah. kau panggil lagi namaku. lama aku tidak mendengar sapaanmu. lama aku tidak melihat senyum sampingmu. senyummu yang jauh berbeda dari kebanyakan orang. senyum sampingmu tak pernah dimiliki orang lain. tak ada orang lain yang sama. sama sepertimu. kamu berbeda. terutama dalam hal ketika kau tunjukkan senyummu padaku.
sapaan yang lama tak terdengar.
lirikan mata yang lama tak terlihat, serta..
senyuman sampingmu yang sederhana mampu melemahkan segala syaraf dalam tubuhku.
tahukah kamu?
kawanku hanya melihatku. menungguku sambil tersenyum. menemaniku tertawa sesaat setalah ada dirimu. dia tahu kamu. dia sahabatku yang tahu "sebagian darimu" hanya saja, "dia tidak melihatmu secara keseluruhan saat tadi".

terimakasih kepada Tuhan untuk akhir yang begitu indah. hal yang telah setahun belakangan terkubur, kembali dibangkitkan. sejujurnya, menunggumu kembali adalah keinginanku, namun aku tidak berkata "menyanggupi secara utuh". berkata, "membiarkanmu pergi terbawa angin siang itu lebih baik, daripada aku harus memgikuti langkah kakimu". memang, dua garis yang berpisah suatu ketika akan kembali bertemu di titik tengahnya. aku dan kamu. kamu dan dia. aku dan dia. masing-masing. aku tanpa dia atau kamu tanpa dia, dan hanya kita. Tuhan beri aku satu lagi, kesempatan untuk bercengkrama. mendengar ia menyapa. mendnegar dentingan gitar yang ia mainkan. kembali ke masa dulu. tanpa da dia yang baru. tanpa ada dia yang dimilikinya.

sang kawan kembali tersenyum. berceloteh tentang namanya yang aku ucapkan siapa dia dengan laju kendaraannya dihadapan kami. sang kawan hanya ingin tahu. seberapa besar aku ingin bertemu dengan dia? lantas, orang yang bisa sang kawan temukan setiap hari? orang yang berbeda dan berada pada jarak dan waktu yang sama? bisakah membuat segalanya selbih baik dari dia yang kembali tersenyum dengan senyum sampingnya untukku?
aku hanya ingin menjawab, "senyuman sampingnya mengingatkanku akan banyak cerita dahulu. tahun-tahun yang telah berlalu."



Selasa, 23 April 2013

23

"untuk sahabat kecilku yang beranjak dewasa. yang dahulu pernah bersama "sesaat" denganku. meski kita hanya sebatas kawan kecil tanpa ada penghubung erat."

dua tahun adalah waktu yang singkat ketika kita menikmati dan menjalani dengan sejuta cerita bahagia. Tuhan sekalipun tidak akan pernah membiarkan anakNya terluka meskipun anakNya harus terjatuh dalam jurang dan terhantam batuan bukit yang tebal. terimakasih untuk hari baru lagi ditahun ini. yang mengingatkan sekilas tentang banyak kenangan di tahun-tahun yang sebelumnya.
teringat tahun pertama, yang menjadikan hal terakhir untukku. teringat tahun kedua yang hanya lewat sebuah tulisan panjang tanpa tujuan. dan saat tahun ketiga, hanya bisa mengatakan "selamat untuk kawan kecilku" disebuah jejaring sosial dunia maya. #23rd.
selamat bertambah dewasa kawan kecil. aku masih tetap disini. masih tetap menyimpan rasa dalam diam untukmu. namun ketahuilah, aku tidak lagi menumbuhkan rasa itu seperti dahulu. karena satu hal yang saat ini aku tahu, aku tidak untukmu. dan kamu tidak untukku. bahagialah dengannya.
doaku masih tetap, mendoakanmu semakin dewasa. terberkati oleh Sang Pencipta. dan memberkati siapapun yang ada disekelilingmu. menjadikanmu berkat yang luar biasa untuk mereka. dan satu hal, aku masih mendoakanmu untuk terus dengannya. meski dilain sisi aku pernah memintaNya untuk menghentikanmu dan dia ditengah jalan. namun Sang Pencipta berkehendak lain.
itu sudah tidak lagi penting untuk diingat. hari bahagiamu lebih berarti dari sebuah doa yang "tidak baik". aku mungkin sempat membencimu. namun aku sudah kembali mengasihimu, sebagai kawan dengan tidak memiliki kadar rasa suka. selamat menjadi yang terbaik. aku tidak bisa menulis lebih untukmu selain kata-kata kecil tak berarti ini. selamat bertambah maju kawan kecilku. aku masih mendoakanmu. dalam malamku.


Sabtu, 23 Februari 2013

Pangeran Bertopeng dan Berkuda Putih (7) - end.

..
hari ini samapailah aku dan kuda putihku digerbang kota negeri selatan. kalau aku tak salah, kata Raja hari ini adalah hari ulangtahun sang puteri. suara didalam kota terdengar keras hingga diluar tembok pembatas kota dan hutan. sepertinya ribuan rakyat sudah dengan setia menanti dan mempersiapkan kejutan untukmu, ya. mungkin saja.
aku tersenyum.
"akhirnya aku sampai juga." gumamku.
aku melangkahkan kakiku memasuki gerbang kota ini. gerbang yang besar telah menyambutku di depan. kedua penjaga yang ramah nampaknya sudah tak asing bagiku. mereka sering menemui Raja sewaktu mendapat tugas untuk membawa surat ataupun hanya membawa beberapa barang yang Raja negeri selatan inigin berikan pada Raja. aku mulai melangkah, aku berjalan disamping kuda putihku. aku melihat disekelilingku, rumah-rumah penduduk disepanjang jalan menjuju pusat kota amat ramai dengan hiasan warna-warni untuk menyambut hari ini, hari ulang tahun puteri. diujung jalan aku melihat poster besar wajahmu, puteri. dan ucapan kecil selamat ulangtahun dari seluruh warga kota. aku yakin, hari ini akan menjadi hari bahagiamu.

ayahmu menyambutku. mungkin aku belum berkenalan dekat dengan beliau. aku telah disambut denga luar biasa oleh warga kotamu. hari ini. saat ini aku duduk bersama lima pemuda yang seperti anak gembala itu katakan. mereka selamat rupanya ketika melewati hutan itu.
aku melihatmu duduk di sebelah kiri ayahmu, wajah elokmu dengan jelas aku lihat kembali hari ini, setelah setelahs ekian lama kita tidak bertemu. aku tersenyum memandangmu. aku tahu ini bukan akhir dari perjalanan yang sesungguhnya. ini adalah awal.
sejenak sebuah pikiran kecil mengelilingi otakku, bertanya, bagaimana jika saat itu aku memilih menyerah dan tidak memperjuangkan rasaku untukmu? kembali pulang dan melakukan semuanya dengan instan? menembus hutan dan meninggalkan kuda berhargaku ditepi sungai hanya untukmu? atau mungkin memilih wanita lain yang ada di negeriku sendiri untuk kunikahi? itu sangat konyol. aku sangat bersyukur ketika aku sekarang bisa berada disini, melihatmu dari jauh. telah membuang perasaan tidak percayaku untuk menjemputmu disini. aku sudah disini. ini yang aku katakan aku benar-benar mencintaimu adalah saat aku benar-benar memperjuangkanmu tanpa menoleh apa dan siapa yang ada untuk menghalangi aku demi kau, puteri.

"selamat datang para pemuda dari 6 negeri yang berbeda. semua telah menjadi takdir kalian jika bersamaan bertemu ditempat ini. semua telah direncanakan jika kalian akan mencari puteriku sewaktu ia telah tumbuh menjadi dewasa seperti sekarang ini." sang Raja mulai berbicara. "aku tak tahu bagaimana cara kalian untuk sampai ke negeri selatan yang aku perintah ini. negeri yang jauh dan negeri yang tidak dengan mudah bisa ditembus dengan satua tau dua hari perjalanan. terimakasih untuk kalian yang masih dengan setia ingin memenangkan hati puteriku." lanjutnya. "ada beberapa hal yang harus ketahui, jika semua yang kalian alami di perjalanan adalah bagian dari misi untuk siapa kalian bisa benar-benar memperjuangkan cinta kalian dengan sepenuh hati pada puteriku. yang aku ingin tegaskan ialah, kalian harus tahu jika masing-masing dari kalian memiliki "kuda putih" yang itu harus dipertahankan hingga kalian sampai disini."

sesaat hatiku tertekan. satu pertanyaan? "kuda putih?" kudaku juga kah?
beebrapa pria muda disana juga mulai kebingungan memikirkan kuda putih mereka. bahkan beberapa sempat bergumam, "kudaku sudah mati saat sebelum aku masuk ke hutan yang rimbun itu"

Raja menegaskan kembali dalam beberapa kata, "kuda putih itu adalah syarat kesetiaan kalian untuk puteriku." aku tetap terdiam. Raja kemudian melanjutkan, "nak," sebuah elusan kecil tangan sang Raja mengenai pundakku. aku menoleh. "selamat, kau yang berhasil memenangkan sayembara untuk mendapatkan hati puteriku." jelasnya.
aku memandangi Raja selama beberapa waktu. masih tidak percaya akan hal itu. aku? memenangkan hatinya? hati puteri?
Raja kembali berkata dan mengajakku berdiri dihadapan jamuan makan malam terbesar di hari ulang tahu puterinya, "ini dialah orangnya. yang dengan setia mempertahankan perjuangan cintanya untuk puteriku. aku tahu perjalanan panjangnya dari negeri utara yang jauh itu membuatnya tak sekalipun "berpaling" untuk satu tujuan datang pada puteriku. selamat nak. aku sungguh bangga padamu. adakah yang ingin kau katakan?"

aku masih terdiam. tak mengerti dan tak tahu harus berkata apa. "saya.. saya hanya akan berkata jika saya sangat berterimakasih untuk semuanya. selama perjalanan menuju negeri selatan ini tentunya banyak rintangan yang saya hadapi. namun satu hal yang saya tahu jika semua tidak akan berakhir bahagia jika saya mengandalkan ego saya, dan saya mengandalkan keinstanan dunia yang ada. saya semakin diyakinkan saat bertemu orang-orang selama perjalanan kecil tersebut, semakin diyakinkan jika sebenarnya cinta adalah menganai satu perjuangan yang berharga. mungkin saja saya saat itu bisa "berpaling" ke orang lain atau pulang karena merasa lelah dengan perjalanan ini, mungkin saja saya merasa tidak akan mampu lagi untuk hal ini. namun pada kenyataannya hal-hal seperti itulah yang membuat saya "tidak goyah" dan terus berjuang untuk dia."

kemudian aku terdiam lagi sesaat. tidak ada lagi yang bisa aku katakan selanjutnya. semua yang terjadi berada diluar batas pikiranku. semua yang terjadi adalah "buah yang indah" dari perjuangan yang telah terlewati.
terimakasih untuk setiap orang yang pernah ada selama perjalanan kecil ini.
aku terdiam lagi.

---

sekarang, entah aku sudah tidak bisa mengungkapkannya lagi. smua terlalu bahagia. aku sudah mendapatkan "dia" puteri yang aku perjuangkan dari awalnya. selamat datang dipelukanku puteri, aku berjanji membuatmu bahagia.
dan terimakasih kuda putihku yang selalu dengan setia menemaniku :)



Senin, 21 Januari 2013

Pangeran Bertopeng dan Berkuda Putih (6)

..
aku mondar-mandir ditepian sungai ini. memutar otakku perlahan untuk menemukan jawaban yang tepat. semakin kuputar keras semakin membuat rumit semuanya. aku buntu. aku hanya ingin jawaban.
anak gembala itu masih berada ditepian sungai dan dari kejauhan masih saja mengamatiku. aku masih memikirkan apa yang ia katakan sebelumnya mengenai cinta yang membutuhkan perjuangan. dan aku kembali ingat bahwa cinta yang kita akan perjuangkan janganlah secara instan kita lakukan. entah pikiran itu melayang berulang diatas kepalaku. membuatku semakin tak berdaya.

     "aku akan mencari, aku akan menemukan, aku akan mendapatkannya. dia.. dia sang putri yang aku nantikan, yang akan aku genggam tangannya, aku tak akan pernah mengecewakannya, aku akan membahagiakannya, aku akan melakukan semua yang terbaik demi dia. aku kan berjuang melewati semua ini, untuknya. kalaupun aku gagal, setidaknya aku sudah berusaha untuk dia. untuk menunjukkan ketulusan dan besarnya cinta ini melalui perjuanganku" gumamku perlahan. "YA AKU AKAN BERUSAHA YANG TERBAIK. TAK AKAN MENGECEWAKAN." lanjutku dengan genggaman erat kedua tanganku pada sebatang ranting kayu. "AKU AKAN BERJUANG. TIDAK PADA YANG INSTAN. YA"

aku membereskan perlatan kecil yang semalam aku pakai untuk membuat api dan memasak beberapa makanan pengganjal perut. aku menatanya kembali pada tas kulit milikku. dan sejenak aku gunakan waktuku untuk memandikan sang kuda putihku yang sudah nampak lusuh pada kulit putihnya.
kuda putihku itu diam. memandangiku yang perlahan membersihkan muka depannya dengan mengusap wajahnya dengan air sungai. tatapannya nampak begitu tajam. matanya berbinar, sedikir aku melihat ia tersenyum.
     "ada apa denganmu kuda kecilku? kenapa kau pandangi aku begitu?" tanyaku pada kuda putihku itu. aku tahu jika ia tak mungkin menjawab pertanyaanku.

tubuhnya sudah kembali bersih. kotoran hitam yang menempel di bulu halusnya sudah jatuh dan terhanyut oleh aliran air. aku memberikannya makanan rerumputan yang dicarikan oleh anak gembala tadi. dan aku menata bekal dan peralatanku pada punggung kuda putihku itu.
     "hai nak. sepertinya aku akan memutar dan tak melewati hutan ini." kataku pada anak gembala itu.
     "ternyata tuan jauh lebih bijaksana."
     "setelah aku pikir-pikir memang tidak baik meninggalkan sang kuda putihku yang sudah lama menemaiku ini." lanjutku.
     "baiklah tuan. jika tuan hendak melanjutkan perjalanan, negeri selatan sudah tidak lagi jauh dari sini, mungkin hanya satu hingga dua hari perjalanan. di depan akan ada padang rumput, lebih baik tuan membawa air dan makanan yang cukup karena disana sepi sekali. setelah itu tuan akan melihat sebuah persawahan dan perkebunan negeri selatan. barulah tuan menemui gerbang kota negeri selatan." anak gembala itu menasehatiku dengan tegasnya.
     "rupanya kau tahu tentang negeri itu ya?" tanyaku.
     "tidak tuan. ayahku hanya pernah menceritakan padaku dahulu. hati-hati tuan."

kemudian aku mengucapkan salam perpisahan dengan anak gembala itu. dibawah sinar langit sore, aku kembali melanjutkan perjalananku menuju negeri selatan.

satu atau dua hari perjalanan? ya benar. aku sudah melewati padang rumput yang begitu luas dan beberapa meter didepan aku melihat persawahan dan perkebunan negeri selatan. sebuah gerbang yang cukup tinggi sudah terlihat cukup jelas. mungkin itulah gerbang negeri selatan. dikanan dan dikiri terlihat perkebunan dan persawahan negeri selatan itu cukup subur. semua terawat dengan rapinya.
sinar lampu-lampu kota negeri selatan mulai terlihat. kerajaan mulai terlihat menjulang tinggi ditengah-tengah pusat kota. namun aku kembali mengistirahatkan tubuhku dan kudaku untuk malam ini, jalanan didepan nampak begitu gelap. akan sangat kesulitan jika aku memaksakan melanjtkan perjalanan diantara gelapnya malam ini. aku menyalakan perapian kecil untuk menghangatkan tubuh diterpa dinginnya malam ini, dan sinar rembulan kembali menerangi malam terakirku diperjalananku mencari sang putri.

"..aku sudah menunggumu.
aku meyakini jika kau pasti datang untukku.
aku tahu, jemarimulah yang nanti akan terkait dengan jemariku.
hatimulah yang nanti akan menjadi tempat terpautnya hatiku.
tahukah kamu, jika aku juga memimpikannmu?
memimpikanmu memelukku?
memimpikanmu menemaniku?
memimpikanmu tersenyum bahagia denganku?
yakinkah kau akan aku?
raih tanganku, genggam hatiku. jangan lepaskan.
maukah kau?.."


bersambung ..

Senin, 14 Januari 2013

Pangeran Bertopeng dan Berkuda Putih (5)

..
apel yang menjatuhiku itu aku pungut dengan sukarela. sesekali perutku berbunyi menandakan bahwa ia sangat membutuhkan asupan nutrisi. satu demi satu apel yang jatuh itu aku pungut dan aku tata rapi di depan api unggunku yang sudah memadam. rupanya sejak semalam apel-apel itu berjatuhan, namun aku tak menyadari itu. gemercik air sungai itu begitu terasa menyegarkan, aku mengambil botol airku dan aku isi dengan air sungai yang bersih itu, kemudian aku berlari menuju kudaku yang duduk manis disana, aku membuka mulutnya, menuangkan setetes demi setetes kemulutnya, rupanya ia sangat kelelahan. 
     "hai kuda putihku, maafkan aku membawamu terlalu jauh."
matamu berbinar. seperti biasanya, kau tak pernah mengeluh saat denganku. kau selalu menurut padaku, pada setiap kataku.
aku kembali berjalan menuju dekat api unggunku, mengupas apel-apel itu untuk sarapan pagiku. sepotong demi sepotong, aku memakan apel itu.

diseberang sungai ini adalah sebuah hutan. hutan yang begitu rimbun dengan pohon-pohon tua yang besar. Raja pernah berkata padaku, jika negeri sang puteri ada dibalik hutan tersebut. dan hutan ini adalah jalan pintas menuju negeri selatan dimana sang puteri berasal. jika aku berhasil melewatinya, kelak aku akan lebih cepat sampai dihadapan puteri daripada kelima pemuda lainnya yang merupakan saningan terberatku saat ini.
aku membulatkan tekad, menuruti apa yang raja pernah katakan, melewati hutan yang rimbun ini dan sampai lebih cepat. namun aku kembali melontarkan pandanganku kedalam hutaan yang begitu lebat itu, begitu rapat, seolah hutan itu gelap, sinar matahari rupanya sulit menembus rapatnya daun-daun dan ranting-ranting yang besar dan tumbuh dengan suburnya itu.
kemudian keraguan kembali menghampiriku. mengajakku berpikir dua kali untuk masuk dan melewatinya. mungkin aku mampu masuk kedalam hutan itu? lalu bagimana kuda putihku? bukankah ia akan kesusahan saat berjalan di area yang sangat sempit itu. sedikit celahpun seolah tak ada untuk memijakkan kaki di tanah, yang ada hanyalah akar-akar pohon-pohon besar yang tua yang saling membalap untuk tumbuh besar.

aku menoleh pada si kuda putihku itu. aku tak tega jika demi keinginanku harus mengorbankan ia melewati hutan ini. jika aku membawanya melewati hutan ini tentunya akan memeprlambat langkahku, namun jika tidak aku melewati hutan ini, perjalanan jauh lebih panjang menuju negeri selatan.
aku terdiam.
sekawanan domba berlari menuju tepian sungai ini, beberapa diantaranya berhenti disamping kuda putihku yang sibuk mengunyah rerumputan segar pagi hari. seorang anak gembala berjalan agak jauh dibelakang kawanan domba-dombanya. ia terlihat masih anak-anak.

     "hai nak, kemarilah." terikakku padanya. entahlah aku tak tahu mengapa aku meneriakinya. kemudian anak gembala itu berlari menuju tempatku berdiam.
    "ya Tuan, ada apa? apa ada yang bisa saya bantu sehingga tuan memanggil saya?" tanyanya. "itu kuda putih Tuan sangat tampan. apakah saya harus mencarikannya makanan? saya lihat dia begitu berselera makan." lanjutnya.
     "oh tidak nak. aku hanya hendak bertanya padamu. apa kau tahu tentang hutan ini?" tanyaku pada anak  gembala itu.
     "oh, Tuhan hendak melewati hutan ini? hutan ini adalah hutan Rimba namanya. hutan yang paling tua diantara hutan-hutan lainnya. hutan ini begitu gelap Tuah. sangat mustahil untuk melewatinya." terangnya.
     "apakah kau tahu jika hutan ini menuju negeri selatan?" tanyaku lagi.
anak gembala itu mengangguk. "ya Tuan benar. hutan ini jalan pintas menuju negeri selatan. namun mustahil jika Tuan akan melewatinya."
     "mengapa?"
     "hutan ini sudah ribuan tahun menjadi gelap karena pada zaman dahulu ada seorang raja yang membuang berbagai tanaman dari negerinya, entahlah dari mana ia berasal. ia membuang segala tanaman yang ada di negerinya, karena negerinya terlalu hijau dan terlalu banyak tumbuhan yang hidup melebihi kapasitas pertumbuhan tumbuhan karena pupuk yang begitu mudah didapatkan, hingga negeri itu pun hampir tak terlihat dimana pusat kegiatan kota dilakukan. rajapun memutuskan untuk membuang segala tanaman yang tumbuh melebihi kapasitas pertumbuhannya ke tempat ini. dan ternyata tumbuhan-tumbuhan itu tumbuh semakin membesar, rimbun, dan rapat. demikianlah jadinya seperti sekarang, di dalam menjadi gelap. tak ada sinar matahari. dan udara juga begitu tak mendukung. belum seperempat perjalanan melewati hutan ini, banyak orang kembali. lebih baik memutar daripada mati di dalam." anak gembala itu bercerita.
     "siapakah Raja itu?" tanyaku.
     "tidak ada yang tahu Tuan. saat itu disini hanya beberapa saja penduduk yang menempati. dan seberang sungai ini bukan sudah berbeda wilayah." lanjutnya. "kalau saya boleh tahu apakah Tuan itu adalah pemuda yang emncari puteri negeri selatan?"
     "ya. darimana kau tahu?"
     "aku hanya menebak saja. barangkali benar. aku telah bertemu lima orang pemuda juga. dan mereka ingin menuju negeri selatan. dan mereka juga memiliki kuda-kuda putih seperti ini. aku seringkali disuruh memberikan makan kuda mereka. oh ya, mereka ke negeri selatan untuk mencari puteri."
     "oh. apakah kau juga pernah tahu tentang jalan pintas menuju tempat itu? maksudku negeri selatan itu?" tanyaku padanya.
     "lebih baik Tuan melewati jalan yang memutar dan jauh daripada mencari yang singkat. apakah sebuah cinta bisa didapatkan dengan cara yang singkat dan pintas tuan? tentunya tidak. cinta lebih banyak memperhitungkan tentang perjuaangan tuan yang akan menunjukkan betapa besar perasaan hati tuan pada sang puteri."
    "mengapa kau menasehatiku seperti itu? usiamu masih muda. belum tahu tentang cinta."
     "aku memang masih muda. namun aku sudah tahu banyak hal. dan yang aku sarankan adalah Tuan melewati jalan yang jauh namun jalan itu baik adanya. karena lima pemuda yang sebelumnya nekat melwati hutan rimba, entahlah bagaimana mereka, dua diantaranya meniggalkan kudanya ditempat ini hingga sakit dan hampir mati. dua diantaranya menitipkan kuda putih seperti itu pada saya. dan satu yang terakhir sebelum tuan berjalan bersama kudanya melewati hutan itu."

aku terdiam lagi. anak gembala ini terlalu bijak. apakah aku akan membawa kudaku melewati hutan ini atau aku harus memutar dan sedikit mulai kehilangan kepercayaan mendapatkan puteri karena aku harus datang terlambat padanya?

bersambung..

Jumat, 04 Januari 2013

Pangeran Bertopeng dan Berkuda Putih (4)

..
aku mungkin hanya bagian kecil dari ribuan orang yang pernah datang dalam mimpimu.
aku mungkin hanya bagian kecil yang pernah kau lihat dari ribuan orang yang pernah lewat didepanmu.
aku mungkin hanya bagian dari mimpi masa depanmu kelak.
aku berjuang. berjuang dalam sebuah perjuangan untuk menemukan cinta sejatiku.
aku berlari. berharap aku mampu berlari sampai garis finish dan memenangkanmu.
dan aku tak akan tertatih untuk memperjuangkanmu.

tanganku menggapai jemarimu.
jemariku menyentuh lembut wajah cantikmu.
kau tersenyum.
wajahmu memancarkan aura yang begitu hangat.
kembali menyambut hangat senyumku.
"bisakah aku menggandeng tanganmu?" tanyaku.
dengan lembut senyummmu, kau mengangguk.
jari-jariku mulai mengikatkan pada jari-jarimu.
"bolehkah aku berkata sesuatu padamu?" tanyaku lagi.
kau mengangguk lagi.
"apakah kau mau menjadi temanku.."
kau terdiam.
"..teman yang menemani dalam hidupku selamanya? sampai maut memisahkan aku dan kau?" lanjutku.
wajah polosmu memancarkan percikan senyuman bahagia.
aku tersenyum. aku menunggu jawabmu.
"aku mau."
kau tersenyum padaku.
"aku mau menjadi temanmu. teman hidupku. maukah kau juga selalu menjadi penjagaku?" tanyanya.
aku tersenyum.
"aku mau."

jemariku mulai terkait dengan jemarimu.
bulatan kecil itu juga sudah terpasang di jari manismu.
itu benda kecil.
benda pengikat antara darahku dengan darahmu, selamanya.
aku mengajakmu berjalan. menuju kuda putihku berada.
kita bersama. menjalani kehidupan kita berdua.
ditemani kuda putihku yang setia.

----

aku terbangun dari tidurku. sebuah buah apel menjatuhi kepalaku. sakit sekali. lumayanlah untuk sarapan pagi ini. kali ini aku terhenti disebuah tepi aliran sungai yang begitu jernih, dan didepannya sebuah hutan yang begitu rimbun dengan tumbuhan-tumbuhan besar yang tua. kicauan burung-burung pagi menggairahkan diriku. sinar matahari menghangatkan diriku.
dan masih dengan setianya, disana kuda putihku.

aku mulai kembali bertanya, apa yang baru saja terjadi? dimana dirimu berada? dimana benda bulatan kecil yang saling melingkari di jarimu dan jariku? aku tidak menemukan.
aku tersadar. itu semua hanyalah sebuah mimpi, mimpi yang menandakan bahwa aku begitu merindukan dirimu, puteriku.

bersambung..
 
Blogger Template by Ipietoon Blogger Template